Mourinho berpotensi jadi pelatih paling berprestasi dengan memenangkan gelar Eropa keenamnya pada Kamis kemarin. Tapi ia malah harus menyaksikan timnya, AS Roma kalah di tangan Sevilla lewat babak adu penalti. Ini menjadikan kali pertama Mourinho bisa kalah di final.
Tentu itu jadi kekecewaan yang besar bagi the special one. Terlepas dari kontroversi cara bermain Roma mengalahkan Leverkusen di semifinal sebelumnya, il giallorosso adalah tim favorit juara. Tapi Sevilla terbukti masih terlalu perkasa.
Namun, sepertinya sudah jadi ciri khas Mou untuk menciptakan momen spesial. Itu juga terjadi di final ini. Pertama ia terlihat melempar medali juara kedua ke arah penonton. Ini sebenarnya sudah jadi ciri khas the special one. Sebelumnya ia juga pernah melempar medali ke arah penonton. Sebelumnya ia juga pernah melempar medali Community Shield dan UEFA Supercup saat melatih Chelsea dan MU.
Ia juga kesal dengan kepemimpinan wasit Anthony Taylor di laga itu. Menurutnya apa yang Antony Taylor lakukan adalah omong kosong. Sebab, di laga itu tercipta 13 kartu kuning. Itu merupakan rekor kartu kuning terbanyak di final Europa League.
Mourinho bahkan terlihat melabrak wasit sampai ke tempat parkir official. Ia mendatangi Anthony Taylor sambil berkata kalau apa yang dia lakukan sungguh memalukan. Sebelum pergi, Mou mendekati Taylor sambil berkata “Selamat, kau sungguh memalukan”.
Mou Bangga Dengan Roma
Namun demikian, pelatih berusia 60 tahun itu tetap mengatakan kalau timnya tidak kehilangan martabat. Mourinho mengaku tetap bangga dengan para pemain Roma meskipun harus pulang dengan tangan hampa.
“Saya sudah memenangkan lima Piala Eropa selama bertahun-tahun sebelumnya. Dan pada kesempatan kali ini, saya tidak kalah bangganya ketika saya memenangkan gelar itu.”
Mou juga tak lupa memberikan pujian kepada Sevilla. Ia menganggap kalau Sevilla memiliki lebih banyak bakat di timnya. Mou juga tidak memungkiri kalau itu jadi tekanan tambahan di laga final ini. Dan meskipun begitu, baginya Roma tetap tidak kehilangan kehormatannya.
“Kami merasakan tekanan melawan tim yang memiliki bakat lebih dari kami. Kami memang kalah dalam pertandingan, tapi kami tidak kehilangan martabat. Saya tidak pernah pulang dengan rasa bangga sebesar ini. Bahkan ketika saya menang” Ungkapnya dikutip dari Daily Mail.
Tapi ia juga tidak bisa menyangkal bahwa kekalahan ini membuatnya sedih. “Yang sebenarnya adalah kami sedih. Kami semua sangat sedih dengan atau tanpa air mata. Itu adalah kebenarannya. Kami akan pulang dengan rasa lelah” Lanjut Mourinho.
Masa Depan Mourinho
Terlepas dari itu semua, pertanyaan soal masa depan Mourinho pun muncul ke permukaan. Apakah the special one masih ingin jadi pelatih Roma setelah kekalahan ini? Ataukah Roma juga masih ingin Mourinho jadi juru taktik di klub?
Terlihat sebuah cuplikan yang memperlihatkan Mou dan anak-anak asuhnya setelah kekalahan lawan Sevilla. Disitu Mou mengumpulkan para pemain dan memberikan pidato. Dikutip dari Roma Press, saat itu Mou berkata kalau ia akan tetap bersama Roma di musim depan
“Saya tidak menyesal. Tidak ada penyesalan sama sekali. Lorenzo Pellegrini dan Gianluca Mancini sudah mendatangi saya. Saya akan tetap disini, tinggal disini untuk kalian semua. Saya akan bertahan, dan hanya itu yang penting sekarang” Ungkapnya.
Ucapan itu memang lebih kearah ucapan motivasi dan kata-kata untuk menghibur pemainnya daripada kepastian yang sesungguhnya. Sebab, sebenarnya Mou sendiri juga belum tahu bagaimana nasibnya di musim depan. Itu ia ungkapkan di konferensi pers setelah pertandingan.
“Saya tidak bisa berkata kalau saya akan tetap berada disini musim depan. Saya akan pergi liburan terlebih dahulu lalu kita bisa berbicara. Yang pasti saya belum menjalin kontak dengan klub-klub lain. Jika ada, saya pasti sudah berbicara ke presiden klub. Seperti saat saya dihubungi tim nasional Portugal akhir tahun lalu” Ucapnya dikutip dari guardian.
Saat ini Mou masih memiliki sisa kontrak satu tahun bersama Roma. Meskipun begitu, ada rumor mengatakan kalau beberapa klub sudah mengincar jasa the special one. Salah satunya adalah klub lamanya, Real Madrid. Klub lainnya yang juga berminat adalah raksasa Prancis, Paris Saint-Germain.
Apapun pilihan Mou nantinya, yang jelas tantangan di Roma akan semakin berat untuknya di musim depan. Perlu diketahui, ada satu fakta pahit soal kompetisi sepak bola Eropa yang kejam ini. Dimana satu pertandingan tidak hanya memastikan siapa yang menang dan kalah. Tapi juga menentukan masa depan sebuah klub dalam jangka waktu yang panjang.
Masa Depan Sulit di Roma
Situasi keuangan giallorossi saat ini mengkhawatirkan. Serigala ibu kota hanya mengandalkan kualifikasi Champions League sebagai sumber pendapatan mereka. Ditambah, Roma masih harus membayar denda financial fair play tahun lalu.
Dikutip dari Forbes, sebuah klub setidaknya bisa mendapatkan total uang minimal 50 juta euro jika bermain di Champions League. Itu sepertiga dari pendapatan AS Roma di tahun 2022 kemarin. Itu akan sangat membantu keadaan finansial Roma saat ini.
Tapi satu-satunya cara bagi Roma untuk bisa tampil di Champions League adalah dengan menjuarai Europa League. Mengingat tim asuhan Mourinho hanya mampu finis di peringkat keenam Serie A. Dengan kekalahan ini, pupus sudah harapan bermain di Champions League musim depan.
Dengan berkurangnya sumber pendapatan, maka dana belanja pemain bakal dikurangi. Jangankan belanja pemain baru. Mou terancam harus jual beberapa pemain bintang untuk bisa mengimbangi biaya.
Mourinho memang menyiratkan tanda kalau dirinya memiliki tekad kuat bertahan di Roma. Tapi ia juga pasti sudah sadar kalau itu tidak mudah. Seperti Spalletti di Napoli, Mou mengisyaratkan kalau dirinya sudah lelah. “Saya ingin bertahan tapi Roma pantas dapat yang lebih. Saya pun pantas dapat yang lebih” Ungkapnya.
Mungkin memang belum pasti bagaimana nasib Mou musim depan. Tapi yang pasti adalah Mou tidak suka ambil jalan mudah. Ia bisa saja mengakhiri karir kepelatihannya di tahun 2015. Dimana ia baru saja memenangkan gelar Premier League ketiganya bersama Chelsea dan dikenal sebagai pelatih paling sukses.
Tapi ia mengambil langkah menantang. Melatih MU di masa tersulit klub, kemudian pindah ke Spurs. Meskipun reputasinya terpuruk, ia berhasil bangkit lagi setelah pindah ke Roma. Dia mempersembahkan trofi pertama Roma setelah puasa gelar 11 tahun. Melihat kiprahnya itu, kita bisa memastikan Mou akan baik-baik saja pada akhirnya.
Sumber referensi: Independent, CNN, Forbes, Daily, Guardian