Kisah Kutukan Bela Guttmann Kepada Benfica

spot_img

Benfica merupakan salah satu tim terkuat asal Portugal yang mampu bersaing dengan tim-tim Eropa lainnya. Nama-nama besar pun kerap berlalu lalang mengisi daftar skuat terbaik tim yang bermarkas di Stadion da Luz ini.

Akan tetapi, tim ini pernah mendapat kutukan dari seseorang bernama Bela Guttman. Kutukan Guttman ini adalah kutukan yang kemudian membuat Benfica kehilangan tajinya di kompetisi Eropa.

Sebelumnya, klub yang didirikan pada 28 Februari 1904 ini pernah memenangkan Piala Eropa pada 1961 dan 1962. Namun, sejak itu, peruntungan Benfica benar-benar mandek.

Konon, semua itu merupakan hasil kutukan pelatih yang pernah membawa klub asal Lisbon ini meraih masa keemasannya.

Adalah Bela Guttmann, pelatih terakhir yang berhasil membawa Benfica merajai kawasan domestik dan Eropa. Namun, ia pula yang menutup kesuksesan tersebut.

Bela Guttmann lahir pada 27 Januari 1899 di Budapest, Austria-Hungaria. Ia lahir dan besar sebagai Yahudi, yang sempat membuatnya dideportasi Nazi dan membuatnya nyaris menjadi korban Holokaus.

Karier Guttmann saat masih berkecimpung sebagai pemain tergolong biasa-biasa saja, ia bahkan tak pernah bermain di klub ternama Eropa. Namun, saat bertindak sebagai pelatih, ia menjelma menjadi sosok yang jenius.

Filosofi permainannya adalah menyerang.

“Aku tak peduli jika lawan membuat skor, sebab aku yakin kami akan mencetak lebih banyak gol.”

Selama 40 tahun kariernya sebagai pelatih, ia sampai pindah kesebelasan sebanyak 25 kali. Semua kesebelasan itu tersebar di 12 negara, dengan yang paling dikenang adalah AC Milan, Sao Paulo, Porto, Benfica, dan Penarol.

Di Milan sendiri, ia dipecat pada musim kedua karena berseteru dengan pemilik kesebelasan. Padahal saat itu Milan berada di peringkat pertama klasemen sementara.

Sejak itu ia memasukkan klausul pada kontraknya yang berisi jika kesebelasan tak bisa memecatnya jika sedang berada di puncak klasemen.

Pada 1960, Benfica menarik Guttmann sebagai juru taktiknya.

Tak tanggung-tanggung, Guttmann langsung membuat keputusan signifikan. Pemain-pemain muda Benfica memperoleh kesempat dengan didepaknya 20 pemain senior mereka. Pemain asal Portugal, Eusebio, menjadi andalan Guttmann meraih kesuksesan kolosal bagi The Eagles.

Di bawah asuhan Guttman pulalah Benfica mampu mematahkan dominasi Real Madrid di gelaran. Bersama Guttmann, Benfica berhasil dua gelar Piala Eropa secara beruntun.

Mereka berhasil mengalahkan Barcelona dalam final 1961 di Stadion Wankdorf, dan berhasil menumbangkan Real Madrid di Stadion Olympic pada 1962.

Sukses tersebut membuat Guttmann merasa bahwa ia layak mendapat kenaikan gaji. Akan tetapi, Benfica sama sekali tak mengindahkan permintaan Guttmann.

Guttmann memutuskan hengkang dan berujar bahwa Benfica tak akan bisa menjuarai Piala Eropa selama 100 tahun kedepan.

Kemarahan dan kekecewaan Guttmann itu terlontar melalui kata-kata,

“100 tahun dari sekarang, Benfica tidak akan mampu menjadi juara Eropa!”

Kebetulan atau tidak, sejak saat itu Benfica benar-benar tak mampu menjuarai satupun Piala Eropa.

Kekalahan Benfica di final kompetisi Eropa meliputi kekalahan atas AC Milan pada 1963, melawan Inter Milan pada 1965, Manchester United pada 1968, Anderlecht pada 1983, PSV Eindhoven pada 1988, kembali dengan AC Milan pada 1990, hingga di milenium baru kalah dari Chelsea pada 2013 dan tunduk pada Sevilla di musim 2013/14.

Jika kutukan ini memang benar adanya, maka Benfica harus menunggu hingga 2062 untuk bisa menjadi jawara Eropa.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru