Belakangan ini ada sebuah klub dari divisi dua Liga Jerman yang mampu mengalahkan klub besar Bundesliga, Dortmund di DFB Pokal. Klub itu adalah St Pauli. Klub dengan sejarah yang tidak biasa.
St Pauli berbeda dengan klub Jerman pada umumnya. Sejarah panjang, ideologi politik, rivalitas, bahkan fans yang unik, berbeda dengan umumnya Klub yang ada di Jerman.
St pauli kerap dianggap sebagai klub sepak bola paling “kiri” di Jerman. Emang kiri yang seperti apa, sih? Mari kita tarik dari sejarah klub Jerman yang satu ini.
Daftar Isi
Sejarah St Pauli
St Pauli didirikan pada tahun 1910 di distrik St Pauli di Kota Hamburg. St Pauli berkembang dari klub sepak bola yang lebih tradisionalis, menjadi basis ideologi politik sayap kiri sepak bola Jerman yang sangat terkenal.
A very happy 111th birthday, dear FC St. Pauli! 🤎🤍
Even though these four pictures represent just a small part of our long history, we reflect on many other great moments in and around this club. 🥳#fcsp pic.twitter.com/2gsx4wXiyA
— FC St. Pauli English (@fcstpauli_EN) May 15, 2021
St. Pauli merupakan sebuah daerah yang menjadi bagian dari Kota Hamburg, yang kebanyakan dihuni oleh orang-orang dari kalangan kelas menengah bawah, seperti buruh, nelayan, pengangguran, hingga pekerja seks komersial.
Semua komposisi masyarakat dari kalangan menengah bawah bisa ditemui di bagian St. Pauli. Berbeda sekali dengan Kota Hamburg yang terkenal dengan pelabuhan besar dan kawasan elitnya.
Stadion mereka, Millerntor Stadion, terletak di area dermaga Hamburg yang dipenuhi beberapa basis pendukung yang beragam. Baik itu elemen punk yang anarkis sampai dengan para pelacur sering kedapatan menghadiri pertandingan di stadion.
Perkembangan nilai-nilai progresif, seperti anarkisme, libertarianisme, dan sosialisme di St. Pauli menjadikan klub ini sebagai representasi masyarakat kelas bawah, bukan hanya di Hamburg dan Jerman, tapi di seluruh dunia.
Sebagai klub dan komunitas, St Pauli adalah gerakan anti-fasis yang jelas, yang dibuktikan dengan kampanye antifasis terkemuka yang diikuti oleh para penggemar di pertandingan kandang dan tandang.
Mereka juga menggaungkan kesetaraan dan mengecam berbagai bentuk rasisme, homofobia, dan seksisme.
Klub ini dilaporkan memiliki jumlah fans wanita tertinggi di Jerman. Yang unik, fansnya ada juga yang sempat ditunjuk sebagai ketua gay pertama di sepak bola Jerman
Secara kebijakan, St pauli mengambil langkah khusus dengan melarang semua perlengkapan atau simbol ideologi politik sayap kanan dari tribun.
“Remember History, Fight Facism”
Poignant message from St. Pauli fans at Aue todayPic X @druebergehalten pic.twitter.com/1A6X0DSZES
— Paul Reidy (@paulreidy67) September 16, 2018
Klub dan pendukung sejak itu vokal dalam dukungan mereka untuk egalitarianisme dalam sepak bola dan kehidupan. Basis Fans mereka yang terbesar sering dikenal dengan nama Fanladen.
Fans St Pauli
Fans memang penyumbang terbesar identitas St Pauli. Fanladen muncul karena lahirnya penggemar di seluruh kota di Hamburg pada tahun 1983. Dibentuk dengan tujuan utama mendidik penggemar muda melawan hooliganisme dan kekerasan umum.
Fanladen dengan cepat menjadi titik fokus bagi para penggemar. Di sinilah simbol “St. Pauli Fans Gegen Rechts” atau “ St. Pauli Fans Against Nazi” terkenal hingga sekarang.
Para fans sering memakai simbol identik dengan tengkorak dan tulang bersilang sebagai simbol tidak resmi klub, yang merupakan ikon terkemuka di St Pauli hingga saat ini.
Lambang “tengkorak dan tulang bersilang” dipilih oleh suporter St.Pauli, karena melambangkan mereka adalah masyarakat kelas bawah, yang hidup dekat laut, ibarat kelompok bajak laut yang siap memburu kapal-kapal orang kaya. Dalam hal ini kapal kaya itu adalah klub borjuis, seperti Bayern Munchen ataupun klub se-kota mereka, Hamburg SV.
This still cracks me up, they sell these bags in the drugstore and super markets here. the U.K. should list and ban St. George’s Cross flag/symbol – it’s history and relation to pure fuckery and Nationalism is sickening. St Pauli, not so much. pic.twitter.com/3Y5HA0Z2EI
— anton newcombe (@antonnewcombe) February 21, 2021
Fans St. Pauli juga memiliki fanatisme ideologis yang sangat kuat, mereka memilih mengutamakan kemandirian ekonomi dan membiarkan klubnya berjuang dari bawah, ketimbang royal dalam membelanjakan pemain demi mendulang prestasi.
Fans St. Pauli tidak mempermasalahkan prestasi klub mereka, meskipun St. Pauli terdegradasi dan terperosok pada peringkat terakhir dari divisi terendah Bundesliga.
Fans St. Pauli merasa lebih terhormat bila klubnya minim prestasi, daripada mereka harus menerima suntikan dana dari kapitalis demi prestasi instan.
Fans St Pauli tersebar hingga ke negara negara eropa lainnya yang mempunyai ideologi dan sikap politik yang hampir sama seperti Leeds di Yorkshire, Celtic di Glasgow, AEK Athens di Athena, dan Livorno di Italia.
Punk and Skinhead menjadi cara pandang gaya hidup sebagian besar fans St pauli. Gaya rambut punk dan ritual bernyanyi bersama di stadion dengan lagu milik ACDC yang berjudul Hells Bells saat para pemain berjalan keluar lapangan sudah menjadi ciri khas fans.
@Coytey @talkSPORT2 I already did but I will be following FC St Pauli from 2. Bundesliga when German football restarts. St. Pauli opens its home matches with “Hells Bells” AC/DC, and after every home goal “Song 2″Blur is played. A real rock n roll club with strong liberal beliefs pic.twitter.com/kFFvouwPtR
— Vincent 🇬🇧 (@dgvincent1) May 13, 2020
Para Fanladen St. Pauli bahkan sangat menentang sponsorship dan pengembangan komersial di dalam klub. St Pauli pada dasarnya sering dilanda kerugian finansial dibandingkan dengan klub Jerman lainnya.
Tumbuhnya basis fans yang loyal dan berakar pada ideologis pun terusik oleh klub tetangga yang bertentangan dengan ideologi politik St Pauli. Klub itu bernama Hamburg SV.
Rivalitas St Pauli vs Hamburg SV
Rivalitas keduanya berawal pada era 1980-an. Kerusuhan politik dan ketidakstabilan ekonomi mulai mencengkram Jerman.
Kelompok politik sayap kanan atau fasisme menggunakan sepak bola sebagai platform untuk menyuarakan ide-ide mereka.
Distrik St. Pauli dikenal sangat picik bagi ideologi politik sayap kanan, karena populasinya yang kecil dan jaraknya jauh dari kota Hamburg.
Pada Desember 1984, simpatisan Nazi dari Hamburg SV dan Borussia Dortmund menyerang rumah-rumah di sekitar jalan yang menuju ke Stadion Millerntor St. Pauli dengan bom molotov.
Simpatisan Nazi ketika itu mulai membanjiri teras, beberapa stadion sepak bola di Jerman, termasuk kandang Hamburg SV, Volksparkstadion, dalam upaya menyebarkan propaganda mereka.
Derby Hamburg adalah bentrokan yang saling bertentangan. Di satu sisi, Hamburger SV dengan latar belakang warna birunya, moncer secara prestasi dan menganggap diri mereka sebagai jawaban dari wakil Jerman Utara bagi penguasa Liga Bayern Munich.
Di sisi lain, St. Pauli adalah klub alternatif yang mendapatkan ketenaran di antara para pendatang di sepanjang pelabuhan Hamburg dengan prinsip kuat ideologinya,
meski secara prestasi tidak semoncer Hamburg.
Derby yang mempertarungkan ideologi politik, sekaligus pertarungan visi tentang bagaimana seharusnya sepakbola dikelola.
The Hamburg derby didn’t disappoint.
St Pauli beat their biggest rivals at home for the first time in 59 years.
👉 https://t.co/AFfXX4DkbB#bbcfootball pic.twitter.com/SASH5cGcjy
— BBC Sport (@BBCSport) September 17, 2019
Prestasi St Pauli
Kendati saat ini masih berkiprah di Divisi 2, St. Pauli masih merupakan kesebelasan yang eksentrik sampai dengan identitas ideologinya, bukan secara prestasi.
Boys in Brown promosi ke Bundesliga untuk keempat kalinya pada tahun 2001. Mereka bertahan hanya satu musim di Bundesliga, bahkan tahun berikutnya degradasi ke Divisi 3.
Sejak berdiri pada 1910, St. Pauli pun tidak meraih prestasi yang benar-benar mentereng. Raihan terbaiknya mungkin hanya mencapai semifinal kejuaraan nasional Jerman setelah Perang Dunia ke II pada 1947/1948.
Prestasi sepak bola terakhir yang diraih St. Pauli pun hanya menjadi runner-up di Divisi 2 Liga musim 2009/2010 yang membawa mereka kembali promosi ke Bundesliga musim 2010/2011. Ketika promosi ke Bundesliga pun cuma bertahan satu musim karena harus kembali degradasi ke divisi 2 Bundesliga musim 2011/2012.
Korelasi Ideologi dan prestasi klub berbanding terbalik, artinya dengan sikap ideologi politik yang dipilih, berimbas pada mentoknya prestasi. Di sisi lain zaman menghendaki modernisasi dalam berbagai hal untuk maju.
Mengingat keberadaan St Pauli, berarti mengingat kuatnya ideologi berdasarkan kultur masyarakatnya.
Prinsip anti mapan dan anti rezim fasisme di Jerman membuat St Pauli dikenal sebagai brand yang terkenal di seluruh dunia.
Rivalitas dengan tetangga yang berbeda haluan politik, simbol simbol budaya, musik, gaya hidup punk, fans yang militan, menambah bumbu brand St Pauli makin mentereng.
Football Talk: St Pauli fans were attacked as Holstein Kiel hooligans charged across the pitch with flares https://t.co/TyopluP4yq pic.twitter.com/V80dDrDEBJ
— STV News (@STVNews) September 21, 2017
Sumber Referensi : dw.com, theguardian, morningstar, bbc.com, fcstpauli.com