Lima Trisula Papan Atas Paling Mematikan Saat Ini

spot_img

Sepak bola memang lebih mengenal duet striker yang tampil mematikan kala memimpin lini serang klub, seperti Chris Sutton-Alan Shearer, Luis Suarez-Daniel Sturridge, hingga Jamie Vardy-Shinji Okazaki. Namun, seiring berjalannya waktu, sepak bola terus berkembang, dan lini serang pun diisi oleh tiga pemain: satu penyerang tengah dan dua pemain sayap. Berikut trisula yang rutin meneror pertahanan seluruh Eropa saat ini…

Salah-Firmino-Mane (Liverpool)

Trio mematikan ini pandai mengeksploitasi ruang kosong di belakang pertahanan yang tak pandai menjaga kerapatan. Salah, Mane, dan Firmino tampil istimewa berkat kecepatan yang mereka miliki, dengan memanfaatkan keseluruhan lebar lapangan. Firmino memang bukan striker bertipe bigman, tapi kemampuan distribusi dan lari tanpa bolanya mampu menciptakan ruang bagi dua rekannya. Salah bertindak seperti inverted winger klasik, yang menusuk dari sisi kanan untuk mencari ruang tembak. Adapun Mane tampil sebagai winger natural, yang menyisir sisi kiri lapangan, menaklukkan bek sayap sebelum melepas umpan ke tengah. Musim lalu, mereka mencetak 104 gol, angka yang cukup untuk mengantarkan Liverpool ke peringkat tiga Liga Inggris dan peringkat dua Liga Champions.

Sterling- Sane -Aguero (Manchester City)

Berkat polesan Pep Guardiola, trio Sterling- Sane -Aguero berubah menjadi pembunuh di dalam kotak penalti. Umpan-umpan pendek yang diperagakan City juga menyebabkan gol-gol yang mereka ciptakan bukan berasal dari aksi individu, melainkan berasal dari kerja sama tim, bahkan seringkali gol yang terjadi ialah gol sekali sentuh. Sterling bisa turun ke bawah untuk mencari bola, lalu tiba-tiba memanfaatkan kecepatan untuk lepas dari jebakan offside. Sana rutin ditaruh di sisi kiri, sesuai dengan preferensi kaki kirinya. Aguero pun melengkapi kepingan lini serang City, yang sering menunjukkan kualitas penyelesaian, serta menyapu sepertiga lapangan akhir untuk membuka sudut menembak bagi dirinya sendiri. Hingga musim ini, masing-masing dari mereka telah mencetak 7, 5, dan 8 gol.

Mbappe-Neymar-Cavani (PSG)

Mungkin ada yang merasa tak adil, bagaimana tiga megabintang dengan harga supermahal mengacak-acak pertahanan klub-klub mungil di Ligue 1. Namun yang menarik adalah, bagaimana tiga penyerang yang telah menyandang status bintang di klub sebelumnya, bekerja sebagai sebuah unit di PSG dengan mengesampingkan ego masing-masing. PSG telah menaklukkan seluruh 13 pertandingan liga musim ini, dan mereka pun berbagi tugas mencetak gol. Mbappe punya 11 gol dan empat assist, Neymar punya 10 gol dan 5 assist, sementara Cavani mencetak 8 gol. Pelatih Thomas Tuchel dikenal sebagai tim yang menyuguhkan sepak bola menyerang sejak di Liga Jerman, jadi tugasnya untuk memberi yang terbaik bagi trisula terdepan mereka agar bisa bersaing di Liga Champions.

Coutinho, Suarez-Messi (Barcelona)

Tiga monster di lini depan Barcelona beranggotakan Philippe Coutinho, Luis Suarez, dan Lionel Messi. Ketiganya seakan punya komunikasi telepati yang mampu membuat mereka membelah pertahanan yang bahkan berisi sepuluh pemain di kotak penalti. Yang unik, kemampuan terbaik mereka justru keluar saat di ruang sempit, yakni saat dirubung banyak pemain lawan. Cara menggiring Messi membuat bola di kakinya susah direbut. Intuisi Coutinho bisa mengeluarkannya dari kurungan lawan menjadi tembakan keras atau umpan terobosan. Suarez punya penyelesaian kelas dunia, yang dilengkapi pergerakan tanpa bola yang tak mampu dilacak. Musim ini saja, mereka telah menghasilkan 67 gol 29 assist.

Alli, Eriksen, Kane (Tottenham)

Trio milik Tottenham ini memang tidak terlalu tajam dibandingkan empat trio sebelumnya, tapi, apa jadinya Spurs tanpa mereka bertiga. Praktis cuma Harry Kane yang merupakan pembunuh rutin, tapi kerusakan yang ditimbulkan trisula tersebut di Liga Inggris telah membuat Tottenham dihormati sebagai tim yang setara dengan juara liga. Visi Eriksen yang memimpin lini tengah diimbangi oleh keterampilan keluwesan Alli , sementara Kane bertugas menyelesaikan apa yang Eriksen dan Alli kerjakan. Jika mereka bertiga bermain, rasio kemenangan Spurs mencapai 64 persen. Jika setidaknya salah satu dari mereka absen, rasio tersebut anjlok menjadi 50 persen. Tottenham berutang banyak pada trisula ini.

Di Indonesia, trisula paling terkenal barangkali trio ABG (Aliyudin, Bambang Pamungkas, dan Greg Nwokolo) yang pernah menjadi andalan Persija. Di antara lima trisula di atas, mana yang football lovers suka? Atau mana yang paling sering football lovers mainkan di PES atau FIFA?

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru