Kualitas Juventus sudah teruji di Serie A dalam tujuh musim terakhir. Juventus yang sempat terkena skandal calciopoli dan terjun ke Serie B telah kembali menjadi kesebelasan besar yang disegani lawan-lawannya. Segala pencapaian terbaik telah diraih Si Nyonya Tua.
Juventus sebagai tokoh utama sepakbola Italia mempunyai satu hal penting yang tidak dimiliki para kontestan Serie A lainnya saat ini, yaitu mental juara.
Bagi Juventus, mental juara tidak bisa didefinisikan begitu saja. Mental juara itu terasa bagi siapa saja yang pernah menjadi bagian dari Juventus. Mental juara itu pula yang sebenarnya ditularkan keluarga Agnelli, pemilik Juventus, secara turun-temurun dan diwariskan kepada setiap pemain, pelatih, staf pelatih, bahkan suporter di setiap musimnya. Mental juara yang seperti itu adalah nyata bagi Juventus.
Meski belum mampu mempersembahkan prestasi gemilang di Eropa, setidaknya Juventus adalah tim yang mendominasi Serie A selama tujuh musim beruntun dan mereka bisa dibilang merupakan satu-satu nya wakil Italia yang tampil paling konsisten di kompetisi benua biru. Dengan transfer megah musim ini, Juventus diprediksi akan merajai kompetisi Eropa, Ronaldo yang notabene salah satu pemain terbaik dunia dinilai sebagai garansi bagi Juventus untuk bisa mendapatkan titel yang selama ini mereka idam-idamkan. Sayang bila mereka hanya mengharapkan scudetto ke-delapan secara beruntun dari kedatangan pria Portugal tersebut.
Cerita sukses Juventus bisa menjadi acuan bahwa mereka merupakan aktor terbaik Serie A. Kualitas pemain, titel liga terbanyak, dan yang tak kalah penting, regenerasi yang sempurna merupakan bukti nyata bahwa Juventus memanglah raja di Negri Pizza.
Akan tetapi, tak selama nya Juventus menjadi ‘pria baik-baik’ dalam drama Serie A sejauh ini, mereka juga pernah teracatat sebagai tim yang mempermalukan persepakbolaan Italia hingga dicap buruk dimata dunia. Tragedi itu dikenal sebagai skandal calciopoli.
Skandal Calciopoli adalah kenangan buruk bagi sepakbola Italia. Skandal pengaturan skor ini pernah memakan korban tiga klub besar Italia pada musim 2005/2006. Tepat pada 14 Juli 2006, Juventus, Fiorentina, Lazio, AC Milan, dan Reggina yang merupakan tersangka dalam kasus ini dijatuhi hukuman oleh FIGC (Federasi Sepakbola Italia). Meski ada beberapa tim lain yang terlibat, namun banyak yang menganggap bahwa Juventus adalah tokoh utama dari skandal memalukan ini.
Sosok sentral dalam kasus Calciopoli ini adalah seorang Luciano Moggi, yang ketika itu menjabat sebagai General Manager Juventus. Maka, tak heran jaksa penuntut umum meminta Juve dihukum begitu berat, bahkan sampai diturunkan ke Serie C1 plus pengurangan poin. Namun, berkat proses banding yang cukup panjang, akhirnya hukuman yang diberikan pun tidak seberat yang diajukan oleh jaksa penuntut umum. Tercatat, hukuman yang diterima Juventus saat itu adalah Degradasi ke Serie B, mendapat pengurangan poin sebesar sembilan poin, tidak berhak mengikuti Liga Champions Eropa 2006/2007, gelar Serie A musim 2004/2005 dan 2005/2006 dilucuti, General Manager Luciano Moggi dilarang beraktivitas di dunia sepakbola seumur hidup.
Hukuman itu berefek cukup besar bagi klub-klub di Italia, utamanya bagi Juventus yang harus merasakan degradasinya yang pertama sepanjang keikutsertaan mereka di Serie A.
Selain turun ke Serie B, hukuman yang paling diingat hingga saat ini adalah peralihan scudetto ketangan Inter Milan. Gelar Serie A 2005/2006 diserahkan ke Inter Milan yang berada di posisi ketiga. Hal ini dikarenakan AC Milan yang berada di peringkat kedua juga terkena skandal tersebut.
Klub-klub asal Italia mengalami kemunduran prestasi setelah dilanda kasus Calciopoli. Berbagai masalah mulai melanda Serie A Italia yang membuat prestasi klub-klub Italia pun meredup di kompetisi Eropa. Serie A Italia bahkan harus digeser oleh Bundesliga Jerman dan La Liga Spanyol dalam peringkat kompetisi UEFA.
Meski bukan hanya Juventus yang terlibat dalam bisnis kotor tersebut, tetap saja, Si Nyonya Tua dicap sebagai ‘borok’ persepakbolaan Italia.
Namun pada akhirnya, semua itu hanyalah dongeng lama yang mewarnai sejarah sepakbola Italia. Krisis yang terjadi pada tahun 2006 lalu tidak membuat Juventus terpuruk dan saat ini berhasil bangkit untuk kembali menjadi yang terbaik di Italia.
Kini, Liga Italia kembali menggeliat, dan uniknya Juventus justru menjadi aktor kebangkitan Serie A itu sendiri. Perlahan tapi pasti, Bianconeri kembali mengambil alih track perebutan juara kasta tertinggi di Italia. Nama-nama besar pun sukses diorbitkan oleh Si Nyonya tua. Dan sekarang, Juventus mencoba membuktikan diri bahwa mereka pantas merebut gelar Liga Champions Eropa.