Desas-desus pelatih baru Manchester United di musim mendatang mulai terendus nyata. Beberapa fans dan pemain juga telah menjajaki siapa yang paling berpeluang melatih Setan Merah musim depan.
Muncullah dua nama yang paling santer dikabarkan bakal melatih United. Mereka adalah Mauricio Pochettino yang kini masih melatih PSG, dan Eric Ten Haag yang masih melatih Ajax Amsterdam. Keduanya dikabarkan jadi calon terkuat penerus Rangnick yang masa melatihnya akan selesai di akhir musim.
Jika dilihat dari beberapa aspek yang mungkin dijadikan parameter manajemen, fans, maupun pemain, mana yang terbaik dari kedua pelatih muda tersebut? Tentu dengan melihat track record keduanya dari berbagai segi.
Daftar Isi
Dari Segi Raihan Gelar
Dari segi raihan gelar, Pochettino ketika di Spurs hanya mencapai prestasi terbaiknya dengan membawa Spurs ke final Liga Champions pada 2019. Mereka juga mencapai final Piala Liga pada musim 2014/2015, dan keduanya mengalami kegagalan.
Di Premier League, Pochettino juga pernah membawa Spurs finish sebagai runner up di musim 2016/2017. Di Spurs target utama Pochettino hanyalah membawa Spurs ke Champions League dan gelar lain hanya bonus.
Saat Pochettino menjadi suksesor Thomas Tuchel di PSG, Les Parisiens justru kehilangan gelar Ligue 1 pada musim 2020/21 dari Lille. Pochettino baru bisa meraih gelar pertama di PSG pada Piala Super Prancis di musim 2020/2021.
Namun, PSG harus tersingkir dari Liga Champions di babak semifinal dari Manchester City di musim yang sama. Nah, musim ini PSG dengan nyaman berada di jalur untuk mendapatkan kembali mahkota liga mereka.
Lost League Cup Final in 2015.
Came third in a two horse race in 2016.
Lost Champions League Final in 2019.
Didn’t win Ligue 1 for first time since 2017.
Lost Trophée des Champions last night.You can take the man out of Spurs but not Spurs out the man. pic.twitter.com/IYf93qVqg8
— Casumo Sports (@CasumoSports) August 2, 2021
Sedangkan Ten Haag dari segi gelar telah berbuat banyak untuk mengembalikan Ajax ke puncak dengan kemenangan Eredivisie di musim 2018/19 dan 2020/21.
2020-21
Team: 🇳🇱Ajax
League: Eredivisie, 1st🏆
Cup: 1st🏆
Champions League: Group Stage
Europa League: Quarter-Finals
Super Cup: N/A (Cancelled)2021-22 (currently in progress)
Team: 🇳🇱Ajax
Super Cup: 2nd🥈 pic.twitter.com/JN4iFp86HC— 👑 (@MUFC_Realist) November 22, 2021
Kemungkinan besar musim 2021/22 ini akan menjadi hattrick bagi Ten Haag menjuarai Eredivisie. Yang lebih mengesankan dari Ten Haag adalah perjalanan Ajax ke semifinal Liga Champions musim 2018/19.
Dilihat dari pengalaman meraih gelar rapor Ten Haag lebih cocok dari apa yang diharapkan fans United sekarang. Ten Haag paling tidak sudah mempunyai mental meraih trofi, meski lebih dominan ia raih di kompetisi domestik Belanda.
Sebaliknya, soal gelar Pochettino tak cukup baik membawa tim-tim raksasa. Namun, pengalamannya melatih Tottenham Hotspur menjadi perlu diperhatikan Manchester United. Apalagi jika MU minimal ingin mengamankan slot UCL musim depan.
Dari Segi Kebijakan Transfer
Melihat dari sejarah kebijakan transfer, Pochettino ketika di Spurs secara bertahap membangun skuadnya selama beberapa tahun dengan cara yang sistematis dan cukup sukses dengan dana yang terbatas dari sang pemilik Levy.
Spurs have not bought a player since signing Lucas Moura in January 2018.
But according to The Sun, chairman Daniel Levy will hand Pochettino a transfer budget in excess of £100million this summer. pic.twitter.com/rUl69LvuJE
— Lilian Chan (@bestgug) May 4, 2019
Eric Dier, Son Heung-min, Toby Alderweireld, Davinson Sanchez dan Lucas Moura merupakan pembelian cerdik Pochettino di Spurs.
Beberapa transfer Pochettino di Spurs juga banyak yang kurang berhasil seperti Federico Fazio, Clinton N’Jie, Vincent Janssen, maupun Fernando Llorente.
Ketika di PSG, Pochettino ketiban rejeki dari uang sang pemilik, hal yang jarang didapatkannya selama melatih. Pochettino mendapatkan beberapa kemewahan pemain.
Pochettino sepertinya adalah tipe pelatih yang tetap akan mengharapkan dana untuk membangun tim. Tetapi, dia terlihat bukan tipe manajer yang menuntut investasi besar setiap musimnya.
Sedangkan strategi transfer Ajax di bawah Ten Haag berbeda. Mereka telah lama mengembangkan pemain akademi dan menjualnya dengan harga yang sangat besar, atau merekrut pemain dengan harga yang murah, lalu mengembangkannya dan kembali menjualnya demi keuntungan.
Lihat saja contohnya seperti Frenkie de Jong dan Matthijs De Ligt yang masing-masing dibeli oleh Barcelona dan Juventus dengan harga fantastis. Kemudian Hakim Ziyech yang dibeli Chelsea, Manchester United memboyong Donny Van De Beek dan Barcelona membeli Dest.
De Light – Juventus
De Jong- Barcelona
Ziyech – Chelsea
Van De Beek- Manchester UnitedAjax UCL class of 2018 really stepped up pic.twitter.com/aDKuMl3QAl
— q (@quinn_utd) September 26, 2020
Tapi Ten Hag juga menunjukkan kelihaian dalam hal merekrut pemain. Ia mendatangkan kembali Daley Blind dari Manchester United dan berhasil menjadi pilar pentingnya. Dusan Tadic juga menjadi salah satu yang berhasil yang didatangkan dari Southampton. Sebastien Haller juga menemukan kembali sentuhan mencetak golnya di Ajax setelah kesusahan di West Ham.
Melihat riwayat kebijakan transfer keduanya baik Ten Haag maupun Pochettino sama-sama mempunyai kelihaian dalam mencari pemain, baik dengan uang terbatas maupun lebih. Di United dengan dana yang cukup, bagi keduanya mungkin tidak akan menjadi masalah, tinggal prioritas pos mana yang akan difokuskan terlebih dahulu.
Dari Segi Permainan
Dari segi permainan keduanya hampir mirip antara Pochettino dan Ten Haag. Keduanya adalah penyuka sepakbola menyerang.
Biasanya Pochettino menyukai formasi 4-2-3-1 ketika di Tottenham. Ia menawarkan keseimbangan dalam bermain yang disesuaikan dengan kapasitas pemain yang ada.
We peaked this season. Finished 2nd unbeaten at home. Was a masterclass season only bettered by Conte and his 3 at the back wonder formation. If we couldn’t win a trophy that season under Pochettino, we won’t any season. Peak times pic.twitter.com/QbG3ur3loU
— Chris (@chrislh777) October 27, 2019
Ketika di PSG, dia cenderung memakai pola 4-3-3 untuk memanfaatkan opsi menyerang yang lebih banyak dengan para pemain bintangnya.
Sementara, dari segi permainan, Ten Haag di Ajax juga memakai pola 4-3-3. Dengan variasi ini mereka mampu mendominasi sebagian besar pertandingan domestik yang mereka mainkan, dan mencetak banyak gol. Ten Haag lebih sering menerapkan strategi melalui penguasaan bola serta kombinasi umpan-umpan pendek yang cepat.
Erik Ten Haag.🇳🇱
– Ajax Manager.– Managed: 332
– Win Percentage: 62.38%
– Major Honours: 3
– Preferred Formation: 4-3-3
– Well known for making it to the semi-final of the 18/19 UCL Campaign.
– Develops young players well.
– Fast, attacking, direct, high pressing football. pic.twitter.com/VA95uAuxtT— ESAMA OF LAGOS 🇨🇦 (@Esama_of_Lagos) April 7, 2020
Dengan kemiripan pola kedua pelatih ini, Tampaknya di United tidak akan menjadi masalah, Pochettino di United mungkin tetap akan mengandalkan Bruno dan Ronaldo sebagai tumpuan. Nah, kalau Ten Haag cenderung akan lebih mengandalkan sisi pemain sayap seperti Rashford maupun Sancho.
Dari Segi Menangani Ego Pemain
Dari segi menangani ego pemain, sejak bergabung dengan PSG, Pochettino dihadapkan pada tantangan mengerikan untuk menangani beberapa ego bintang yang ada. Hal itu memang terlihat baik-baik saja. Namun, berurusan dengan sekelompok Galacticos modern di Paris tidak akan pernah mudah.
Pochettino bukanlah seorang yang spesial, tetapi pengalamannya di PSG dalam menangani beberapa ego bintang besar mampu menjadi modal.
Berbeda jauh dengan Ten Haag yang jarang berurusan dengan banyak pemain bintang dengan ego besar. Itu akan menjadi pengalaman barunya jika ia menangani United.
Ten Haag hanya melakukan pendekatan kerja tim dan menganggap semua pemain sama kuat di lapangan dengan tugas masing-masing, meski itu pemain bintang. Hal ini akan diuji di United ketika ia berhadapan dengan beberapa pemain bintang seperti Ronaldo.
Melihat pengalaman dalam menangani ego, Pochettino sudah terbukti daripada Ten Haag. Pochettino mungkin akan lebih diterima di skuad United meskipun Bruno, Pogba, dan Ronaldo masih bertahan. Bagi Ten Haag mungkin bisa mencari formula khusus guna meredam ego para bintang di United.
Dari Segi Mengembangkan Talenta Muda
Tampaknya track record Pochettino dalam memberikan kesempatan kepada pemain muda di skuad yang ia latih sangat selaras dengan tradisi di United.
Pochettino sangat mahir dalam mengorbitkan talenta muda Inggris, entah saat menangani Spurs atau Southampton. Pemain-pemain yang ia orbitkan antara lain Luke Shaw, Adam Lallana, Harry Kane, Dele Alli, Eric Dier, maupun Kieran Trippier.
Tottenham face the famous midweek battle at Stoke – Pochettino’s young guns can sho… https://t.co/6N2XbExed2 #THFC pic.twitter.com/bOQPaEmrZX
— Zesty Hotspur News (@zesty_hotspur) April 18, 2016
Hal itu juga sebenarnya berlanjut di PSG. Pemain seperti Xavi Simons, Colin Dagba maupun Nuno Mendes sering diberikan menit bermain oleh Pochettino.
Di lain sisi Ten Haag memang terkenal sebagai pelatih yang mampu mengembangkan talenta muda. Bagaimanapun Ten Haag dan Ajax adalah salah satu maestro pencetak bakat muda akademi hingga sekarang.
Ten Haag juga pandai mengkombinasikan senior dan junior seperti Daley Blind, Dusan Tadic, Nicolas Tagliafico, Davy Klaassen maupun Ryan Gravenberch yang masih berusia 19 tahun.
“Ryan is an important player, a true product of the @AFCAjax youth academy. He’s taken huge steps in his development, everyone can see this. He’s a primary example of a player that can help us grow and reach a higher level as a team.”
[Daley Blind – @parool]#Ajax #Gravenberch pic.twitter.com/YxnMqcpLGR
— weTalk Ajax (@wetalkajax) May 1, 2021
Melihat pengembangan usia muda, kedua pelatih ini sama mahirnya. Ketika di United pemain seperti Elanga, Mctominay, maupun kembalinya Amad Diallo sepertinya akan menjadi modal bagi polesan Ten Haag maupun Pochettino. Bukan tidak mungkin para pemain muda ini bisa berkembang pesat seiring menit bermain yang diberikan.
Dari Segi Keinginan Fans dan Pemilik
Dari segi keinginan fans maupun pemilik ternyata akhir-akhir ini tidak menemui titik temu. Fans United terbelah menginginkan Pochettino dan Ten Haag. Di sisi lain sebagian besar pemain yang ada di United sekarang ternyata lebih mendukung Pochettino.
🚨 Many Manchester United players want Mauricio Pochettino to be the club’s manager next season.
(Source: @TeleFootball) pic.twitter.com/cOf1GH3eaE
— Transfer News Live (@DeadlineDayLive) February 10, 2022
Sedangkan sang pemilik lewat direktur mereka yang baru, Richard Arnold lebih memprioritaskan Ten Haag. Dan hal itu juga didukung oleh pelatih interim United sekarang Ralf Rangnick yang setuju dengan penunjukan Ten Haag karena kesamaan filosofi.
Manchester United want to appoint a deputy football director.@markchapman is just glad they’re looking to bring some ‘clarity’ to the club’s structure…#MUNBHA
🎙️ 𝗧𝗛𝗘 𝗔𝗧𝗛𝗟𝗘𝗧𝗜𝗖 𝗙𝗢𝗢𝗧𝗕𝗔𝗟𝗟 𝗣𝗢𝗗𝗖𝗔𝗦𝗧
Listen here: https://t.co/faEHhxHhl3 pic.twitter.com/sseWmKSbGQ— The Athletic UK (@TheAthleticUK) February 15, 2022
Jadi Pochettino dan Ten Haag akan sama-sama memiliki PR untuk memenangkan hati para fans maupun pemilik United. Selera fans United terhadap Ten Hag dikarenakan kerinduan mereka akan permainan menyerang di era Ferguson yang sudah lama hilang. Sementara Pochettino dinilai fans juga mampu untuk membawa United ke level yang lebih baik akan tetapi ada juga yang menganggapnya hanya akan sama “seperti ole”.
Untuk sebagian fans yang tidak suka pada Ten Haag beralasan bahwa pengalaman yang kurang di Premier League dan proses adaptasi yang lama menjadi halangan, itupun kalau cocok.
Dalam kasus itu mungkin fans United dapat berkaca pada Jurgen Klopp dan Pep Guardiola ketika mereka kosong pengalaman Premier League, ketika tiba di Liverpool dan Manchester City, toh mereka juga bisa sukses.
Beberapa aspek yang dilihat dari Pochettino maupun Ten Haag, tentu ada plus-minusnya. Bagaimanapun kandidat pelatih United musim depan sudah mengerucut pada dua orang itu. Tinggal beberapa pertimbangan saja yang harus dikompromikan secara bersama antara fans, pemain, dan pemilik guna memantapkan penunjukan the real coach United musim 2022/2023.
Sumber Referensi : thesun, givemesport, football365, dailymail