Mengapa Piala Asia dan Piala Afrika Digelar Januari?

spot_img

Piala Asia dan Piala Afrika edisi tahun ini kembali digelar pada Bulan Januari. Agak lain emang kompetisi dua benua ini. Di saat EURO dan Copa America dihelat setelah musim kompetisi selesai, Piala Asia dan Piala Afrika tetap dilangsungkan pada Januari.

Pertanyaannya, mengapa kompetisi di Benua Hitam dan Benua Kuning diadakan pada Bulan Januari atau saat kompetisi sedang padat, alih-alih Bulan Juli atau ketika kompetisi sudah selesai?

Gelaran Piala Asia di Bulan Januari

Sebetulnya bukan edisi tahun 2023 saja yang dihelat pada Januari. Di Piala Asia sebelum-sebelumnya juga beberapa kali diadakan Bulan Januari. Misalnya, tahun 2011. Piala Asia yang digelar di Qatar itu diadakan pada Januari 2011.

Piala Asia yang dimenangkan Timnas Jepang itu menjadi cikal bakal Piala Asia digelar pada Januari. Ya, setelah edisi tahun 2011, Piala Asia konsisten dihelat pada Januari. Padahal sebelum itu, Piala Asia tidak digelar Bulan Januari.

Waktu pelaksanaan Piala Asia tidak konsisten sejak awal kompetisi ini berdiri, yakni tahun 1956. Di edisi pertamanya itu, Piala Asia dihelat Bulan September. Lalu di empat tahun berikutnya, Piala Asia justru digelar pada Oktober di Korea Selatan.

Pada edisi-edisi berikutnya, Piala Asia bergeser lagi antara Bulan November hingga Desember. Lalu pernah digelar antara Mei hingga Juli. Namun, belum pernah digelar pada Januari. Nah, sejak 2011 mulai terjadi pergeseran tren. Di mana Piala Asia mulai rutin digelar Bulan Januari.

Apa Alasannya?

Sebelum edisi 2011, tepatnya Piala Asia 2007 di Vietnam, Thailand, Indonesia, dan Malaysia, Piala Asia sebetulnya dihelat Bulan Juli. Namun, ketika Qatar ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Asia 2011, mereka memindahkan kompetisi ke Bulan Januari.

Alasannya karena menghindari gelombang musim panas yang biasanya terjadi di daerah Timur Tengah. Dalam peraturan FIFA, acara konfederasi dapat diselenggarakan tidak hanya pada Bulan Juli, tapi juga Januari.

FIFA telah mempertimbangkan puncak musim panas di Timur Tengah, sehingga kompetisi bisa digelar di luar Bulan Juli. Namun, hal itu ternyata berlanjut di edisi berikutnya.

Pada Piala Asia 2015 yang untuk pertama kalinya digelar di luar Benua Asia, yakni Australia, juga dihelat pada Januari. Padahal musim panas di Australia berlangsung pada Desember hingga Februari.

Boleh jadi ini karena musim panas di Negeri Kanguru tidak sepanas di Timur Tengah. Fyi aja, suhu panas maksimal di Australia hanya 25,3 derajat celcius.

Piala Asia 2019 juga kembali digelar Januari di Uni Emirat Arab. Nah, pada edisi 2023, sejatinya Piala Asia akan diadakan saat musim panas, atau setelah kompetisi selesai di China. Namun, buntut pandemi Covid-19, AFC akhirnya mencoret China sebagai tuan rumah.

Setelah proses bidding, Qatar kembali ditunjuk sebagai tuan rumah. Alhasil, Piala Asia pun dihelat pada Januari lagi, dan terpaksa mundur pada tahun 2024.

Bagaimana dengan Piala Afrika?

Lalu, bagaimana dengan Piala Afrika atau AFCON? Sama seperti Piala Asia, waktu pelaksanaan Piala Afrika juga tidak konsisten. Di edisi pertama tahun 1957, Piala Afrika digelar Bulan Februari di Sudan. Setelah itu berubah-ubah. Kadang antara Mei-Juli. Di lain edisi antara Agustus-Desember.

Kalau dilacak, untuk pertama kalinya Piala Afrika digelar Januari adalah di edisi ketiga tahun 1962, ketika tuan rumahnya Ethiopia. Nah, AFCON mulai konsisten digelar Januari sejak tahun 2000.

Mengutip Reuters, tahun 2010 Konfederasi Sepak bola Afrika atau CAF memutuskan Piala Afrika akan dihelat setiap tahun ganjil, dimulai tahun 2013. Maka, pada waktu belum dua tahun, Piala Afrika sudah diadakan dua kali.

Tahun 2012 tetap dihelat, di mana Guinea Equatorial dan Gabon jadi tuan rumah bersama. Nah, tahun 2013 dihelat lagi dengan tuan rumahnya Afrika Selatan. Pada saat itu CAF juga belum mempertimbangkan untuk mengubah waktu penyelenggaraan dari awal tahun menjadi Juni dan Juli.

Apa Alasannya?

Piala Afrika dihelat tahun ganjil agar tidak berbenturan dengan kompetisi konfederasi lainnya dan Piala Dunia yang biasanya digelar di tahun genap. Selain itu, diadakannya Piala Afrika pada Januari atau awal tahun sama seperti apa yang terjadi pada Piala Asia, yakni menyangkut iklim dan cuaca.

Pada pertengahan tahun, antara Juni dan Juli, di Benua Afrika iklimnya tidak menguntungkan. Periode tersebut Benua Afrika memasuki musim panas, yang mana cuacanya sangat panas. Suhu maksimalnya bahkan mencapai 40 derajat celcius.

Belum lagi, letak Benua Hitam yang berada di Khatulistiwa dan di antara Tropika Kanser dan Capricorn. Yang belum tahu, tropika adalah daerah yang secara geografis berada di garis ekuator.

Nah, letak geografis itulah yang mengakibatkan mayoritas wilayah di Benua Afrika mengalami cuaca panas sepanjang tahun. Sehingga perlu dicari waktu ketika suhu di Afrika tidak terlalu panas.

Sempat Dipindah Musim Panas

Namun, Piala Afrika pernah diusulkan untuk digeser ke musim panas, yakni Juni-Juli. Tahun 2017, atau tiga bulan setelah berakhirnya kepemimpinan Issa Hayatou sebagai presiden CAF, ide tersebut muncul.

Selain itu, penambahan peserta menjadi 24 pun diusulkan. Presiden CAF saat itu, Ahmad Ahmad resmi menerima usulan itu. Akhirnya pada edisi 2019, AFCON digelar pada Juni-Juli. Pesertanya pun menjadi 24 tim. Pada edisi tahun 2019 sebenarnya yang ditunjuk tuan rumah adalah Kamerun.

Namun, karena masalah infrastruktur, pemberontakan Boko Haram, dan ketidaksiapan Kamerun, tuan rumah dipindah ke Mesir. Dan Kamerun menjadi tuan rumah pada 2021. Kendati AFCON ditetapkan bergeser pada Juni-Juli, edisi 2021 di Kamerun kembali digelar pada Januari.

Masalahnya lagi-lagi soal iklim. Selain itu, Covid-19 memaksa CAF menunda AFCON 2021 ke 2022. Nah di edisi berikutnya, AFCON sejatinya akan digelar Juni-Juli 2023.

Tapi pada periode itu tuan rumah Pantai Gading sedang musim hujan, di mana curah hujannya tinggi, maka CAF memilih memundurkannya. Mengapa tidak diajukan? Karena berdempetan dengan Piala Dunia yang dihelat akhir tahun 2022.

Sulitnya Mencari Tuan Rumah

Mengapa kok AFCON tidak konsisten? Mengapa kalau tuan rumah tidak sanggup menggelar di tanggal yang ditentukan tidak diubah saja tuan rumahnya? Masalahnya, CAF kerap kesulitan mencari tuan rumah. Betul bahwa Piala Afrika bisa menaikkan ekonomi dan pariwisata.

Namun realitanya ekonomi negara-negara Afrika sulit. Sedangkan untuk menggelar AFCON butuh biaya besar. Di sisi lain, CAF juga tak punya mitigasi kesulitan keuangan. Belum lagi masalah geopolitik yang tak jarang terjadi di negara-negara Afrika. Juga perselisihan antarwilayah di Afrika.

Beberapa wilayah di Afrika juga masih abai terhadap sepak bola, khususnya Afrika Tengah. Selain Kamerun, negara di Afrika Tengah bukanlah pusat kekuatan sepak bola. Sebelum Guinea Equatorial dan Gabon menjadi tuan rumah bersama tahun 2012, bahkan hanya Kamerun negara Afrika Tengah yang jadi tuan rumah AFCON.

Dampaknya

Tentu dengan Piala Afrika dan Piala Asia digelar Januari, akan berefek pada klub-klub Eropa. Klub-klub Liga Inggris menjadi salah satu yang paling berdampak. Karena pada Januari biasanya jadwal sedang padat. Ini juga bisa memicu perselisihan antara pelatih timnas dan klub.

Pemain Arsenal, Takehiro Tomiyasu berharap Piala Asia tidak diadakan pada Januari. Karena menurutnya, Piala Asia juga Piala Afrika yang digelar pada Januari, sungguh-sungguh tidak baik untuk para pemain.

Sumber: Medium, TheHindu, TheGuardian, AS, AfricasCountry, GuardianNigeria, Reuters, IDNTimes, Viva

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru