Mats Hummels menjadi sasaran kritik saat timnya, Bayern Munchen dikalahkan Dortmund pada tahun 2016 silam. Gol semata wayang Pierre-Emerick Aubameyang memberi kekalahan pertama Bayern Munchen pada Bundesliga musim itu.
Hummels dikritik lantaran ia diduga terlibat dalam kekalahan itu. Ia yang kala itu pemain Die Roten dituding melakukan patgulipat dengan datang ke ruang ganti Dortmund. Kritik itu salah satunya datang dari legenda Bayern Munchen, Lothar Matthaus.
Legenda Jerman itu menyayangkan perilaku Hummels yang mengunjungi ruang ganti lawan sebelum pertandingan. Ia tidak melarang Hummels berjumpa dengan kawannya di Dortmund. Tapi sebaiknya dilakukan setelah pertandingan usai.
Hummels tak menggubris kritik itu. Akan tetapi, untuk pemain seperti dirinya memang bakal akrab dengan situasi semacam itu. Pernah bermain di dua tim rival tentu sangat merepotkan. Hatinya ingin ke satu klub, tapi kondisi memaksanya menyebrang ke klub rival.
Daftar Isi
Dididik Munchen
Pria kelahiran Bergisch-Gladbach itu sejatinya memulai perjalanannya di akademi Bayern Munchen. Data Transfermarkt menunjukkan, Hummels melangkah ke tim U17 Bayern Munchen pada Juli 2003.
Hummels bisa masuk ke akademi Munchen juga sedikit banyak karena bantuan ayahnya, Hermann Hummels. Ia adalah mantan pesepakbola yang bermain untuk beberapa tim di Jerman. Hermann juga mantan pelatih tim muda Bayern pada 1995 setelah sebelumnya sempat melatih Mainz.
Orang akan melihat bahwa Hummels kelak akan memiliki kiprah yang moncer di Bayern Munchen. Jalannya akan lebih mulus karena di sana ada ayahnya. Namun, yang terjadi tidak demikian. Keberadaan orang dalam ternyata tidak berlaku di Bayern Munchen.
¿Existe algún futbolista con una trayectoria como la de Mats Hummels?
— Juanma Perera Izquierdo (@juanmaHumilAfic) November 11, 2020
2003-2008: #Bayern (categorías inferiores + primer equipo)
2008-2016: #Dortmund
2016-2019: #Bayern
2019-…: #Dortmund
Toda su carrera alternando los 2 grandes del país. pic.twitter.com/5W7guwbnUg
Ayahnya memang bekerja di sana. Tapi yang bertanggung jawab di tim bukanlah dia. Hummels bisa naik ke skuad Bayern Munchen II, tapi untuk menembus skuad utama susahnya setengah mampus. Kendati demikian, Hummels akhirnya bisa masuk ke skuad utama.
Ia dinilai menunjukkan penampilan oke selama di skuad Bayern II. Sepanjang 2005-2008 Hummels mengemas 42 laga. Pemain yang punya kekuatan kaki kiri dan kanan sama kuatnya itu bahkan bisa mencetak 5 gol. Ia pun naik ke tim senior pada pertengahan musim 2007/08.
Dipinang Dortmund
Ketika masuk ke tim senior Bayern, muncul kekhawatiran dalam diri Hummels. Ia khawatir orang akan melihatnya sebagai pemain yang mengandalkan koneksi orang dalam, tidak karena bakat alami. Namun, sekali lagi, tanpa perlu menampik hal itu, kenyataannya meleset.
Hummels sempat tampil di sebuah laga persahabatan pramusim menjelang musim 2007/08. Ia bahkan mencetak gol. Tetapi pelatih Bayern Munchen kala itu, Ottmar Hitzfeld tidak memasukkan Hummels ke dalam rencananya.
Terlebih kala itu FC Hollywood sudah diperkuat pemain macam Daniel van Buyten, Martin Demichelis, Lucio, sampai Breno. Alih-alih bermain di laga sungguhan, Hummels hanya memperbanyak porsi latihannya. Sejak saat itu, Hummels sudah menjadi pemain yang berhati besar.
Hummels signed for Dortmund in 2008 (initially on loan), and went on to win two Bundesliga titles. #UCL pic.twitter.com/WnTyPgMiOO
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) May 10, 2016
Ia tidak marah dan memaksa pelatih untuk memainkannya. “Tidak. Saya adalah pemain junior dan masih bisa bermain untuk mereka (Bayern junior). Saya tidak akan menuntut sesuatu yang tidak pantas buat saya,” kata Hummels kepada Merkur.
Kebesaran hati Hummels tampaknya didengar Tuhan. Aroma bakatnya tercium rival Bayern Munchen, Borussia Dortmund. Tepat di usianya 19 tahun, Die Borussen masuk memberi tawaran menit bermain. Ya… daripada disia-siakan Bayern Munchen, ya nggak sih?
Lagi pula, kala itu pemain Dortmund, Robert Kovac dan Christian Worns mendekati masa akhirnya. Ditambah Dortmund tak punya banyak duit untuk mendatangkan pemain. Meminjam Hummels adalah opsi yang tepat.
Mats Hummels menerima tawaran itu. Toh di Dortmund ada orang yang masih berkaitan dengan ayahnya. Pelatih Dortmund ketika itu, Jurgen Klopp adalah mantan anak asuh Hermann Hummels saat bermain di FSV Mainz. Kelak Hummels dan Jurgen Klopp mempunyai hubungan yang sangat dekat.
Once in #Dortmund. Jurgen #Klopp and Matts #Hummels, would you like to see them together again? #Borussia #BVB #LFC pic.twitter.com/TkAZrYJShG
— Good old football (@footballsmemory) January 21, 2016
Moncer dan Dipermanenkan Dortmund
Hummels lantas menjalani masa peminjamannya di Dortmund dengan cara yang sangat menyenangkan. Hummels yang masuk pada pertengahan musim 2007/08 seketika jadi pilihan utama Jurgen Klopp. Soal ini ada kaitannya dengan sang ayah, itu lain soal.
Tapi rasa-rasanya Klopp tidak mungkin menurunkan pemain hanya karena hubungan dekat. Hummels hanya sekali tidak bermain dalam 14 laga tersisa di musim 2007/08. Penampilannya yang dirasa oke dan dibutuhkan oleh Jurgen Klopp membuatnya dipermanenkan.
Bayern Munchen yang masih belum mau memakai jasanya, membuat Hummels akhirnya dipermanenkan oleh Dortmund pada 2009. Die Borussen membayar mahar 4,2 juta euro (Rp67 miliar) untuk mematenkan Mats Hummels.
2008: Mats Hummels is loaned by Bayern to Borussia Dortmund.
— LV BET_COM (@LVbet_com) June 19, 2019
2009: Mats Hummels signs for the BVB.
2016: Mats Hummels returns to Bayern.
2019: Mats Hummels returns to the Borussia Dortmund.
The full circle… twice. pic.twitter.com/TvoSIWu0kX
Jurgen Klopp pada akhirnya benar-benar menjadi pelatih yang tepat bagi Hummels. Pria Jerman itu kerap mengandalkan Hummels di lini belakang Dortmund, termasuk ketika back-to-back meraih Bundesliga pada musim 2010/11 dan 2011/12.
Hummels diduetkan dengan Neven Subotic. Duet Subotic-Hummels membuat pertahanan Dortmund sangat kokoh. Subotic cakap dalam tekel, sedangkan Hummels dengan posturnya menjadikan duel udara bukan masalah berarti.
Musim 2011/12 Dortmund bahkan hanya kalah 3 kali saja di Bundesliga. Jumlah yang lebih dari dua kali lipat lebih sedikit dari jumlah kekalahan Bayern Munchen yang pada musim itu kalah 7 kali.
Return of the partnership, Subotic-Hummels 💛⚽️ #BVB pic.twitter.com/cVMsqUXqBn
— Simo (@S1Moo_96) December 10, 2015
Bosan dan Akhirnya Memilih Rujuk ke Bayern Munchen
Setelah juara Bundesliga dua musim beruntun dan turut ambil bagian saat Dortmund melangkah ke final Liga Champions musim 2012/13, rasa bosan tampaknya menghinggapi pikiran dan hati Hummels.
Setelah kurang lebih delapan musim berseragam kuning-hitam, kelihatannya Hummels sudah sampai pada titik jenuh. Trofi Bundesliga musim 2011/12 menjadi trofi Bundesliga terakhirnya ketika berseragam Dortmund.
Selepas itu Bundesliga kembali ke kekuasaan Munchen. Hummels tidak sanggup mengantarkan Dortmund untuk meraih Bundesliga lagi. Paling mentok trofi Piala Domestik macam DFB Pokal dan Piala Super Jerman. Tahun 2014, ia juga sudah menyabet medali Piala Dunia. Jadi, pikirnya, ia butuh tantangan yang berbeda.
📆 August 14, 2016 – Mats Hummels makes his Bayern Munich debut…
— GOAL (@goal) June 19, 2019
Against Borussia Dortmund in the Supercup at the Westfalenstadion
📆August 3, 2019 – Mats Hummels could make his Borussia Dortmund debut…
Against Bayern Munich in the Supercup at the Westfalenstadion
🤯 pic.twitter.com/cNCMUJPQ9I
Pada tahun 2016, Bayern Munchen membeli Hummels dengan harga fantastis, yaitu 35 juta euro (Rp569 miliar). Sekalipun mendatangkan keuntungan karena penjualannya, Hummels tetap mendapat perlakuan buruk dari fans Dortmund. Bahkan ketika kepindahannya itu baru sekadar rencana.
Fans mencemooh dan bersiul pada Mats Hummels ketika pemain itu masih melakoni laga sebagai pemain Dortmund. Sampai kesepakatan terjalin ejekan terus terlontar pada Hummels. Padahal Direktur Dortmund kala itu, Hanz-Joachim Watzke sudah mewanti-wanti fans agar menghormati Hummels.
Dicemooh Lagi!
Ketika tampil lagi menghadapi Dortmund di Piala Super Jerman tahun 2016, Hummels mendapat cemoohan lagi dari para fans. Laga itu berlangsung di Signal Iduna Park. Fans Dortmund mencemooh setiap kali Hummels menguasai bola.
Perlakuan fans Dortmund yang tidak dewasa itu dikecam oleh Presiden Bayern Munchen ketika itu, Karl-Heinz Rummenigge. Tapi, lagi-lagi, karena kebesaran hatinya, alih-alih marah, Hummels justru mendekati fans Dortmund.
Ia menyadari beginilah resikonya membelot ke rival. Alih-alih mencaci balik pendukung Die Borussen, Hummels malah diajak berfoto bareng. Hummels menanggapi ajakan itu dengan sikap seramah orang yang mau ngutang. Tampaknya walau mencemooh Hummels, fans Dortmund tidak benar-benar menaruh kebencian padanya.
Memaksa Dijual ke Dortmund
Kecintaan para pendukung Dortmund pada Hummels membuat hatinya terenyuh. Bagaimana mungkin ia menodai kecintaan fans? Maka pada tahun 2019, Hummels mendorong agar Munchen menjualnya ke Dortmund. Ia juga tak lagi sanggup menerima tekanan untuk memenangkan gelar ketika di Munchen.
Pemain yang mirip Hamish Daud itu berpikir lebih baik bermain karena dicintai daripada ditekan. Toh tidak ada persepsi negatif dari kubu Munchen ketika hendak menjualnya. Apalagi Die Roten sudah memiliki Niklas Sule dan Jerome Boateng.
Pada Juli 2019, pesepakbola yang hobi membaca buku tersebut kembali ke Signal Iduna Park. Die Borussen harus menebusnya dengan fulus senilai 30,5 juta euro (Rp495 miliar). Lebih murah dari yang dibayar Munchen untuk Hummels.
Sumber: Bundesliga, Mirror, BR, BFW, DailyMail, The42, Transfermarkt