Roberto Carlos merupakan salah satu bek kiri terbaik yang pernah ada. Meski berposisi sebagai pemain bertahan, pria bertubuh mungil ini memiliki daya jelajah yang luas. Dirinya sering menusuk ke bagian tengah hingga depan. Bahkan, Carlos juga tak jarang menyarangkan bola kedalam gawang.
Kerena kecepatan dan kepiawaiannya dalam mencetak gol, anak-anak pecinta game sepak bola era 90an sering memasang Roberto Carlos sebagai penyerang.
Pada Piala Dunia 1982 Spanyol, Roberto Carlos yang masih berusia sembilan tahun memerhatikan seorang pemain bernama Leovegildo Lins da Gama Junior lewat televisi. Pesepakbola yang diperhatikan anak itu merupakan salah satu pemain timnas Brasil yang menempati posisi bek kiri.
Melihat apa yang dilakukan oleh Junior, Carlos pun akhirnya termotivasi. Ia melatih fisik, tendangan, dan kecepatannya agar bisa bermain seperti Junior.
Nyatanya, Carlos tumbuh sebagai pemain dengan tendangan super keras. Pemain kelahiran 10 April 1973 ini bahkan mendapatkan julukan ‘El Hombre Bala’ yang berarti Si Manusia Peluru, karena tembakannya mampu menembus kecepatan hingga 169 km/jam.
Setelah bermain gemilang di Brasil, Carlos mulai menarik minat klub top Eropa. Dan saat itu, Carlos menjatuhkan pilihannya ke Inter Milan. Alasannya adalah, saat itu warga Brasil sering menonton pertandingan sepak bola yang diselenggarakan oleh Serie A, Italia.
Bersama Inter Milan, Carlos langsung mengejutkan banyak pihak, utamanya Paul Ince.
“Saya pikir… wow! Pertama, saya tidak percaya kakinya sebegitu besar. Yah, Anda bisa melihatnya sendiri bagaimana permainan serta caranya menendang bola. Dia punya akselerasi yang hebat untuk lini depan maupun belakang.”
Tak hanya Paul Ince yang terheran dengan kekuatan kaki kiri Roberto Carlos, legenda sepak bola asal Belanda, Jaap Stam juga ikut berkomentar,
“Sepertinya, kaki kirinya terbuat dari besi,”
“Jika salah satu tembakan Carlos mengenai kepala Anda maka jelas itu bisa menyebabkan kerusakan yang sangat fatal!”
Karena terlibat masalah dengan pelatih Inter saat itu, Roy Hodgson, Carlos memutuskan untuk hengkang dari Inter Milan.
Fabio Capello, yang pada tahun 1996 baru diangkat menjadi pelatih Real Madrid, mungkin menjadi orang yang paling bersyukur dengan pertengkaran yang terjadi di antara Carlos dan Roy Hodgson. Ketika itu Capello memang menjadi orang yang berhasil mengamankan jasa Carlos setelah dirinya dimasukkan ke dalam daftar jual Inter Milan.
“Saya tak percaya Roberto Carlos masuk dalam daftar jual mereka. Saya menerima sejumlah laporan bahwa Roberto Carlos berselisih dengan Roy Hodgson.”
Sejak datang ke Real Madrid, Roberto Carlos sudah mencuri perhatian. Tendangan keras dan kemampuan eksekusi tendangan bebas miliknya jadi salah satu bek paling subur yang pernah ada.
Tendangan keras Roberto Carlos juga pernah tercatat oleh sejarah dalam sebuah pertandingan turnamen persahabatan bernama Le Tournoi de France yang diselenggarakan di Prancis pada tahun 1997 silam.
Ketika itu, Brasil mendapat tendangan bebas setelah Romario dilanggar oleh pemain Prancis.
Setelah meletakkan bola, Carlos lalu mundur cukup jauh ke belakang untuk mengambil sebuah ancang-ancang. Dengan kecepatan lari yang maksimal, Carlos kemudian menendang bola sekencang-kencangnya melalui kaki kirinya. Tembakan keras itu pada mulanya mengarah ke luar lapangan, tetapi kemudian dengan cepat bola tersebut berbelok dan berhasil masuk kedalam gawang.
Semua orang yang melihat kejadian itupun tercengang, tak terkecuali Fabian Barthez, yang hanya bisa bengong meratapi gawangnya kebobolan melalui sebuah gol yang tak lazim terjadi.
Karena termasuk dalam kejadian langka, sejumlah ilmuwan tertarik untuk meneliti tendangan istimewa tersebut. Mereka menyatakan jika hal semacam itu masih dapat terulang dan masih bisa dijelaskan secara ilmiah. Hasil temuan itu juga akhirnya dimuat dalam sebuah jurnal fisik yang bernama ‘New Journals of Physics’.
Kini, nama Roberto Carlos masih terlintas indah di sejumlah daftar nama-nama pemain bersejarah. Nama nya akan selalu dikenang sebagai pemain yang memiliki tendangan spektakuler.