Mantan bek Arsenal, Gael Clichy kesal betul pada Arsene Wenger. Ia tidak pernah menyangka bahwa The Gunners akan mengkhianatinya. Proyek British Core yang dicanangkan Wenger mendorongnya untuk pergi ke Manchester City.
Padahal Clichy memegang peran penting di skuad The Gunners, terutama dalam merajut kisah “Invincible” pada musim 2003/04. Tapi apalah hendak dikata, rencana British Core atau mengandalkan pemain asli Britania Raya yang digagas Arsene Wenger tak bisa diganggu gugat.
Clichy sendiri orang Prancis, jadi ia tak masuk proyek tersebut. Saat itu memang situasi klub sedang ingin mempromosikan pemain Inggris. Namun, proyek British Core tak selamanya mulus. Bahkan pada gilirannya, generasi yang disebut dalam proyek British Core lenyap.
Daftar Isi
Arsenal yang Dibangun Dengan Cara Prancis
Walaupun mengantarkan Arsenal ke tangga kejayaan, tapi Sang Profesor dikritik habis-habisan. Arsenal besutan Arsene Wenger dianggap kurang mengakomodir para pemain dari Britania Raya. Banyak dari pemain lokal tidak ambil bagian di skuad Wenger.
Dapat dipahami ketika Wenger kembali membentuk Arsenal, ia tak pernah berpikir untuk menjadikan pemain dari Britania Raya sebagai senjata utama. Arsene Wenger justru merakit Tim Gudang Senjata dengan cara yang sangat Prancis sekali.
Sejak menangani Arsenal tahun 1996, Arsene Wenger mengangkut para talenta dari Negeri Napoleon. Emmanuel Petit, Nicolas Anelka, Gilles Grimandi, sampai Patrick Vieira semuanya diangkut. Bahkan ke-Prancis-an Arsenal sampai pula ketika Prancis juara dunia.
Tahun 1998, saat tim yang masih diperkuat Didier Deschamps sebagai pemain meraih trofi Piala Dunia, tak sedikit surat kabar yang mengatakan bahwa “Arsenal Juara Piala Dunia”. Itu lantaran Arsenal, sekali lagi, dibentuk oleh Wenger dengan susunan yang amat sangat Prancis.
Re Italy going out tonight.
— Simon MacMichael 🏴🇮🇹🇪🇺❤️💙🚲 (@simonmacmichael) March 24, 2022
2nd best front page sports splash I have ever seen is Liberation when France were knocked out of qualifiers for 1994 World Cup: “La France se qualifie pour La Coupe du Monde 1998.” 😉
The best? Mirror, four years later, “Arsenal win the World Cup” 🤣 pic.twitter.com/T6YJlSCcT1
Tidak Memakai Pemain Inggris Sama Sekali
Meskipun dikenal banyak menggunakan pemain Prancis, tapi Arsene Wenger juga mempercayai pemain dari luar Prancis. Namun, tetap saja, pada sekitar tahun 2005, Wenger masih belum melirik talenta dari Britania Raya. Bahkan Arsenal besutan Wenger pernah bermain tanpa pemain Inggris satu pun.
Pada Hari Valentine tahun 2005, Arsenal menghadapi Crystal Palace. Laga yang akhirnya dimenangi Arsenal 5-1 itu blas tidak ada satu pun peran dari pemain Britania Raya. Wenger kala itu memakai seluruh pemain dari luar negeri, termasuk para pemain cadangannya.
#OTD in 2005: Arsenal became the first team in the Premier League to field all non English players in a match, it was against Crystal Palace in a 5-1 victory. pic.twitter.com/itODdkn6ZG
— Throwback Arsenal (@ThrowbackAFC) February 14, 2020
Selain pemain-pemain Prancis seperti Robert Pires, Thierry Henry, Pascal Cygan, sampai Gael Clichy, Wenger juga memasukkan pemain dari negara lain. Sebutlah Dennis Bergkamp, Jens Lehmann, Edu Gaspar, Lauren Mayer, Kolo Toure, sampai Jose Antonio Reyes dan Manuel Almunia.
Barangkali Arsene Wenger tidak memakai pemain Inggris karena tim nasionalnya sepi prestasi. Setelah menjadi juara dunia tahun 1966, nyaris tidak ada sejarah soal pemain Inggris yang pergi ke luar negeri dan meraup kesuksesan, umpamanya menjadi pahlawan di tim di negara lain.
Minimnya pemain Inggris juga membuat Arsenal dikritik. Tahun 2005, Arsenal yang tidak memakai pemain Inggris apalagi menjadikannya sebagai tulang punggung, justru disebut oleh media ternama Inggris sebagai “Arsenal’s United Nations”.
Arsene Wenger Mulai Menyadari
Butuh waktu lumayan lama untuk Wenger menyadari perlunya menghadirkan pemain Inggris dalam skuadnya. Pada satu titik, mantan manajer Nagoya Grampus itu mengakui warisan dan permainan Inggris dalam sejarahnya. Ia juga tak bisa menampik fakta kalau Arsenal adalah klub Inggris. Dengan begitu, Arsenal wajib memberi sumbangsih pada Inggris.
Maka pada awal tahun 2010, gagasan British Core mulai muncul. Anak-anak yang lahir dan besar di Inggris mulai disekolahkan di akademi sepak bola Arsenal. Tak butuh waktu bertahun-tahun lamanya, The Gunners akhirnya bisa menjaring talenta-talenta dari Britania Raya.
Ibarat nelayan yang menebar jala. Bakat hebat Britania Raya yang akhirnya mulai menampakkan batang hidungnya. Ada lima pemuda yang disebut-sebut buah dari proyek British Core Wenger. Kelima pemuda itu adalah Kieran Gibbs, Jack Wilshere, Carl Jenkinson, Alex Oxlade-Chamberlain, dan Aaron Ramsey.
Carl Jenkinson’s departure to Nottingham Forest today makes him the final player from the 2012/13 Arsenal squad & the famous ‘British Core’ to leave the club. #afc pic.twitter.com/EvjBBZiIck
— afcstuff (@afcstuff) August 7, 2019
Tahun 2012, ketika bursa transfer musim dingin,lima pemain dari Britania Raya itu diperpanjang kontraknya oleh Arsenal. Kelima pemain tersebut diyakini akan menjadi talenta dari Britania Raya yang paling menjanjikan.
Langkah tersebut juga merupakan upaya Arsene Wenger untuk menepis prasangka bahwa ia mengabaikan pemain dari Britania Raya. Lewat British Core tersebut, Wenger ingin memperlihatkan bahwa ia juga mempercayai pemain Britania Raya menjadi tulang punggung.
“Saya percaya, jika memiliki pemain Inggris di tim inti, selalu lebih mudah untuk menjaganya bersama. Kami senang lima pemuda ini menandatangani kontrak jangka panjang,” kata Arsene Wenger dikutip Sky Sports.
Proyek yang Gagal
Langkah yang diambil Wenger itu diinginkan banyak orang. Sebagian besar berharap proyek British Core bisa menjadi tambahan kekuatan untuk tim. Sekilas harapan itu bakal segera terwujud. Jack Wilshere dan Aaron Ramsey disebut-sebut yang paling mapan dan progresif di tim utama.
Namun, pemain lain seperti Kieran Gibbs masih tertinggal dari dua pemain tersebut. Jenkinson dan Chamberlain yang masih muda juga butuh waktu lebih lama untuk mengejar ketertinggalan. Ironisnya, yang terjadi kelima pemain tersebut justru lambat laun hilang dari Starting XI Arsenal.
Nasib Wilshere dan Ramsey
Jack Wilshere yang dianggap punya pemahaman taktis yang luar biasa malah dipinjamkan ke Bournemouth. Ia memang masih pemain permanen Arsenal, tapi dengan dipinjamkan ke klub lain menandakan bahwa Wilshere tak lagi dibutuhkan.
Ketika dipinjamkan ke Bournemouth itu, penampilan Wilshere sebelumnya memang mengalami penurunan. Wilshere mengakui bahwa cedera yang mengakibatkan performanya menurun. Padahal andai sedang fit, Wilshere bisa diandalkan karena kreativitasnya di lini tengah.
Jack Wilshere has been named as the new U18 head coach at the club. pic.twitter.com/d6R0xIb0Ug
— Patrick Timmons (@PatrickTimmons1) July 11, 2022
Ketika mencoba merajut ulang kariernya yang tampak medioker selama di Bournemouth, ia benar-benar banyak dibekap cedera. Bahkan tatkala Wilshere hanya bermain di tim Arsenal U23. Wilshere akhirnya dilepas tahun 2018. Ia kembali lagi ke Arsenal dan menjadi pelatih tim U18.
Sementara karier Ramsey terlihat sangat cerah di Emirates. Musim 2013/14 menunjukkan betapa fantastisnya pemain yang satu ini. Sayang, lagi-lagi cedera jadi momok. Masalah kebugaran membuatnya keluar dari daftar pemain reguler Arsenal. Saat Ramsey dianggap bakal bertahan lama, ia justru dilepas pada 2019 ke Juventus.
In 2019, Aaron Ramsey joined current Serie A champions Juventus after leaving Arsenal. Ramsey has gone on to make over 30 appearances for Juve to date, scoring four goals and helped the club win 2019-20 Serie A title. pic.twitter.com/BeWYbJWKHB
— FOOTBALL TRIVIA 365 (@PlayFT365) July 28, 2020
Jenkinson, Gibbs, dan Chamberlain
Begitu pula Gibbs. Setelah diperpanjang kontraknya pada 2012, Gibbs memiliki karier yang bagus di skuad utama, terutama di posisi bek kiri. Namun, kehadiran Nacho Monreal menyodok posisinya. Semenjak kehadirannya, Gibbs malah sering menghuni bangku cadangan.
Ia tetap setia di klub, tapi Arsenal justru melepasnya ke West Bromwich Albion tahun 2017. Benar, saat masih dilatih Wenger. Jenkinson juga bernasib sial. Usai diperpanjang tahun 2012, ia justru menghabiskan waktunya sebagai pemain pinjaman, dari West Ham ke Birmingham.
West Brom are in talks with Arsenal over a move for right-back Carl Jenkinson. [@RobDorsettSky] #afc pic.twitter.com/5ljBXOoiuh
— afcstuff (@afcstuff) June 19, 2019
Ketika pulang ke Arsenal, ia menjadi pelapis Hector Bellerin. Namun, saat Bellerin cedera, ia justru sudah sangat menurun. Dengan cepat bek tengah baru seperti Gabriel menyita posisinya di Arsenal. Tahun 2019 ia dilepas ke Nottingham Forest dan kini justru nyangkut di tim Australia, Newcastle Jets.
Lalu Chamberlain adalah proyek British Core yang pada tahun Agusturs 2011 dibeli dari Southampton, dan kontraknya ikut diperpanjang. Chamberlain langsung jadi idola publik Emirates.
📝 DEAL DONE: Alex Oxlade-Chamberlain has joined Liverpool for £35m. He has signed a 5-year deal. (Source: @LFC) pic.twitter.com/tCwS5CUi1h
— Transfer News Live (@DeadlineDayLive) August 31, 2017
Akan tetapi, ia justru mengalami stagnasi karier selama berseragam The Gunners. Ia gagal menciptakan langkah besar. Tidak konsisten sama seperti pendahulunya, Theo Walcott. Chamberlain yang akhirnya dilepas ke Liverpool jadi penanda kehancuran proyek British Core.
Sumber: OnlineGooner, PanditFootball, OnlineArsenal, JustArsenal, Football-Tribe, TheShortfuse, BR, Independent