Tiga Musim Beruntun Lolos Kompetisi Eropa! Gila Betul Union Berlin

spot_img

Urs Fischer tidak pernah serius untuk menanggapi kemungkinan timnya lolos ke Liga Champions. Ia yang terkenal sederhana juga tak menggubris pertanyaan wartawan soal kemungkinan Union Berlin menjuarai Bundesliga. Selain nyaris mustahil, pelatih asal Switzerland itu realistis saja. Mana mungkin merebut gelar yang sudah sepuluh tahun berada di tangan Munchen?

Namun, Fischer tertegun ketika menghadiri konferensi pers. Kala peluang Union Berlin tampil di Liga Champions sangat terbuka. “Ini gila, ini nyata,” kata Fischer seperti dikutip The Athletic. Tentu saja, baginya lolos ke Liga Champions hanya sekadar mimpi.

Akan tetapi, mimpi itu kini maujud. Bundesliga usai. Bayern Munchen kembali juara. Dan, Union Berlin, klub yang diasuh Fischer lolos ke Liga Champions untuk pertama kalinya. Benar. Sekali lagi, untuk pertama kalinya. Namun, ini adalah untuk ketiga kalinya secara beruntun Union Berlin asuhan Fischer lolos ke kompetisi Eropa. Bagaimana kisahnya?

Baru Promosi Tahun 2019

The Iron Ones, begitu julukan Union Berlin, adalah tim yang tidak pernah bermain di Bundesliga sebelumnya. Meski tim ini sudah lahir sejak abad ke-20, atau tepatnya pada tahun 1966 dengan namanya yang sekarang. Walau demikian, kalau ditelisik kembali, Union Berlin sudah ada sejak tahun 1906. Namun, pada waktu itu namanya belum Union Berlin.

Tim ini baru merasakan promosi ke Bundesliga tahun 2019. Union Berlin memenangkan laga play-off degradasi menghadapi VfB Stuttgart. Pada musim 2018/19, mantan timnya Timo Werner itu memungkasi Bundesliga dengan berada di posisi 16. Mereka pun harus menghadapi Union Berlin yang di musim yang sama, berada di peringkat ketiga Bundesliga 2.

Berkat kemenangan gol tandang, Union Berlin melesat ke Bundesliga. Mereka tampil di Bundesliga musim 2019/20. Hebatnya, setelah promosi ke Bundesliga, The Iron Ones justru makin rancak bana. Tim ini bahkan terus memanjat tangga klasemen. Di musim pertamanya, Union Berlin duduk di peringkat 11 di akhir musim.

Lalu di musim berikutnya, Union Berlin makin melesat dengan finis di posisi ketujuh Bundesliga. Finis di posisi itu pada musim 2020/21 membuat Union Berlin berkesempatan untuk bermain di Liga Konferensi Eropa. Kompetisi yang untungnya, baru saat itu mulai hendak digelar.

Kiprah di Eropa

Musim 2021/22 untuk pertama kalinya Union Berlin tampil di kompetisi Eropa. The Iron Ones mesti melakoni babak play-off untuk bisa masuk ke fase grup Liga Konferensi Eropa. Buat yang nggak tahu aja, semua tim yang berada di peringkat ketujuh akan melewati babak play-off terlebih dahulu sebelum ke fase grup.

Pada waktu itu Union Berlin menghadapi wakil Finlandia, Kuopion Palloseura. Anak asuh Urs Fischer mampu memenangkan pertandingan dengan skor telak 4-0. Mereka pun melenggang ke fase grup Liga Konferensi Eropa. Sayang seribu sayang, Union Berlin terhenti di fase grup karena hanya mengumpulkan tujuh poin. Kalah dari Feyenoord (14 poin) dan Slavia Prague (8 poin).

Liga Konferensi musim itu bukanlah kompetisi Eropa pertama dan terakhir Union Berlin. Di musim berikutnya, tim Jerman Timur itu lagi-lagi lolos ke kompetisi Eropa. Tak main-main, Union Berlin berhasil mengakhiri musim dengan finis di posisi lima. Ya, benar, posisi lima. Dan itu membuat mereka lolos ke Liga Eropa.

Dahsyat. Di Liga Eropa musim 2022/23, Union Berlin bahkan bisa melenggang ke babak 16 besar saat tim sebesar Barcelona tak bisa sampai ke sana. Namun, mereka dikalahkan oleh saudara sesama Union, yaitu Union Saint-Gilloise. Kiprah The Iron Ones kandas lagi. Tapi setidaknya ada peningkatan.

Mereka hanya bisa sampai ke fase grup Liga Konferensi musim 2021/22. Lalu Union Berlin bisa melangkah ke 16 besar di Liga Eropa musim berikutnya. Dan kini, tanpa harus menjuarai Liga Eropa, Die Eisernen akan bermain di Liga Champions musim depan karena mengakhiri Bundesliga di posisi keempat.

Sistem Moneyball

Di balik lolosnya Union Berlin ke tiga kompetisi Eropa secara beruntun ada tangan midas Oliver Ruhnert, direktur olahraga mereka. Dilansir Forbes, Ruhnert memakai sistem “moneyball” dalam mengelola Union Berlin. Sederhananya begini, Ruhnert menilai dan mengevaluasi seorang pemain berdasarkan data, statistik, dan hitung-hitungan matematis.

Ruhnert mengerti betul Union Berlin bukan tim besar. Jadi, sudi maupun tidak sudi, ia harus mengakali sistem dan bermain pintar. Ruhnert sudah pasti tidak akan merekrut pemain muda dengan performa apik tapi harganya mahal. Meski pemain muda dan performa memang menjadi faktor label harga di bursa transfer.

Ruhnert mencoba pendekatan yang berbeda. Ia mencari pemain yang kurang nama atau para pemain di lapis kedua liga-liga Eropa, seperti di Belgia, Polandia, atau Belanda. Ruhnert juga jarang merekrut pemain di bawah 23 tahun. Unik bukan?

Misalnya, top skor mereka musim ini, Sheraldo Becker. Ia lahir di Amsterdam dan masuk akademi Ajax. Namun, Becker tak bisa melompat ke tim utama. Alhasil, ia pun berseragam tim Liga Belanda lainnya, seperti PEC Zwolle dan ADO Den Haag. Becker diboyong tahun 2019 saat usianya sudah 24 tahun dan tanpa mengeluarkan sepeser pun biaya transfer. 

Selain dia, Jordan Siebatcheu datang ke Union Berlin dari klub Swiss, Young Boys hanya dengan biaya 6 juta euro (Rp96 miliar). Namun, ia menerangi Stadion An der Alten Forsterei dengan empat gol dan tiga asisnya.

Kemudian Kevin Behrens yang kini sudah berusia 32 tahun itu adalah mantan pemain divisi empat Regionalliga Southwest Jerman hingga 2018. Behrens musim ini sudah mencetak delapan gol dan dua asis di Bundesliga.

Peran Urs Fischer

Cara Ruhnert dimanfaatkan dengan baik oleh Urs Fischer. Mantan manajer FC Basel itu ditunjuk pada 2018. Dan sejak saat itu, ia mampu mengelaborasikan taktiknya dengan rekrutan Ruhnert. Union Berlin pun mengalami peningkatan sejak ditukangi Fischer. Buktinya, di musim pertamanya saja, Fischer sudah membawa timnya promosi ke Bundesliga.

Fischer memang bukan pelatih kelas teri. Gayanya yang sederhana itu dengan rapi menyembunyikan kualitasnya yang sesungguhnya. Gini-gini, Fischer sudah punya tiga gelar bersama FC Basel. Dua gelar Liga Swiss dan satu lagi gelar Piala Swiss. Taktik orang Swiss itu memberi dimensi berbeda bagi sepak bola Jerman, terutama di Bundesliga.

Saat pertama kali di Bundesliga, yaitu musim 2019/20, Fischer memakai skema 4-1-4-1 atau 3-4-2-1. Pola ini mendukung gaya menyerang yang cenderung memanfaatkan lebar lapangan. Makanya, musim itu Union Berlin sering menyerang lewat lini sayap. Tak ayal jumlah crossing-nya terbanyak ketiga di Bundesliga musim tersebut, dengan 23 umpan silang. Kalah dari Bayern Munchen (25) dan Eintracht Frankfurt (24).

Musim itu pula Fischer mengandalkan bola mati. Makanya, Union Berlin bisa membagi rata tugas mencetak gol. Tidak ada pemain yang mendominasi. Hal itu juga berlanjut di musim ini. Betul bahwa Sheraldo Becker adalah top skor klub, tapi faktanya gol Union Berlin musim ini tidak hanya berasal dari penyerang saja.

Bek seperti Danilho Doekhi bahkan sudah mencetak lima gol musim ini. Begitu pula gelandang Janik Haberer. Uniknya, Becker itu posisi aslinya penyerang lubang, bukan striker tengah. Malah penyerang tengah mereka, Kevin Behrens musim ini hanya mencetak delapan gol saja.

Pertahanan Baja

Musim ini Fischer tak banyak mengubah taktiknya. Ia masih suka memanfaatkan sisi sayap untuk menyerang. Selain menyerang, Fischer juga tak melupakan pertahanan. Karena ada kredo yang berbunyi, “Menyerang adalah cara terbaik untuk menang, tapi bertahan adalah kunci untuk menaklukkan liga”.

Fischer sepertinya mengamini betul kredo tersebut. Ia ingin The Iron Ones bertahan lebih lama di Bundesliga. Makanya, ia juga memperkokoh pertahanan tim. Lewat pola tiga beknya, akan ada opsi di mana dua wingback akan turun membantu pertahanan, sehingga akan ada lima pemain di lini bertahan.

Selain itu, saat tidak dalam penguasaan bola, orientasi yang dipakai Fischer adalah man-to-man marking. Cara ini mujarab untuk meredam serangan lawan. Hasilnya, Union Berlin jadi jarang kebobolan. Terbukti, musim ini hanya Union Berlin dan Bayern Munchen tim dengan kebobolan paling sedikit di Bundesliga, yaitu 38 gol.

Musim depan, Union Berlin akan bermain di Liga Champions. Cobaan makin berat. Konsistensi, meski klise, wajib bagi The Iron Ones. Ruhnert dengan kecerdikannya, bisa jadi akan menemukan pemain hebat lagi di musim depan. Union Berlin pun tak perlu takut soal kedalaman skuad. Well, kira-kira bakal sampai mana Union Berlin di Liga Champions musim depan?

https://youtu.be/TtBRGw9CzD0

Sumber: Bundesliga, PanditFootball, BreakingTheLines, TheAthletic, Forbes, Bundesliga

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru