Legenda Barcelona sekaligus salah satu gelandang terbaik yang pernah dihasilkan Argentina, Javier Mascherano dalam satu kesempatan mengutarakan pendapatnya mengenai penggabungan dua konfederasi sepak bola di Benua Amerika. Menurutnya, CONMEBOL dan CONCACAF memang lebih baik bersatu.
Nantinya, di dalam satu Benua Amerika hanya akan ada satu kompetisi. CONCACAF tidak perlu menggelar Piala Emas sendiri, begitu pula CONMEBOL tidak lagi menggelar Copa America. Kompetisinya menjadi satu seperti EURO maupun Piala Asia.
Namun, ya, tentu saja, itu hanya pendapat seorang Javier Mascherano. Karena pada kenyataannya, kita akan kesulitan melihat kedua konfederasi di Amerika ini menyatu. Sekalipun kalau secara geografis mereka berada di satu benua. Hal itu membuat Benua Amerika seperti berbeda sendiri.
Saat benua-benua lain punya satu konfederasi saja macam AFC di Asia, OFC di Oseania, UEFA di Eropa, dan CAF di Afrika. Benua Amerika tidak demikian. Sejak dulu, upaya penggabungan keduanya acap kali menemui jalan buntu.
Apalagi, pihak pro dan kontra selalu mewarnai upaya penggabungan dua konfederasi tersebut. Jika Mascherano sepakat penggabungan, lain pendapat seorang veteran Piala Dunia empat kali, pesepakbola asal Amerika, DeMarcus Beasley yang mengatakan keduanya tak perlu bergabung.
Menurut DeMarcus, sistemnya tidak ada masalah. Jadi, tak perlu digabung segala. Lihatlah! Betapa dari segi pendapat saja sudah menuai pro dan kontra. Namun, tentu bukan karena berbeda pendapat saja. Ada beberapa hal yang membuat kedua konfederasi ini seperti minyak dan air.
Daftar Isi
Wilayah yang Berbeda
Sebelum kita beranjak lebih jauh, mari pahami dulu bahwa sekalipun berada di dalam satu benua, CONCACAF dan CONMEBOL adalah konfederasi yang mewakili dua wilayah yang berbeda. Pada dasarnya, sesuai namanya, Central America and Carribean Association Football (CONCACAF) mewakili negara-negara di Amerika Utara, Tengah, dan Karibia.
Sementara, Confederation Sudamericana de Futbol (CONMEBOL) mewakili negara-negara di Amerika Selatan atau Amerika Latin. Nah, mengapa kita memulainya dengan membedakan wilayahnya?
Perlu digarisbawahi dulu, bahwa kedua wilayah Amerika ini, sekalipun berada dalam satu benua, memiliki kondisi yang berbeda. Selain kondisi geografis yang itu memang sunatullah, keduanya juga memiliki kondisi sosial yang berbeda.
Negara-negara yang tergabung dalam CONCACAF bukanlah negara sepak bola. Maksudnya, negara-negara tersebut tidak terlalu fokus di sepak bola. Marilah kita sebut misalnya, Amerika Serikat. Dalam risetnya, Andrei Markovits menulis sepak bola tidak menjadi budaya yang mengakar di Amerika Serikat.
Kondisi itulah yang membuat CONCACAF minim menghasilkan pemain sepak bola. Apalagi CONCACAF sendiri dipengaruhi cukup besar oleh Amerika Serikat.
Berbeda dengan CONMEBOL. Orang bilang CONMEBOL adalah surganya sepak bola. CONMEBOL adalah pesaing terberat negara dari konfederasi lain, seperti UEFA. Banyak negara-negara di CONMEBOL yang menghasilkan pesepakbola pilih tanding.
Mengapa demikian? Karena sepak bola di CONMEBOL menjadi cukup diperhitungan. Jika melihat peta kekuatannya, hanya Venezuela yang empot-empotan di dunia sepak bola.
Perbedaan Level
Wilayah yang berbeda, kondisi sosial masyarakat yang berbeda, tentu saja mempengaruhi kualitas kedua konfederasi tersebut. Pada tahun 2017, FIFA merencanakan akan menambah kuota peserta Piala Dunia menjadi 48 tim pada Piala Dunia 2026 mendatang.
Usulan yang baru-baru ini kembali ramai diperbincangkan itu, juga memuat keinginan lain FIFA. Melalui sang presiden, Gianni Infantino, terkait penambahan jumlah peserta Piala Dunia itu, FIFA juga menginginkan agar kualifikasi antara CONMEBOL dan CONCACAF dijadikan satu saja.
#FIFA president Gianni #Infantino is backing a somewhat controversial move to merge the #CONCACAF and #CONMEBOL #WorldCup qualifiers. pic.twitter.com/9hzLVErSfR
— World Football Forum (@wfootballforum) January 9, 2017
Demi mewujudkan rencana itu, FIFA menggelar pertemuan khusus bersama petinggi CONCACAF dan CONMEBOL. Pertemuan itu berlangsung di Miami, Amerika Serikat. Namun, Presiden CONCACAF, Victor Montagliani menolak mentah-mentah usulan itu.
¿Es posible en un futuro la unificación con CONMEBOL? 🤔
Así habla Victor Montagliani, presidente de la CONCACAF. 🗣️
🔥¡EN VIVO!
📺ESPN pic.twitter.com/97piVZbQiN— Fuera de Juego (@ESPN_FDJ) May 21, 2019
Menurut Montagliani, perbedaan level antara CONCACAF dan CONMEBOL sangatlah tinggi. Kendati, menurut anggota dewan CONCACAF, Ernesto Meija seperti dikutip Latin American Post, penyatuan kedua konfederasi sangat mungkin meningkatkan semangat kedaerahan (Amerika). Namun, hal itu, menurut Meija butuh waktu yang tidak sebentar.
Terkait Sejarah
Keduanya, CONCACAF dan CONMEBOL juga memiliki sejarah yang berbeda. CONMEBOL lebih dulu lahir atau dengan kata lain yang tertua. Confederation Sudamericana de Futbol terbentuk sekitar tahun 1916. Uniknya, pendirian CONMEBOL awalnya untuk menandai 100 tahun kemerdekaan Argentina.
Di tahun yang sama pula, Campeonato Sudamericano de Futbol atau Copa America Selatan dilaksanakan. Waktu itu, anggota CONMEBOL yang bermain bersama di Copa America edisi pertama baru Brasil, Argentina, Chili, dan Uruguay yang turut berpartisipasi.
Dengan kata lain, empat negara itulah yang menginisiasi berdirinya CONMEBOL sekaligus terselenggaranya Copa America. Negara-negara lain di Amerika Selatan pun menyusul kemudian.
Paraguay mulai bergabung pada 1921, disusul Peru (1925); Bolivia (1926); Ecuador (1927); Kolombia (1936); dan terakhir Venezuela (1952). Lalu, 45 tahun kemudian CONCACAF baru berdiri.
18 September 1961 Konfederasi Sepak bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia berdiri. Yang unik, CONCACAF ini lahir dari hasil “persetubuhan” dua konfederasi yang berbeda. NACF dari Amerika Utara yang berdiri tahun 1946 dan CCCF dibentuk negara-negara Amerika Tengah dan Karibia sekitar tahun 1937.
Dengan begitu, si pencetus CONCACAF jauh lebih banyak daripada CONMEBOL. Ada dua belas negara yang menjadi inisiator berdirinya CONCACAF. Di antaranya Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Honduras, Kosta Rika, El Salvador, Guatemala, Nicaragua, Panama, Kuba, Curacao, dan Haiti.
Kendati berdiri untuk mewadahi negara-negara di wilayah Amaerika Utara, Tengah, dan Karibia, namun ada pula negara dari Amerika Selatan yang justru bergabung ke CONCACAF. Mereka adalah Guyana, French Guiana, dan Suriname.
Saling Berpartisipasi
Sekalipun kedua konfederasi sulit untuk bergandengan tangan, namun negara-negara di CONCACAF juga pernah diundang untuk berpartisipasi di Copa America. Sejak 1993, negara anggota CONCACAF ikut berkompetisi di Copa America. Salah satu yang langganan masuk adalah Meksiko.
Negara-negara CONCACAF lain yang turut diundang di antaranya Amerika Serikat, Jamaika, Haiti, Panama, Honduras, sampai tentu saja Kosta Rika. Selain undangan, kedua konfederasi ini juga pernah menggelar turnamen bersama.
Tahun 2016, atau sekitar enam tahun lalu kedua konfederasi di Benua Amerika ini menggelar Copa America Centenario. Turnamen yang idenya sudah ada sejak 2012 itu diikuti 10 tim perwakilan dari CONMBEOL dan 6 tim dari CONCACAF.
Empat tahun usai turnamen yang dimenangkan Chili itu, Presiden Sepak bola Amerika Serikat, Carlos Cordeiro mengajukan tawaran untuk menggelar turnamen antar dua konfederasi itu lagi.
Dengan catatan 10 tim CONMEBOL dan 6 dari CONCACAF. Tak main-main Carlos Cordeiro seperti dilansir The New York Times, akan menawarkan jaminan 200 juta dolar (Rp2,8 triliun) pada tim tamu, dalam hal ini CONMEBOL.
Namun, Presiden CONMEBOL, Alejandro Dominguez menolak mentah-mentah usulan turnamen itu. Selain kurangnya persetujuan dari FIFA, Dominguez menolak karena ia lebih memprioritaskan Copa America, yang notabene turnamen sepak bola intenasional tertua di dunia.
https://youtu.be/kUlN1aEiiYA
Sumber referensi: latinamericanpost.com, burgundywave.com, duke.edu, tirto.id, quora.com