Real Madrid barangkali telah menyabet semua prestasi yang tersedia dalam sepak bola. Mereka memegang rekor 32 gelar Liga Spanyol, 19 Copa del Rey, serta 13 titel Liga Champions. Mereka adalah klub tersukses di dunia, mengalahkan raksasa-raksasa lain seperti Manchester United atau Juventus.
Selama ini, mereka menjalani rivalitas sengit dengan Atletico Madrid (El Derbi Madrileno) dan Barcelona (El Clasico). Sepanjang sejarahnya, mereka juga diperkuat pemain-pemain terbaik dunia, seperti Alfredo di Stefano, Ferenc Puskas, atau Cristiano Ronaldo.
Kembali ke masa lalu, kemunculan sepak bola di Madrid tak bisa dilepaskan dari peran para akademisi dan mahasiswa di Institucion Libre de Ensenanza. Mahasiswa lulusan Cambridge dan Oxford yang lebih dulu mengenal sepak bola dari negara asalnya (Inggris) kemudian membentuk perkumpulan sepak bola.
Sky Football lalu terbentuk pada 1897. Mereka punya julukan La Sociedad (The Society), yang dikenal sebagai satu-satunya komunitas bola di Madrid saat itu. Mereka menjalani latihan tiap Minggu pagi di Moncloa.
Pada 1900, konflik di internal klub mulai merebak. Sebagian dari mereka keluar lalu membentuk Nueva Sociedad de Football (New Society of Football) sebagai klub tandingan Sky Football. Di antara para pendiri Nueva, salah tiganya adalah Julian Palacios, Juan padros, dan Carlos Padros, tiga orang yang kelak akan jadi presiden Real Madrid.
Nueva kemudian mengganti namanya menjadi Madrid Football Club, yang diikuti perubahan Sky menjadi New Football Club.
Pada 6 Maret 1902, ketika jajaran manajemen sudah terbentuk dan Juan padros terpilih sebagai pucuk pimpinan, Madrid Football Club resmi didirikan.
Tiga tahun setelah terbentuk, klub memperoleh trofi pertamanya. Madrid FC mengalahkan Athletic Bilbao di Piala Spanyol pada 1905.
Madrid FC menjadi salah satu pendiri federasi sepak bola Spanyol, Real Federacion Espanola de Futbol (Royal Spanish Football Federation) pada 4 Januari 1909. Tak berselang lama, setelah berkali-kali pindah lapangan, pihak klub memastikan akan berkandang di Campo de O’Donell.
Kala itu, Spanyol masih menganut sistem monarki, yaitu ketika raja memegang kekuasaan mutlak. Raja Alfonso XIII yang menggemari sepak bola kemudian menganugerahi Madrid FC dengan gelar kehormatan “Real” (Setara dengan “Royal” di Inggris, atau “Kemewahan (yang diberikan kerajaan)” di Indonesia). Sejak 1920, mereka resmi menyandang nama Real Madrid, serta berhak memasang mahkota di logo mereka.
Akan tetapi, kekuasaan monarki runtuh pada 1931. Segala yang berbau kerajaan pun dihapuskan, termasuk gelar Real dan logo mahkota. Nama klub pun kembali menjadi Madrid CF.
Pada 1937 hingga awal 1940-an, aktivitas klub terhenti total karena perang saudara Spanyol dan perang dunia II.
Pada 13 Juni 1943, kemenangan terbesar Real Madrid atas Barcelona dalam sejarah terjadi. Mereka mengalahkan rival dari Catalonia tersebut dengan skor 11-1, meski ada laporan pemain Barca mendapat intimidasi dari aparat. Walaupun begitu, UEFA dan FIFA tetap mengakui hasil tersebut.
Masa-masa setelah itu adalah periode paling sukses bagi klub. Santiago Bernabeu Yeste, yang sebelumnya pernah menjadi kapten tim semasa bermain bagi Real Madrid, pelatih, dan direktur klub, pada 1945 naik pangkat menjadi presiden klub. Hal pertama yang ia lakukan adalah melakukan pembangunan stadion dan kompleks latihan.
Stadion baru yang dinamai sesuai dengan nama sang presiden itu diresmikan pada 1947, dan hingga kini tetap menjadi kandang Real Madrid. Ia juga merintis akademi Real Madrid, yang kini dikenal sebagai La Fabrica.
Ia juga yang mengawali tren galacticos bagi tim ibukota Spanyol. Pada dekade 1950-an, ia mulai merekrut bintang-bintang dari seluruh dunia, seperti Alfredo di Stefano dari Argentina, atau Ferenc Puskas dari Hungaria. Capaian tertinggi dari generasi ini adalah juara Piala Champions (kini Liga Champions) LIMA kali beruntun pada 1956 hingga 1960.
Klub masih menambah beberapa trofi hingga Presiden Bernabeu wafat pada 1978.
Di masa berikutnya, Madrid masih mempertahankan status sebagai klub terbaik di Eropa dan dunia. Di era 1980-an mereka dikenal berkat kemampuan mematikan La Quinta del Buitre, kombinasi lima “burung nasar” dalam diri Emilio Butragueno, Manuel Sanchiz, Martin Vazquez, Michel, dan Miguel Pardeza.
Di dekade berikutnya, Los Galacticos kembali digemakan melalui dompet tebal Florentino Perez. Ia merekrut Zinedine Zidane, pemain termahal dunia pada 2001. Zidane kemudian menambahkan trofi Liga Champions bagi Madrid hingga 13 buah pada 2018.
Zidane, Raul Gonzales, Cristiano Ronaldo, adalah sedikit di antara para bintang yang membela Madrid pada masa kini.
Dalam beberapa tahun mendatang, atau bahkan selamanya, Madrid tetap akan jadi yang terbesar.