Selama beberapa tahun menetap di Madrid, Keylor Navas menjelma menjadi salah satu penjaga gawang terbaik di dunia. Tiga gelar Champions League menjadi bukti kualitas kiper asal Kosta Rika ini.
Meski begitu, butuh perjalanan panjang bagi Navas untuk bisa mencapai titik seperti sekarang. Dirinya harus melewati berbagai cobaan hingga hinaan untuk bisa menjadi kiper nomor satu.
Keylor Antonio Navas Gamboa lahir pada 15 Desember 1986 di San Isidro de El General, Kosta Rika. Dirinya lahir dari pasangan Freddy Navas dan Sandra Gamboa.
Navas lahir dari kelurga miskin. Kedua orang tuanya bahkan harus menjadi imigran untuk bisa mencari uang serta mendapat kehidupan yang layak. Ketika itu, Navas tetap tinggal di Kosta Rika bersama adik dan neneknya. Namun sebelum pergi meninggalkan Navas, sang ayah terlebih dulu menasehati anaknya itu agar tekun bermain bola hingga memiliki kehidupan yang nyaman.
Navas yang kala itu masih berusia 5 tahun selalu mengingat perkataan sang ayah dan membulatkan tekad untuk menjadi pesepakbola profesional.
Berkat nasehat dari sang ayah, Navas masuk ke akademi Pedregosso dengan menggunakan uang yang ditinggalkan kedua orang tuanya sebelum pergi merantau. Namun, nasibnya tak terlalu mulus, ia mendapat penolakan akibat dinilai terlalu lemah dan memiliki fisik yang kurang ideal.
Setelah penolakan menyakitkan itu, keberuntungan datang padanya. Tepat di tahun 1995, ia diterima di akademi Deportivo Saprissa. Dia bermain selama kurang lebih 10 tahun disana. Namun perlu diketahui bahwa Navas pernah bermain sebagai seorang penyerang saat menimba ilmu di Saprissa.
Kisah itu bermula ketika pelatihnya saat itu, Roger Mora, menganggap jika Navas lebih berbakat ketika menjadi seorang penyerang. Pelatihnya itu mengatakan jika Navas memiliki kualitas yang baik saat berada di kotak pinalti lawan. Hingga akhirnya karier Navas kembali seperti semula setelah ia diplot sebagai penjaga gawang saat timnya melakukan uji tanding melawan staf kepelatihan tim.
Navas tampil begitu memukau hingga mampu mengesankan pelatih. Dirinya bahkan sukses menembus skuat senior dan menjadi penjaga gawang utama.
Navas yang sering melakukan penyelamatan gemilang mendapat julukan sebagai ‘Mr. Save’.
Perjalanan emasnya semakin berlanjut setelah dirinya memulai karier di Eropa bersama klub divisi dua Spanyol, Albacete. Dua tahun bermain apik, Navas kemudian masuk radar tim la Liga, Levante, dan bergabung dengan tim tersebut pada 2011. Setelah sebelumnya berstatus sebagai pemain pinjaman, Levante kemudian mempermanenkan status Navas pada 2012.
Sepak terjang Navas mulai terlihat oleh publik Spanyol saat memperkuat Levante. Di akhir musim 2013/14, dirinya bahkan masuk kedalam daftar kiper terbaik La Liga bersama Thibaut Courtois yang kala itu masih memperkuat Atletico Madrid.
Perlu diingat bahwa sebelum Navas tampil gemilang bersama Levante, ia sempat mendapat penolakan tak terlupakan dari beberapa kontestan la Liga. Hal itu diungkap oleh sang agen, Ricardo Cabanas.
“Yang harus aku lakukan adalah memperkenalkannya ke tiga klub elite di Spanyol (Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid),”
“Aku berikan laporan lengkap. Tapi, tidak ada satu pun yang tertarik. Semua menolaknya,” ungkap Cabanas pada sebuah wawancara di program stasiun televisi Kosta Rika, Encuentro Deportivo.
Bahkan Cabanas mengatakan jika Navas sempat dilecehkan oleh salah satu asisten Guardiola.
“Ia (Navas) memang seorang kiper yang hebat. Tapi, tidak ada yang akan memboyong kiper dari Kosta Rika. Tidak ada klub yang mau. Apalagi klub-klub besar,” kata Cabanas menirukan komentar asisten Guardiola.
Menyusul penampilan gemilangnya bersama Levante, Real Madrid akhirnya rela merogoh kocek hingga 10 juta euro untuk memboyong Navas pada 2014. Bersama el Real penampilannya meningkat tajam. Gelar prestisius berhasil ia sumbangkan untuk tim yang bermarkas di Santiago Bernabeu.
Meski kini nasibnya masih berada dalam titik tak jelas, Navas terus bertahan dan masih ingin membela Real Madrid.
Berkat perjalanan luar biasanya, kisah hidup Navas diangkat ke layar lebar. Melalui Jorge Obando sebagai produser eksekutif, film tersebut resmi berjudul “Man of Faith”, yang merupakan terjemahan langsung dari judul Bahasa Spanyol-nya.
Lebih lanjut, sang produser menyebutkan bahwa produksi film tersebut didasarkan pada inisiatif sekelompok orang terdekat Navas yang telah mengikuti perjalanan karier profesional sang pemain.
Hingga kini, Navas benar-benar memiliki hidup nyaman dan mampu mengangkat derajat kedua orang tuanya memalui sepak bola.