Mengapa Piala Asia Tak Semegah Turnamen Besar Lainnya?

spot_img

Seperti Euro di benua Eropa atau Copa America di Amerika Selatan, konfederasi sepak bola Asia juga punya garapan akbar bagi sepak bola di benua ini. Adalah Piala Asia, ajang terbesar sepak bola di benua Asia.

Tahun ini, Piala Asia 2019 yang digelar pada 5 Januari hingga 1 Februari mendatang. Turnamen yang diselenggarakan di Uni Emirat Arab tersebut merupakan edisi ke-17 sejak pertama kali digelar. Mulai edisi ini, jumlah peserta ditambah menjadi 24 tim.

Selain itu, perubahan juga dilakukan dalam hal penerapan teknologi Video Assistance Referee (VAR) mulai babak perempat final. Jika pertandingan di fase gugur terpaksa berlanjut hingga babak ekstra, jatah satu pergantian pemain tambahan boleh dilakukan.

Thailand, Vietnam, Filipina, dan ehm, Australia akan jadi perwakilan Asia Tenggara. Sementara itu, Indonesia gagal berpartisipasi di babak kualifikasi lantaran sanksi FIFA pada 2015 silam belum dicabut. Alhasil, kita semua hanya bisa jadi penonton…

Meski Uni Emirat Arab dan AFC sudah menyiapkan turnamen ini dengan sebaik mungkin, tetap muncul satu problem klasik yang menghinggapi tiap gelaran Piala Asia. Problem tersebut berupa, prestise turnamen. Tak bisa dibohongi, glamour sepak bola Asia masih kalah jauh dibanding Euro di Eropa, Copa America di Amerika Selatan, bahkan mungkin Piala Afrika.

Stadion melompong menjadi masalah menahun yang hingga kini masih menjadi tantangan untuk diselesaikan. Pada Piala Asia 2011 di Qatar, tuan rumah bahkan sampai memberdayakan tentara untuk meramaikan stadion.

Realita Asia bahwa di kawasan ini kebanyakan negara masih menyandang status berkembang bisa jadi salah satu penyebab. Ini pula yang menyebabkan final Piala AFC, kompetisi klub Asia di bawah Liga Champions, diselenggarakan dengan satu leg di salah satu kandang peserta di laga final. Tujuannya jelas, untuk memaksimalkan keterpenuhan stadion.

Berikutnya, masalah kualitas sepak bola. Indikatornya bisa dilihat dari kualitas pemain dan tim nasional. Ada perbedaan besar antara timnas peserta Piala Dunia seperti Jepang atau Australia, dengan timnas peserta kualifikasi Piala Asia seperti Bhutan di Asia Selatan, atau Kamboja di Asia Tenggara.

Sementara banyak pemain Afrika dari berbagai negara di kawasan itu banyak yang menghiasi tim-tim besar di liga mapan Eropa, tidak demikian yang terjadi di Asia. Di luar empat negara bola terbesar Asia, yakni Iran, Jepang, Korea Selatan, dan Australia, praktis hampir tidak ada negara yang rutin mengekspor pemain ke Eropa.

Meski tren tersebut perlahan berubah, tentu jalan masih teramat panjang agar pesepakbola Asia makin dihargai di Eropa.

Satu hal lain yang bisa dipertimbangkan untuk dibenahi di masa depan adalah perihal jadwal turnamen. Selama ini, Piala Asia selalu dimainkan di awal tahun, sekitar periode Januari hingga Februari. Yang kita tahu, pada periode tersebut liga-liga di Eropa, kiblat sepak bola dunia, masih berlangsung.

Lantaran berlangsung di tengah jadwal liga di Eropa, pemain-pemain terbaik Asia yang berkompetisi di Eropa bisa jadi tidak bisa berpartisipasi demi memperkuat klub. Meski peraturan FIFA mewajibkan klub melepas pemain ke timnasnya, nyatanya masih terdapat beberapa kasus ketika pemain tak bisa berlaga di Piala Asia hanya karena memiliki kewajiban profesional di klub.

Neil Etheridge tidak masuk dalam skuad Filipina karena klubnya, Fulham, sedang memasuki periode kritis nan padat di Inggris saat Piala Asia dimulai. Son Heung Min baru bisa memperkuat Korea Selatan selepas fase grup (itu pun kalau Korsel lolos ke babak berikutnya) karena kesepakatan khusus dengan Tottenham. Aaron Mooy batal memperkuat Australia lantaran didera cedera sebulan sebelum turnamen berlangsung.

Jika saja Piala Asia diselenggaraan di tengah tahun, pada bulan Juni-Juli seperti turnamen besar lainnya, para pemain terbaik akan dengan senang hati memperkuat timnas. Pada bulan-bulan tersebut, kompetisi di Eropa sedang memasuki masa libur. Jadi, Etheridge dan Son bisa terbang memperkuat negaranya.

Akan menjadi koreksi bersama jika Piala Asia edisi kali ini tetap anyep dan sepi seperti biasanya.

Rasanya, kehadiran Indonesia amat diperlukan agar turnamen ini bisa diramaikan berbondong-bondong massa dari negeri khatulistiwa ini…

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru