Pemecatan adalah suatu keputusan yang lazim terjadi dalam panggung sepak bola, apalagi Premier League yang terkenal kejam. Maka, bagi sebagian orang, pemecatan Steve Cooper yang dilakukan oleh Nottingham Forest dipandang sebagai keputusan yang biasa saja.
Posisi pelatih berkebangsaan Wales tersebut memang sudah digoyang sejak musim lalu, tetapi baru mencapai eskalasi di musim ini. Pada awalnya, Cooper sanggup membawa Forest meraih 7 poin dalam 5 matchday pertama.
Namun setelah itu, dalam 13 pertandingan beruntun, mantan juara 2 kali European Cup tersebut hanya sanggup menang sekali dan tujuh kali menelan kekalahan. Steve Cooper kemudian dipecat pada 19 Desember 2023 saat Forest tengah duduk di peringkat 17.
Melihat kondisi tersebut, pemecatan Steve Cooper dari kursi manager Nottingham Forest terlihat sangat masuk akal. Namun, bagi mereka yang paham hubungan antara keduanya, pemecatan tersebut adalah sebuah akhir yang tak diinginkan.
Daftar Isi
Kedatangan Steve Cooper
Seperti yang kita tahu, Nottingham Forest adalah raksasa yang terlanjur tertidur pulas. Sejak terdegradasi dari Premier League pada akhir musim 1999, mereka butuh waktu lebih dari 2 dekade untuk kembali ke habitat asalnya.
Setelah terus berkutat di Championship, harapan mulai muncul tatkala Evangelos Marinakis mengambil alih kepemilikan Nottingham Forest dari tangan Keluarga Al-Hawsawi yang toxic. Maklum saja, Marinakis tak hanya modal kaya, tetapi punya segudang pengalaman ketika menjadikan Olympiacos sebagai raksasa yang sulit digoyahkan di Liga Yunani.
Program 5 tahun untuk mengembalikan Nottingham Forest ke kompetisi Eropa kemudian dicanangkan. Namun, tak mudah membangunkan raksasa yang terlanjur tertidur pulas.
Aktivitas transfer yang buruk dan budaya klub yang toxic membuat Forest masih berkutat di Championship selama 4 tahun era Marinakis. Manager kawakan semacam Aitor Karanka, Martin O’Neill, Sabri Lamouchi, hingga Chris Hughton yang terbilang spesialis promosi itu semuanya gagal mengembalikan Nottingham Forest ke habitatnya.
Forest kemudian melakukan pergantian personel di balik layar. Marinakis menunjuk Dane Murphy sebagai kepala eksekutif baru. Sosok inilah yang kemudian memilih Steve Cooper sebagai figur yang tepat untuk Nottingham Forest.
Melihat rekam jejak Steve Cooper, Nottingham Forest sadar akan pentingnya keberlanjutan. Dan Steve Cooper memang sosok yang tepat. Penunjukannya juga disambut hangat oleh para fans yang terkenal sabar.
Jika kamu menganggap Steve Cooper sebagai manager medioker yang tak pantas berada di panggung Premier League, maka kamu berutang maaf. Salah satu alasan mengapa Steve Cooper disambut hangat adalah karena keberhasilannya membawa Swansea City mencapai play-off Championship dalam dua musim beruntun.
Lebih daripada itu, di waktu yang hampir bersamaan saat Evangelos Marinakis mengakuisisi Nottingham Forest, Steve Cooper adalah sosok yang bertanggung jawab dalam kesuksesan timnas Inggris U-17 menciptakan sejarah baru.
Pada ajang Piala Dunia U-17 yang digelar di India, Inggris yang bermaterikan pemain muda semacam Phil Foden, Jadon Sancho, Callum Hudson-Odoi, Emile Smith Rowe, Morgan Gibbs-White, Conor Gallagher, Rhian Brewster, hingga Marc Guehi, berhasil keluar sebagai juara.
Pelatih bermata sayu tersebut memang punya rekam jejak yang bagus ketika menangani pemain muda. Sebelum menangani Inggris U-16 dan U-17, serta membuat program pelatihan dan kurikulum untuk Inggris U-15, Steve Cooper adalah mantan pelatih akademi Liverpool.
Cooper memang seorang fans Liverpool. Saat hari-harinya di Liverpool, Cooper adalah sosok yang ikut punya andil dalam perkembangan Raheem Sterling dan Trent Alexander-Arnold.
Steve Cooper: Memperbaiki Nottingham Forest yang Rusak
Rekam jejak kepelatihan dari Steve Cooper memang sebuah jaminan. Akan tetapi, menangani tim yang rusak seperti Nottingham Forest adalah sebuah tantangan yang sulit.
Cooper ditunjuk sebagai manager anyar Nottingham Forest pada 21 September 2021. Saat itu, Forest terpaksa harus melakukan penghematan keuangan. Cooper juga datang saat klub berjuluk “The Tricky Trees” itu duduk di tangga paling bawah dengan koleksi 4 poin.
Yang lebih memprihatinkan, Steve Cooper menyadari bahwa ia mewarisi skuad yang kondisi mentalnya amat buruk. Kalau bahasa anak sekarang; rawan kena mental. Wajar saja, sebab dalam 11 bulan terakhir bersama Chris Hughton, tim ini tak pernah berada di atas peringkat 15. Selain itu, kebersamaan dalam tim ini amat rendah. Bayangkan saja, mereka cenderung tidak merayakan gol secara bersama-sama.
Untungnya, Steve Cooper adalah pelatih yang memanusiakan pemainnya. Sikap positif dan kebersamaan adalah hal pertama yang ia tanamkan kepada seluruh penggawa Nottingham Forest.
Cooper sangat berhati-hati memilih kosakata ketika berbicara dengan pemainnya. Ia juga sangat berhati-hati di depan media. Ia selalu berusaha untuk membesarkan hati para pemainnya.
Cooper selalu menyempatkan diri untuk berbicara dari hati ke hati dengan setiap pemainnya. Tujuannya bukan hanya untuk memberi motivasi atau memulihkan mental, tetapi mengubah pola pikir seluruh keluarga Nottingham Forest ke arah yang lebih baik.
Pendekatan yang dilakukan Steve Cooper berbuah positif. Ajarannya untuk bermain dengan penun keberanian, nyaman dengan bola, dan menyerang dengan jumlah banyak dapat dicerna dengan baik dan cepat oleh pemainnya.
Hasilnya, Cooper tak hanya berhasil mengangkat moral anak asuhnya, tetapi juga membuat mereka memiliki mentalitas klub besar sesuai dengan sejarah yang dimiliki Nottingham Forest.
Cooper adalah manager yang paham betul sejarah klub. Ia bahkan disebut bertemu beberapa kali dengan para pemenang European Cup untuk mengambil pelajaran. Ia juga membangun hubungan yang positif dengan fans.
Dampaknya di atas lapangan, Nottingham Forest menjadi tim yang pantang menyerah dan peruntungan mereka pun berubah drastis. Forest berhasil mendapat tambahan 76 poin, hasil dari 22 kali menang dan 10 kali imbang dalam 38 pertandingan.
Hasil tersebut membuat posisi Nottingham Forest melesat dari peringkat paling buncit ke posisi keempat untuk lolos ke babak play-off. Singkat cerita, Steve Cooper berhasil mengakhiri penantian Nottingham Forest selama 23 tahun untuk kembali ke Premier League usai menang tipis 1-0 atas Huddersfield Town di partai final play-off.
Mempertahankan Nottingham Forest di Premier League
Era baru pun dimulai. Forest menyambut pagi cerah yang telah lama dinanti itu dengan suka cita. Tak ingin hanya sekadar mampir untuk kembali turun kasta, Forest belanja besar-besaran untuk menambal skuad sekaligus menambah amunisi mereka.
Tak tanggung-tanggung, 21 pemain baru didatangkan dengan total biaya £165 juta. Angka-angka tersebut menjadi rekor di Liga Inggris. Pengeluaran Forest tersebut hanya kalah dari Manchester United, Chelsea, dan West Ham United. Bahkan, lebih besar dari gabungan pengeluaran seluruh klub Eredivisie dan lebih banyak dari Barcelona, Real Madrid, dan PSG.
Tentu saja, langkah yang ditempuh Nottingham Forest sebagai tim promosi mendapat kritik pedas. Namun, Steve Cooper pasang badan. Menurutnya, belanja besar yang dilakukan klubnya merupakan kesempatan terbaik untuk tetap bertahan di kerasnya Premier League sekaligus investasi baik untuk masa depan mereka.
Memang terbukti. Tak semua rekrutan anyar Forest mampu tampil sesuai harapan. Butuh waktu penyesuaian untuk menyatu. Selain itu, Premier League juga menunjukkan kekejamannya.
Untuk kali pertama, posisi Steve Cooper sebagai nahkoda dipertimbangkan untuk dipecat usai Forest kalah 4-0 dari Leicester City di pekan ke-9. Itu merupakan kekalahan kelima secara beruntun yang membuat Forest terjun ke dasar klasemen.
Namun, secara mengejutkan, hasil rapat direksi justru memutuskan untuk memberi Steve Cooper perpanjangan kontrak hingga Juni 2025.
Perlahan, Cooper mampu memperbaiki performa timnya. Raihan 11 poin sepanjang pekan ke-18 hingga 22 berhasil mengeluarkan Nottingham Forest dari zona degradasi. Namun setelah itu, Forest gagal meraih kemenangan dalam 8 pertandingan beruntun.
Posisi Steve Cooper kembali terdesak di awal April 2023 usai timnya kalah 2-1 dari Leeds United. Hasil tersebut kembali membuat Forest terancam degradasi.
Tak bisa dipungkiri bila Steve Cooper diambang pemecatan. Tapi sekali lagi, Evangelos Marinakis pasang badan. Sayangnya, Forest malah menelan 3 kekalahan beruntun dari Aston Villa, Manchester United, dan Liverpool yang membuat mereka terjun ke posisi 19.
Steve Cooper kemudian sukses kembali membuat Nottingham Forest bangkit dengan meraih kemenangan atas Brighton dan Southampton di pekan ke-33 dan 35. Puncaknya, kemenangan tipis nan mengejutkan atas Arsenal di pekan ke-37 berhasil mengunci status Nottingham Forest di Premier League.
Kemenangan tersebut tak hanya menyelamatkan Forest dari degradasi, tetapi juga membuat Steve Cooper terhindar dari pemecatan. Menariknya, kemenangan tersebut juga sekaligus memupus harapan Arsenal meraih titel Premier League.
Steve Cooper: Jasamu Abadi!
Sungguh sebuah akhir dramatis dari musim comeback Nottingham Forest di Premier League. Meski harus bersusah payah, merupakan sebuah pencapaian bagus bagi sebuah tim promosi untuk dapat bertahan di musim pertamanya di Premier League. Dan Steve Cooper berhasil menyelesaikan misi tersebut.
Sayangnya, selalu ada akhir dalam sebuah cerita. Dan pemecatan Steve Cooper pada 19 Desember lalu adalah sebuah akhir yang tak diinginkan oleh Nottingham Forest.
Sulit untuk tidak jatuh cinta dengan pekerjaan Steve Cooper. Ia berhasil menyulap sebuah tim rusak yang duduk di dasar klasemen Championship menjadi tim yang memenangi final play-off.
Bukan hanya Nottingham Forest, tetapi seluruh penduduk Nottingham berutang budi pada Steve Cooper. Selama 23 tahun absen dari Premier League, kondisi “The Tricky Trees” amat memprihatinkan. Sebanyak 19 manager gagal mengangkat posisi Nottingham Forest. Selama masa-masa tersebut, kondisi klub juga amat suram dengan stadion yang mulai sepi dan nama besar Nottingham Forest yang mulai terlupakan.
Hingga akhirnya datanglah Steve Cooper. Dia tak hanya mengakhiri penantian Nottingham Forest untuk kembali ke Premier League. Namun, juga mengubah nasib mereka.
Morgan Gibbs-White, Orel Mangala, Harry Toffolo, Taiwo Awoniyi, hingga Anthony Elanga adalah beberapa pemain bersinar yang kini diwariskan kepada manager anyar, Nuno Espirito Santo.
Akan tetapi, warisan terbesar Steve Cooper adalah kebahagiaan. Selama lebih dari 2 tahun masa baktinya, ia sukses membuat sebuah klub, sebuah kota, dan ribuan orang yang seolah tengah mati suri menjadi hidup kembali dan memiliki harapan baru.
Sampai kapanpun, jasa Steve Cooper untuk Nottingham Forest akan selalu abadi!
Referensi: The Athletic, Wales Online, The Guardian, The Guardian, The Athletic.