Raut wajah yang memerah sambil menahan tetes air mata tak bisa disembunyikan oleh Jose Mourinho saat meninggalkan Stadio Olimpico. Pria Portugal itu lagi-lagi mengalami perpisahan yang menyayat hati. Mourinho dipecat oleh Roma. Padahal dirinya sudah susah payah membantu Giallorossi menggoreskan tinta emas di Eropa pada musim 2021/22.
Tak kunjung lolos ke Liga Champions kabarnya jadi salah satu alasan mengapa dirinya disingkirkan. Setelah dipecat dari Roma, muncul pernyataan baru tentang julukannya. Daripada The Special One, Mou lebih layak dijuluki The Sacked One karena saking seringnya dipecat.
Yang perlu kita amini bersama, “Special” dan “Sacked” merupakan dua kata yang tak seirama. Artinya bahkan berlawanan. Lantas, bagaimana Jose Mourinho berubah dari sosok yang dikenal sebagai pelatih hebat menjadi pelatih yang sering dipecat?
Daftar Isi
Kehebatan Jose Mourinho
Memasuki era 2000-an awal, Jose Mourinho yang baru saja mentas dari Barcelona berambisi memimpin tim sepak bolanya sendiri. Ia merasa sudah siap setelah bertahun-tahun hanya jadi penerjemah dan asisten pelatih. Sempat sebentar di Benfica, FC Porto akhirnya jadi pelabuhan berikutnya pada tahun 2002.
Dengan sistem yang dibangun Mourinho, Porto langsung tampil menawan. Bukan hanya di kompetisi domestik, Porto yang awalnya tak diunggulkan bisa merasakan atmosfer kemenangan yang lebih besar di kompetisi Eropa. Kala itu, dalam dua musim berturut-turut, Porto meraih gelar juara Eropa, yakni Europa League musim 2002/03 dan Liga Champions musim 2003/04.
Kesuksesannya itu akhirnya sampai ke telinga pengusaha kaya raya asal Rusia, Roman Abramovich yang kala itu baru mengakuisisi Chelsea. Roman bahkan rela memberikan kompensasi senilai 1,7 juta pound kepada Porto karena Mou masih menyisakan kontrak berdurasi dua tahun.
Deklarasi “The Special One”
Terbanglah Jose Mourinho ke London. Ia dikontrak selama tiga musim untuk menggantikan pelatih Chelsea sebelumnya, Claudio Ranieri yang dinilai tak memiliki kapasitas oleh Roman Abramovich.
Di sinilah salah satu momen paling berpengaruh terhadap karir kepelatihan Mourinho terjadi. Pelatih yang kini berusia 60 tahun itu paham betul bagaimana mencuri perhatian dunia. Dalam sesi perkenalan, Mourinho merespons pertanyaan dengan jawaban mengejutkan.
Saat ditanya oleh wartawan dari Sky Sport, “Apakah mampu membawa Chelsea kembali ke jalur juara?” Mourinho menjawab dengan santai.
[WAWANCARA MOURINHO, TIDAK USAH DI VO]
Mourinho: “Aku harus mengatakan ini. Kami memiliki pemain bagus dan maaf aku akan sedikit arogan tapi kita juga memiliki pelatih yang hebat. Tapi kumohon jangan sebut aku arogan. Karena semua yang aku katakan adalah benar. Aku sang juara Eropa dan saya adalah The Special One.”
Saat dirinya menuntaskan kalimatnya itu, jepretan kamera pun langsung menghujani Mourinho. Itu memang terdengar arogan, tapi sialnya pernyataan itu terlalu berkelas untuk disebut arogan. Kelakar Mourinho itu kemudian langsung menjadi headline di berbagai media dan terus diingat hingga hari ini.
Pemecatan Pertamanya
Meski selalu mendapat sorotan media sepanjang musim, Mourinho nyatanya mampu membuktikan kualitas pada tahun pertamanya di Stamford Bridge. Di bawah kepemilikan Abramovich, Mourinho diberikan keleluasaan untuk memilih pemain yang mau dibeli.
Kala itu, Mou mendatangkan banyak pemain top seperti Ricardo Carvalho, Arjen Robben, Didier Drogba, hingga Petr Cech. Kombinasi kecerdasan melatih Mourinho dan dukungan finansial dari Abramovich membawa Chelsea meraih gelar juara Liga Inggris 2004/05.
Kesuksesan Mourinho bersama Chelsea tak bertahan semusim. Mourinho kembali membawa The Blues menjuarai Liga Inggris di musim 2005/06. Sebuah kejutan karena Chelsea sebelumnya bukanlah penantang gelar. Gelar Premier League terakhir Chelsea bahkan diraih pada tahun 1955.
Namun, namanya juga manusia, Abramovich tak puas dengan hanya mendominasi Liga Inggris. Eropa adalah harga mati baginya dan Mourinho tak bisa memberikan itu. Didukung awal musim 2006/07 yang buruk, Mourinho akhirnya dipecat September 2007. Ia mendapat paket kompensasi 18 juta pound setelah memimpin 185 pertandingan di Chelsea.
Campur Tangan Jorge Mendes
Meskipun pemecatan adalah sebuah ending yang menyedihkan, setidaknya Jose Mourinho mendapat kompensasi yang setimpal. Uang 18 juta euro atau Rp306 miliar tidak sedikit pada saat itu. Dengan harga segitu, Chelsea mungkin bisa membeli dua pemain muda potensial.
Di sinilah kecerdikan Jose Mourinho. Ia memikirkan kemungkinan terbaik hingga kemungkinan terburuk, yakni pemecatan. Tapi Mourinho tak sendirian dalam menyusun strategi klausul pemecatan. Ia dibantu oleh super agent dari Portugal, Jorge Mendes.
Agen yang juga menangani Cristiano Ronaldo itu pertama kali bekerja dengan Mourinho pada tahun 2004, ketika mantan bos Porto itu ingin menapaki karir yang lebih baik di Chelsea. Tahu bahwa Chelsea dimiliki oleh pengusaha yang ambisius macam Roman Abramovich, Mendes pun mengatur siasat.
Membawa Mourinho ke Chelsea merupakan salah satu pencapaian yang brilliant oleh Jorge Mendes. Tapi ia khawatir kalau kesuksesan Mourinho di Porto hanya sebuah keberuntungan belaka. Oleh karena itu, Jorge Mendes memberikan klausul sebagai “parasut keselamatan” ketika suatu saat Mourinho dipecat.
Pemecatan dan Kompensasi yang Lumayan
Suatu hari siasat Jorge Mendes tak keliru. Walau banyak meraih trofi, Mourinho dianggap gagal memenuhi ambisi Abramovich. Klausul pemecatan itu akhirnya menyelamatkan nasib Mourinho. Walau dipecat, ia masih punya tambahan uang untuk menyambung hidup sembari menunggu pinangan klub lain.
Setelah itu, Mourinho akhirnya selalu memasukan klausul kompensasi pemecatan di setiap kontraknya. Termasuk kala Mourinho terbang ke Negeri Menara Pisa untuk menjalani musim yang luar biasa bersama La Beneamata. Kesuksesan itu pula yang membuatnya langsung dijemput Real Madrid usai laga final Liga Champions 2009/10 yang memang diselenggarakan di Santiago Bernabeu.
Sialnya Mourinho harus bersaing dengan Barcelona era Pep Guardiola kala itu. Persaingan ketat dengan Barcelona membuat Mourinho hanya mampu mempersembahkan tiga gelar domestik untuk El Real: Copa del Rey (2011), La Liga (2012), dan Piala Super Spanyol (2013).
Di akhir musim 2012/13, dengan mengejutkan Mourinho berpisah dengan Madrid. Waktu itu, Madrid mengeluarkan uang hingga 17 juta pound sebagai kompensasi karena memutus kerjasama lebih awal dari kontrak semula yakni empat musim. Lagi-lagi, Mourinho dan Mendes menang banyak.
Tak butuh waktu lama bagi Mourinho untuk menemukan klub baru. Satu hari setelah dipecat Madrid, ia langsung kembali dikontrak oleh Chelsea. Periode kedua Mourinho di Chelsea tak kalah berantakan dari yang pertama. The Special One tak disukai setelah menimbulkan perpecahan di ruang ganti dan akhirnya dipecat lagi pada Desember 2015.
Spurs yang Aneh
Setelah dari Chelsea, ia ke Manchester United. Di Old Trafford, Mourinho yang mempersembahkan treble mini tak lepas dari pemecatan. Tapi ia kembali mendapat kompensasi senilai 15 juta pound dari MU. Di Tottenham, ia juga mengalami pemecatan lagi. Malahan ini lebih lucu.
Spurs yang dibawa ke final Piala Carabao 2020/21, justru memecat Mourinho sepekan sebelum final itu. Padahal ketika itu, Mou berstatus pelatih yang tak pernah kalah di final. See? Spurs akhirnya gagal di final itu dan menjadi satu-satunya tim yang tidak meraih trofi saat ditukangi Mourinho.
The Sacked One
Jose Mourinho meninggalkan London dengan mengantongi uang kompensasi sebesar 16 juta pound (Rp317 miliar). Mourinho tak buru-buru mengambil pekerjaan baru usai berpisah dengan Spurs. Dengan uang itu, Mou menikmati masa-masa nganggur berlibur bersama keluarga.
Tiga bulan kemudian barulah pemilik empat gelar pelatih terbaik di dunia itu kembali melatih di Italia namun kali ini dengan AS Roma. Di musim pertamanya, Mourinho tak mampu membawa Roma menembus empat besar Serie A. Lorenzo Pellegrini dan kawan-kawan hanya finis peringkat enam.
Namun, The Special One sukses mengakhiri puasa gelar 14 tahun Giallorossi dengan kemenangan 1-0 atas Feyenoord di final Conference League 2022. Raihan trofi itu terasa tak berguna karena Roma terpuruk di musim 2023/24. Giallorossi dengan tega mendepak Mourinho di pertengahan musim. Ini pemecatan keenam baginya. Karena mengincar uang kompensasi dan sering dipecat, maka wajar kalau ia dijuluki The Sacked One.
Sumber: The Athletic, These Football Times, Planetfootball, 90min, ESPN