Manusia selalu mempunyai kebiasaan untuk mengakali aturan, dalam situasi apa pun, dalam konteks apa pun. Di sepak bola, aturan-aturan banyak diakali karena memang sepak bola lebih lentur daripada olahraga lainnya.
Lapangannya sangat luas, wasit yang bertugas hanya tiga (sebelum ada VAR), sehingga semua aksi di lapangan bisa jadi merupakan sebuah aksi kecurangan. Para pelatih mengganti pemain di akhir pertandingan untuk mengulur waktu, eksekutor tendangan bebas menaruh bola beberapa meter di depan titik ia dilanggar, hingga para kiper yang maju sedikit untuk memperbesar menepis tendangan penalti.
Di antara banyak aksi curang tersebut, diving merupakan yang paling kentara. Diving merupakan istilah untuk menyebut usaha pemain untuk mendapat keuntungan secara curang dengan cara menjatuhkan diri dengan mudah dan berpura-pura cedera, agar memberi kesan pada wasit bahwa telah terjadi pelanggaran. Para pemain biasanya melakukan diving untuk mencari tendangan bebas atau tendangan penalti, atau mengincar kartu kuning bagi lawan. Dalam regulasi FIFA dan FA, diving punya istilah baku berupa “simulation”.
Dalam deretan panjang kasus-kasus diving terlebay, para pemain selalu mengincar satu hal: pelanggaran. Ketika mendapat pelanggaran, sang pemain dan tim yang dibelanya akan mendapat beberapa keuntungan.
Pertama, tim akan mendapat tendangan bebas atau tendangan penalti, yang ujungnya memperbesar peluang mencetak gol atau memenangkan pertandingan.
Kedua, pemain lawan berpotensi mendapat hukuman lawan, yang tentu saja amat menguntungkan tim jika pemain lawan sampai terkena kartu kuning, atau kartu merah.
Ketiga, dengan terjadi pelanggaran, permainan menjadi terhenti dan tim pun bisa mengulur waktu. Ini selaras dengan riset di Piala Dunia 2018 lalu yang menyatakan, tim yang sedang unggul lebih sering mendapat pelanggaran dan melakukan diving.
Dengan keuntungan tersebut, para pemain akan berusaha melakukan diving, memanfaatkan kelengahan wasit walau hanya sekelebat. Neymar menjadi sosok antagonis di Piala Dunia 2018 lalu karena sampai menghentikan laga Brasil vs Meksiko berkali-kali lantaran mengerang kesakitan hebat tiap kali disentuh pemain Meksiko. Pelatih timnas Meksiko, Juan Carlos Osorio, sampai menyebut Neymar sebagai “hal memalukan dalam sepak bola”. Selain Neymar, beberapa nama lain seperti Dele Alli, Luis Suarez, dan Sergio Busquet juga mendapat kategori “mudah-diving”.
Seiring waktu, diving dipercaya dapat merusak permainan sepak bola itu sendiri. Regulasi FA sudah mengatur bahwa setiap aksi diving atau simulation akan mendapat ganjaran kartu kuning langsung dari wasiti di lapangan.
Tidak cuma itu, FA juga punya panel wasit yang akan mereview kejadian akbar diving yang berlangsung di kompetisi Inggris tiap pekannya. Pada November 2017, Oumar Niasse menjadi pemain pertama yang mendapat sanksi oleh panel wasit ini. Ia dihukum skorsing dua laga walau wasit lapangan saat ia melakukan diving pada laga Everton vs Crystal Palace tak memberinya peringatan apa pun.
Hukuman tersebut dijamin tak akan menimbulkan efek jera bagi para pemain untuk menghindari melakukan diving. Hanya Lionel Messi seorang yang bisa dikatakan bersih dari diving seumur kariernya.
Seiring dengan penerapan VAR di berbagai kompetisi dalam dua tahun belakangan, seharunsya para pelaku diving semakin terdeteksi…