Saat Modric meninggalkan Dinamo Zagreb pada 2008, ia sudah mengoleksi tiga gelar liga, tiga piala domestik, satu penghargaan pemain terbaik, serta telah berstatus pemain internasional Kroasia. Talenta tersembunyi itu tinggal menunggu waktu untuk mendapat tempat di level tertinggi sepak bola Eropa.
Pada tahun itu, ia bahkan sudah terbang ke Barcelona. Bernegosiasi dengan klub di tahun kepelatihan pertama Pep Guardiola. Namun pihak klub memutuskan tak merekrutnya karena sudah puas dengan Xavi dan Iniesta.
Dari London Utara, Tottenham Hotspur menawari kontrak enam tahun dengan biaya transfer 16,5 juta Euro, sebuah rekor klub saat itu. Datang sebagai rekrutan awal di musim itu, Modric gagal menampilkan standar yang ia bangun di Kroasia. Spurs tak pernah menang dalam delapan laga pertama musim itu, dan manajer yang merekrutnya, Juande Ramos pun dipecat.
Beruntung pemecatan tersebut membuka jalan bagi masuknya Harry Redknapp, pelatih yang mengubah alur kariernya di Tottenham. Pemahaman Redknapp akan kualitas Modric membuatnya memasang Modric di posisi paling dalam di lini tengah. Sejak saat itu hingga kepindahannya empat tahun kemudian, semua serangan Tottenham berada di bawah kontrol Modric.
Walaupun tak meraih satu pun trofi di White Hart Lane, Modric tetap jadi sosok yang inspiratif. Ia membawa klub meraih penampilan pertama di Liga Champions sepanjang sejarah. Ia total mencatat 160 penampilan dan mencetak 17 gol bersama Spurs.
Pada 2012, panggilan Jose Mourinho dari Real Madrid datang. Tottenham menerima tawaran El Real sebesar 30 juta pounds. Hanya saja, di musim pertama, ia kalah bersaing dengan Xabi Alonso dan Sami Khedira. Ia bahkan dilabeli sebagai rekrutan terburuk Liga Spanyol musim itu.
Sekali lagi, pelatih baru datang, peruntungan Modric berubah. Karakter Carlo Ancelotti cocok dengan Modric, sehingga di bawah entrenador asal Italia tersebut, Modric menjadi pilihan utama dan pelan-pelan menjadi pemain berpengaruh di tim.
Terhitung sejak Modric menjadi bagian dari tim, Madrid mengoleksi 12 trofi. Ia sempat masuk nominasi tim terbaik Liga Champions, serta menerima gelar gelandang terbaik Spanyol dari LFP.
Piala Dunia 2018 barangkali menjadi tempatnya membangun monumen bagi Kroasia. Tampil tanpa diunggulkan, Modric bermain dengan passion-nya, menikmati apa pun yang ia lakukan di lapangan. Ketika bola diumpan dari kakunya, permainan mengalir dengan sempurna. Modric menampilkan magi yang tak banyak pemain punya, ia bisa memelankan tempo pertandingan, lalu membagi bola dengan kecepatan yang terukur.
Jangan lupakan pula ketenangan yang ia perlihatkan di tengah perjalanan Kroasia yang menguras tenaga. Meski bermain hingga tiga kali babak tambahan, Modric tetap berada di mana-mana, ia menginginkan keterlibatan dalam semua situasi, juga berlari sejauh tanggung jawabnya mengizinkan. Semua orang tahu, Kroasia mencatat rekor terbaiknya di Piala Dunia 2018, tepat saat dikapteni Modric.
Jadi, saat di akhir tahun 2018 bermunculan berbagai macam penganugerahan, publik mendesak agar dominasi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi harus diakhiri. Luka Modric dianggap sebagai sosok yang tepat untuk mendobrak tatanan lama tersebut.
Pertama, ia sudah bertahun-tahun merengkuh kesuksesan di Real Madrid. Piala Dunia Klub, Piala Super Eropa, Piala Super Spanyol, Liga Spanyol, dan Liga Champions Eropa. Semuanya ada di lemari trofi Modric. Lagipula, ia adalah otak bagi Madrid di semua turnamen tersebut.
Kedua, ia sudah menyabet penghargaan pemain terbaik UEFA 2018. Meski hanya berlevel Eropa, penghargaan ini bisa dibilang adalah syarat utama bagi seorang pemain untuk meraih penghargaan di level lebih tinggi.
Ketiga, sekali lagi, mahakaryanya bersama Kroasia di Piala Dunia 2018. Bila Modric tak tampil brilian di lini tengah, hampir pasti Kroasia tak akan mampu melaju sejauh itu. Menembus hingga babak final adalah prestasi tertinggi Kroasia di Piala Dunia, dan Modric jelas tak boleh disingkirkan dari ingatan sejarah sepak bola Kroasia dan dunia.
Well, sejarah telah tertoreh. Setelah Ronaldo dan Messi merajai sepak bola dunia selama sepuluh tahun terakhir, kini Modric telah memutus tradisi tersebut. Bisa saja, setelah Modric memulai, pada tahun-tahun depan tak akan ada lagi nama Messi dan Ronaldo dalam bursa pemain terbaik dunia…