Sadio Mane, salah satu anggota trisula Liverpool yang sukses guncangkan sepakbola Inggris.
Mane dikenal sebagai pemain cepat dan berskill tinggi. Dirinya selalu meninggalkan kesan istimewa untuk tim yang dibelanya. Aksi briliannya kala masih berseragam Southampton, membuat Liverpool kepincut untuk meminangnya.
Perjalanan suksesnya pun ia tapaki dengan melewati berbagai jalan terjal. Mane dikenal luas di jalanan Sedhiou, sebuah kota kecil di Senegal, tempatnya tumbuh dan bermain sepakbola dalam lingkungan kumuh.
Mane lahir di Sedhiou tahun 1992 silam. Ia diberarkan di desa kecil, Bambali, jauh dari pusat kota. Karena kondisi orang tua nya yang sangat memprihatinkan, Mane tinggal dan dibesarkan oleh sang paman.
“Orang tua saya selalu kesulitan untuk memberi saya makan.”
Tinggal bersama sang paman, Mane kecil selalu menghabiskan waktunya untuk bermain bola bersama dengan anak-anak sekitar. Mereka bermain bukan di lapangan, melainkan di jalanan.
Mane akan selalu ingat bahwa masa kecilnya penuh dengan keprihatinan.
Selain bermain bola di jalanan, Mane juga sering menyempatkan diri untuk menonton pertandingan sepakbola. Dan saat itu, Liga Inggris adalah liga yang menurutnya paling hebat. Ia bermimpi bahwa suatu hari nanti ia bisa bermain di liga tersebut.
Perjalanan Senegal di Piala Dunia 2002 juga memberi kisah tersendiri bagi Mane. Ketika melihat negaranya bertanding di ajang empat tahunan itu, ia memiliki tekad untuk bisa membela tim nasionalnya.
“Setelah menyaksikan Senegal tampil di Piala Dunia, saya membuat turnamen kecil di desa. Bersama teman-teman, kami sukses membuat pertandingan sepakbola yang menarik bagi banyak orang.”
“Saya ingat jika dulu banyak yang mengatakan bahwa saya adalah pemain yang hebat.”
Skill dan kecepatan tinggi yang dimiliki Mane kerap membuat lawan mainya tunggang-langgang dalam menghadapi nya. Dirinya dikenal luas di jalanan sebagai bocah yang mahir bermain bola.
Tepat di usia 15 tahun, Mane menempuh perjalanan 500 mil menuju Dakar untuk sebuah trial sepakbola. Saat itu ia berhasil memikat pemandu bakat. Takdir Mane untuk menjadi pesepakbola dunia mulai menemui titik terang.
“Saya meninggalkan kampung halaman untuk pergi ke ibu kota dengan paman saya, di sana ada sebuah trial sepakbola,”
Sang pemandu bakat pun sempat ragu dengan Sadio Mane. Mereka mengatakan,
“Apa kau datang kesini untuk ikut trial? Dengan sepatu itu? Kamu bahkan tidak memiliki celana yang tepat untuk melakukan trial.”
Hinaan itu membuat Mane marah sekaligus hancur. Namun, impian untuk menjadi pesepakbola dunia selalu memberi motivasi lebih untuknya. Dia tetap bermain baik dan pada akhirnya berhasil mengejutkan pemandu bakat yang sempat menghinanya itu.
Tanpa pikir panjang, setelah terkejut dengan kemampuan Mane, sang pemandu bakat langsung merekrut bocah dengan sepatu lusuh itu agar mau bergabung dengan akademinya yang bernama Academie Generation Foot. Setelah itu ia terbang ke Prancis untuk gabung akademi klub Metz.
Dalam hal ini, ia sangat berterimakasih dengan pamannya. Ia menganggap bahwa sang paman merupakan sosok yang sangat membantu untuk bisa mewujudkan mimpi besarnya.
“Paman saya adalah sosok yang sangat berjasa. Bukan hanya diawal kehidupan saya, namun berjasa bagi seluruh kehidupan saya. Dia sudah banyak memberikan yang ia punya untuk saya.”
Selain kondisinya yang sangat memprihatinkan, Mane juga sempat mendapat tentangan dari keluarganya. Saat itu, sang ibu memintanya untuk belajar dan menjadi guru, bukan menjadi pesepakbola.
“Ibu saya dan ayah saya lebih suka saya pergi ke sekolah sepanjang waktu dan belajar. Akan tetapi, pada waktu itu saya hanya fokus untuk menjadi pemain sepakbola,”
Meski sempat mennetang dan bersikeras untuk menjadi pemain sepakbola, pada akhirnya Mane tidak salah memilih jalan hidupnya. Tahun 2012, Mane hijrah ke Austria, tepatnya ke klub Red Bull Salzburg. Dua tahun bermain di sana, ia kemudian berhasil menarik perhatian Southampton dan mereka memutuskan memboyongnya ke Premier League.
Dari sinilah mimpinya tercapai, ia berhasil mewujudkan keinginan kecilnya, yakni bermain di liga yang menurutnya terbaik di dunia.
Bermain gemilang di Southampton membuat Mane direkrut oleh klub penuh sejarah, Liverpool. Saat ini, bisa dikatakan Mane adalah salah satu penyerang terbaik di Premier League. Ia sukses membentuk trio yang menakutkan bersama Mohamed Salah dan Roberto Fimino.
Mane mengenang dirinya sebagai bocah 15 tahun yang merefleksikan bagaimana ia kini telah jauh berkembang dari sebelumnya. Dari seorang pemain bola jalanan hingga mampu menapaki karir pada level tertinggi.
Berkat sepatu lusuhnya, Mane berhasil mewujudkan mimpi besarnya, sekaligus membuktikan bahwa ia mampu menghasilkan banyak uang dari bermain bola.