Granit Xhaka adalah putra dari pasangan pengungsi asal Kosovo yang lahir di Basel. 18 bulan sebelum kelahirannya, ayah dan ibunya, melahirkan Taulant, yang kelak juga menjadi pesepak bola andal. Keduanya pernah berhadapan di fase grup Euro 2016. Xhaka berbaju Swiss, sementara kakaknya membela panji Albania.
Baik Xhaka maupun Taulant tak keberatan dianggap sebagai kembar. Mereka suka memakai baju yang sama. Yang lebih luar biasa, mereka menumbuhkan kecintaan pada satu olahraga yang sama: sepak bola. Mereka pertama kali bergabung dengan klub Concordia Basel, lalu bermain tandem di lini tengah sejak berusia lima tahun.
Karena pesatnya perkembangan mereka, Granit dan Taulant pun dipromosikan ke akademi Basel pada tahun yang sama, 2002. Hingga menyentuh usia remaja, mereka bermain bersama dan menjadi yang paling berbakat di antara seangkatan mereka.
Panggilan menuju tim utama Basel datang pada musim 2010/11. Granit debut pada bulan Juli, sedangkan Taulant pada bulan September. Di akhir musim, mereka mengangkat trofi liga bersama.
Pada 2012, mereka akhirnya berpisah. Sang kakak Taulant dipinjamkan ke Grasshooper, lantas menetap di Basel hingga kini. Sementara itu, Sang adik Granit menerima kontrak lima tahun dari Borussia Monchengladbach.
Di Jerman, kedewasaannya mulai bertumbuh, aura kepemimpinannya mulai berkembang.
Granit Xhaka bagi Unai Emery adalah figur di ruang ganti yang pantas menjadi salah satu jajaran kapten tim. Musim ini, ia jadi sosok yang mengenalkan pada Lucas Torreira dan Matteo Guendouzi akan intensitas tinggi Premier League.
Keunggulan Xhaka dibanding dua kompatriotnya tersebut ialah, selain dua musim lebih dulu merumput di Inggris, adalah bahwa Xhaka bisa bermain lebih statis di lini tengah. Sementara Guendouzi bermain bagus justru saat dibebaskan bergerak, dan Torreira adalah gelandang bertahan yang bukan pengontrol permainan, Xhaka menyediakan kedalaman dan jaminan akurasi umpan.
Beberapa kemenangan Arsenal pada musim ini datang dengan memenangi lini tengah, memenangi lini krusial yang menjadi sentral permainan. Dan kemenangan itu tak akan terjadi tanpa seseorang yang bertugas berdiri diam menjaga pertahanan. Pemain itu adalah Granit Xhaka, dan ia bukan seorang bek tengah.
Berkat kedisiplinannya tersebut, Emery tetap memainkannya bahkan ketika posisi di lini tengah tak tersedia untuknya. Ketika Arsenal mengalami krisis bek tengah dan bek kiri, ia adalah orang yang dipilih Emery untuk menambal posisi tersebut.
Kegunaan Xhaka bagi tim dalam momen seperti ini tak pernah terbayangkan di benak suporter. Saat awal kedatangannya pada 2016, ia terus mendapat kritikan. Dana 35 juta euro yang digelontorkan untuknya dianggap terlalu mahal. Apalagi, ia adalah pemain yang sering mengumbar kartu.
Komentar tersebut mungkin dilontarkan terlalu dini. Padahal, ia datang ke Arsenal, dalam usia 25 tahun, dengan sudah mengantongi dua titel Liga Swiss, telah mengapteni tim Jerman di Liga Champions, dan hampir mengoleksi 50 caps bagi tim nasionalnya.
Di awal kariernya di Arsenal, ia dipasangkan dengan Francis Coquelin yang bertipe perusak, bergantian dengan Mohamed Elneny yang lebih mobile.
Namun, bersama Aaron Ramsey-lah Xhaka bisa tampil dengan menjanjikan. Ramsey punya banyak hal yang gelandang Arsenal lain tak punya. Ia lebih tahan banting daripada Santi Cazorla, lebih berguna di sepertiga akhir daripada Elneny, dan jelas lebih bisa ofensif daripada Coquelin. Hingga akhir era Arsene Wenger, pasangan Xhaka-Ramsey di lini tengah adalah opsi paling menggiurkan bagi Arsenal.
Kini di era Unai Emery, sementara Ramsey dipastikan pindah di akhir musim, Xhaka masih menatap masa depan gemilang sebagai salah satu kapten Arsenal. Ia terus mendapat tempat. Akibat badai cedera yang melanda tim, Xhaka sempat diberdayakan sebagai bek tengah serta bek kiri, dan ia melakukannya dengan sempurna.
Satu hal lagi, ia punya trademark berupa tendangan jarak jauh. Ia sudah mencetak enam gol di Premier League, lima di antaranya tercipta dari luar kotak penalti. Itu belum termasuk golnya ke gawang Nottingham Forest di Piala FA dan AC Milan di Liga Europa. Ia jelas punya meriam dalam wujud kaki kirinya.