Perjalanan Karier Isco

spot_img

Kala masih kanak-kanak, Isco selalu pergi bersama bola. Tetangga di kampung halamannya di Benalmadena sangat jarang melihatnya tanpa memegang bola. Berangkat dan pulang sekolah pun ia jalani dengan berjalan bersama bola.

Dia dapat melakukan sesuatu yang spesial dengan bola di kakinya semenjak bermain dengan kakak dan teman-temannya di lapangan berkerikil Atletico Benamiel. Ketika kakak dan teman-temannya tak datang, ia bermain di sana sendirian.

Di usia muda, dia sudah ditonton dan dipantau para pemandu bakat. Namun, ada satu atribut yang mengganjal meskipun potensinya amat mengganjal: gaya larinya. Isco tak peduli dengan caranya berlari. Ia bahkan menyebutnya “run funny”, lari suka-suka. Ada kekhawatiran bahwa dengan kaki bengkok dan pergerakan tak natural dapat menghalanginya mengeluarkan kemampuan teknisnya.

Meski Isco muda juga memang menganggapnya aneh, tetap saja terasa tak adil bila seorang pemain bertalenta dihakimi tak akan jadi pemain hebat hanya karena caranya berlari. Beruntunglah Valencia tak mempersoalkan masalah kecil tersebut saat membawanya ke akademi saat Isco berusia 14 tahun.

Isco bertumbuh kembang di Valencia selama tujuh tahun, menapaki level demi level kelompok usia. Debutnya di tim utama terjadi pada 2010 saat ia berusia 18 tahun, ketika ia dimainkan Unai Emery di sebuah laga Copa del Rey melawan Lugrones. Ia mencetak dua gol dalam pertandingan debut tersebut.

Ia juga rutin jadi andalan Valencia B. Ia membawa klub cadangan Valencia menjuarai Tercera Division, kasta keempat sepak bola Spanyol di musim debutnya. Namun Emery tak tertarik memakainya lebih sering. Ia cuma diberi sedikit kesempatan, barangkali karena Isco dinilai punya temperamen tinggi dan tak sanggup memenuhi standar tim utama.

Jadilah ia melompat ke Malaga setelah klausul 6 juta Euro-nya ditebus. Awalnya ia pun diragukan suporter di klub barunya. Ia dinilai tak berpengalaman, remaja 19 tahun berharga 6 juta Euro, serta dengan cara lari aneh yang belum pernah jadi pemain utama di tim senior.

Dan kariernya di Malaga ternyata sukses besar. Dalam dua musim di La Rosaleda, harganya meningkat lima kali lipat menjadi 30 juta Euro. Manuel Pellegrini yang membawa Malaga terbang tinggi turut membawa serta Isco dalam kabinet pemain bagusnya. Dia menerima penghargaan Golden Boy Award pada 2012, yang diikuti dengan perjalanan  Malaga lolos hingga semifinal Liga Champions.

Ketika Pellegrini dibajak Manchester City di musim berikutnya, ia tak menutupi keinginan ingin membawa Isco ke Inggris. Sayangnya, ia bukan satu-satunya yang tertarik pada Isco. Florentino Perez di Real Madrid menganggap bahwa Los Galacticos yang sedang dibangunnya juga memerlukan bintang Spanyol, dan Isco jadi pilihan.

Kala itu, Carlo Ancelotti masih melatih Los Blancos. Ia sebenarnya tak terlalu tertarik dengan Isco. Zinedine Zidane-lah yang mendesak melaksanakan transfer Isco pada Perez. Madrid saat itu sudah dipenuhi pemain-pemain bagus di lini penyerangan, Ancelotti dan Perez perlu paksaan dari Zidane untuk mendatangkan Isco.

Jadilah Isco datang ke Madrid pada 2013. Sejak saat itu, ia sering dibandingkan dengan Zidane sendiri. Satu hal yang menjadi problem Isco di klub barunya adalah konsistensi. Memang, ia tak kekurangan jam terbang. Untuk ukuran pemain berusia 21 tahun, Isco punya menit bermain mencukupi.

Masalahnya, Ancelotti tak punya preferensi utama di mana posisi Isco. Dia memainkan Isco di mana pun. Di tengah, kanan, ataupun kiri. Apalagi, di lini paling depan, trio BBC (Benzema, Bale, Cristiano Ronaldo) sedang tampil prima. Isco harus bekerja ekstra keras untuk terus mendapat kesempatan.

Ia menyadari bahwa untuk memenangi posisi reguler, posisi yang membuatnya mengeluarkan potensi terbaik, ia harus bermain agak ke belakang, belajar menekel dan tampil kotor. Sejak saat itu, ia punya elemen baru, yakni kemampuan bertahan.

Hanya saja, ia tetap belum paten baik di era Ancelotti maupun masa singkat Rafael Benitez. Keberuntungan bagi Isco muncul. Zidane, orang yang mendatangkannya ke Madrid, ditunjuk jadi pelatih. Gareth Bale yang mulai rentan cedera, serta perlunya mengistirahatkan Ronaldo membuat Isco mendapat tempat di lini serang. Ia didapuk sebagai gelandang dengan tugas menyerang terbesar, dan diberi kebebasan penuh untuk berkreasi.

Hasilnya, Madrid mencaplok Liga Spanyol dan Liga Champions tiga kali beruntun. Ia juga jadi pemain terbaik Spanyol di perjalanan Piala Dunia 2018 yang berakhir kolaps. Sebagai pesulap di lapangan, ia akan punya banyak pertunjukan di masa mendatang.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru