Kisah St Pauli : Klub Sepakbola Jerman Paling “Kiri”

spot_img

Belakangan ini ada sebuah klub dari divisi dua Liga Jerman yang mampu mengalahkan klub besar Bundesliga, Dortmund di DFB Pokal. Klub itu adalah St Pauli. Klub dengan sejarah yang tidak biasa.

St Pauli berbeda dengan klub Jerman pada umumnya. Sejarah panjang, ideologi politik, rivalitas, bahkan fans yang unik, berbeda dengan umumnya Klub yang ada di Jerman.

St pauli kerap dianggap sebagai klub sepak bola paling “kiri” di Jerman. Emang kiri yang seperti apa, sih? Mari kita tarik dari sejarah klub Jerman yang satu ini.

Sejarah St Pauli

St Pauli didirikan pada tahun 1910 di distrik St Pauli di Kota Hamburg. St Pauli berkembang dari klub sepak bola yang lebih tradisionalis, menjadi basis ideologi politik sayap kiri sepak bola Jerman yang sangat terkenal.

St. Pauli merupakan sebuah daerah yang menjadi bagian dari Kota Hamburg, yang kebanyakan dihuni oleh orang-orang dari kalangan kelas menengah bawah, seperti buruh, nelayan, pengangguran, hingga pekerja seks komersial.

Semua komposisi masyarakat dari kalangan menengah bawah bisa ditemui di bagian St. Pauli. Berbeda sekali dengan Kota Hamburg yang terkenal dengan pelabuhan besar dan kawasan elitnya.

Stadion mereka, Millerntor Stadion, terletak di area dermaga Hamburg yang dipenuhi beberapa basis pendukung yang beragam. Baik itu elemen punk yang anarkis sampai dengan para pelacur sering kedapatan menghadiri pertandingan di stadion.

Perkembangan nilai-nilai progresif, seperti anarkisme, libertarianisme, dan sosialisme di St. Pauli menjadikan klub ini sebagai representasi masyarakat kelas bawah, bukan hanya di Hamburg dan Jerman, tapi di seluruh dunia.

Sebagai klub dan komunitas, St Pauli adalah gerakan anti-fasis yang jelas, yang dibuktikan dengan kampanye antifasis terkemuka yang diikuti oleh para penggemar di pertandingan kandang dan tandang.

Mereka juga menggaungkan kesetaraan dan mengecam berbagai bentuk rasisme, homofobia, dan seksisme.

Klub ini dilaporkan memiliki jumlah fans wanita tertinggi di Jerman. Yang unik, fansnya ada juga yang sempat ditunjuk sebagai ketua gay pertama di sepak bola Jerman

Secara kebijakan, St pauli mengambil langkah khusus dengan melarang semua perlengkapan atau simbol ideologi politik sayap kanan dari tribun.

Klub dan pendukung sejak itu vokal dalam dukungan mereka untuk egalitarianisme dalam sepak bola dan kehidupan. Basis Fans mereka yang terbesar sering dikenal dengan nama Fanladen.

Fans St Pauli

Fans memang penyumbang terbesar identitas St Pauli. Fanladen muncul karena lahirnya penggemar di seluruh kota di Hamburg pada tahun 1983. Dibentuk dengan tujuan utama mendidik penggemar muda melawan hooliganisme dan kekerasan umum.

Fanladen dengan cepat menjadi titik fokus bagi para penggemar. Di sinilah simbol “St. Pauli Fans Gegen Rechts” atau “ St. Pauli Fans Against Nazi” terkenal hingga sekarang.

Para fans sering memakai simbol identik dengan tengkorak dan tulang bersilang sebagai simbol tidak resmi klub, yang merupakan ikon terkemuka di St Pauli hingga saat ini.

Lambang “tengkorak dan tulang bersilang” dipilih oleh suporter St.Pauli, karena melambangkan mereka adalah masyarakat kelas bawah, yang hidup dekat laut, ibarat kelompok bajak laut yang siap memburu kapal-kapal orang kaya. Dalam hal ini kapal kaya itu adalah klub borjuis, seperti Bayern Munchen ataupun klub se-kota mereka, Hamburg SV.

Fans St. Pauli juga memiliki fanatisme ideologis yang sangat kuat, mereka memilih mengutamakan kemandirian ekonomi dan membiarkan klubnya berjuang dari bawah, ketimbang royal dalam membelanjakan pemain demi mendulang prestasi.

Fans St. Pauli tidak mempermasalahkan prestasi klub mereka, meskipun St. Pauli terdegradasi dan terperosok pada peringkat terakhir dari divisi terendah Bundesliga.

Fans St. Pauli merasa lebih terhormat bila klubnya minim prestasi, daripada mereka harus menerima suntikan dana dari kapitalis demi prestasi instan.

Fans St Pauli tersebar hingga ke negara negara eropa lainnya yang mempunyai ideologi dan sikap politik yang hampir sama seperti Leeds di Yorkshire, Celtic di Glasgow, AEK Athens di Athena, dan Livorno di Italia.

Punk and Skinhead menjadi cara pandang gaya hidup sebagian besar fans St pauli. Gaya rambut punk dan ritual bernyanyi bersama di stadion dengan lagu milik ACDC yang berjudul Hells Bells saat para pemain berjalan keluar lapangan sudah menjadi ciri khas fans.

Para Fanladen St. Pauli bahkan sangat menentang sponsorship dan pengembangan komersial di dalam klub. St Pauli pada dasarnya sering dilanda kerugian finansial dibandingkan dengan klub Jerman lainnya.

Tumbuhnya basis fans yang loyal dan berakar pada ideologis pun terusik oleh klub tetangga yang bertentangan dengan ideologi politik St Pauli. Klub itu bernama Hamburg SV.

Rivalitas St Pauli vs Hamburg SV

Rivalitas keduanya berawal pada era 1980-an. Kerusuhan politik dan ketidakstabilan ekonomi mulai mencengkram Jerman.

Kelompok politik sayap kanan atau fasisme menggunakan sepak bola sebagai platform untuk menyuarakan ide-ide mereka.

Distrik St. Pauli dikenal sangat picik bagi ideologi politik sayap kanan, karena populasinya yang kecil dan jaraknya jauh dari kota Hamburg.

Pada Desember 1984, simpatisan Nazi dari Hamburg SV dan Borussia Dortmund menyerang rumah-rumah di sekitar jalan yang menuju ke Stadion Millerntor St. Pauli dengan bom molotov.

Simpatisan Nazi ketika itu mulai membanjiri teras, beberapa stadion sepak bola di Jerman, termasuk kandang Hamburg SV, Volksparkstadion, dalam upaya menyebarkan propaganda mereka.

Derby Hamburg adalah bentrokan yang saling bertentangan. Di satu sisi, Hamburger SV dengan latar belakang warna birunya, moncer secara prestasi dan menganggap diri mereka sebagai jawaban dari wakil Jerman Utara bagi penguasa Liga Bayern Munich.

Di sisi lain, St. Pauli adalah klub alternatif yang mendapatkan ketenaran di antara para pendatang di sepanjang pelabuhan Hamburg dengan prinsip kuat ideologinya,
meski secara prestasi tidak semoncer Hamburg.

Derby yang mempertarungkan ideologi politik, sekaligus pertarungan visi tentang bagaimana seharusnya sepakbola dikelola.

Prestasi St Pauli

Kendati saat ini masih berkiprah di Divisi 2, St. Pauli masih merupakan kesebelasan yang eksentrik sampai dengan identitas ideologinya, bukan secara prestasi.

Boys in Brown promosi ke Bundesliga untuk keempat kalinya pada tahun 2001. Mereka bertahan hanya satu musim di Bundesliga, bahkan tahun berikutnya degradasi ke Divisi 3.

Sejak berdiri pada 1910, St. Pauli pun tidak meraih prestasi yang benar-benar mentereng. Raihan terbaiknya mungkin hanya mencapai semifinal kejuaraan nasional Jerman setelah Perang Dunia ke II pada 1947/1948.

Prestasi sepak bola terakhir yang diraih St. Pauli pun hanya menjadi runner-up di Divisi 2 Liga musim 2009/2010 yang membawa mereka kembali promosi ke Bundesliga musim 2010/2011. Ketika promosi ke Bundesliga pun cuma bertahan satu musim karena harus kembali degradasi ke divisi 2 Bundesliga musim 2011/2012.

Korelasi Ideologi dan prestasi klub berbanding terbalik, artinya dengan sikap ideologi politik yang dipilih, berimbas pada mentoknya prestasi. Di sisi lain zaman menghendaki modernisasi dalam berbagai hal untuk maju.

Mengingat keberadaan St Pauli, berarti mengingat kuatnya ideologi berdasarkan kultur masyarakatnya.

Prinsip anti mapan dan anti rezim fasisme di Jerman membuat St Pauli dikenal sebagai brand yang terkenal di seluruh dunia.

Rivalitas dengan tetangga yang berbeda haluan politik, simbol simbol budaya, musik, gaya hidup punk, fans yang militan, menambah bumbu brand St Pauli makin mentereng.

Sumber Referensi : dw.com, theguardian, morningstar, bbc.com, fcstpauli.com

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru