Diego Costa merupakan salah satu penyerang terbaik saat ini. Memiliki insting pembunuh dan karakter yang sangat kuat membuat Costa tumbuh menjadi striker mematikan. Gelontoran gol yang ia ciptakan sukses mengantar timnya memenangi banyak pertandingan.
Diego Costa, lahir di Legarto, Brasil. Meski lahir di Brasil, kini Costa bermain untuk timnas Spanyol. Pilihan kontroversialnya itu sempat membuat insan sepak bola dunia heboh. Melalui Goal.com, Costa memberi pernyataan terkait keputusannya itu,
“Sangat sulit untuk memilih di antara negara tempat Anda lahir atau negara yang telah memberikan Anda segalanya,”
“Aku melihat segalanya dan pilihan terbaik adalah bermain bagi Spanyol karena di sinilah aku sudah melakukan semua hal,”
“Ini bukanlah sesuatu untuk melawan Brasil. Aku punya keluarga di Brasil dan di situlah aku lahir. Aku berharap Tuhan membolehkanku untuk tinggal di sana lagi suatu saat nanti,”
Keputusan itu mendapat respon negatif dari warga Brasil. Banyak yang meganggap jika Costa adalah seorang penghianat.
Sejak kecil, Costa lahir dan tumbuh di Brasil. Dia dibesarkan di Lagarto, sebuah kota terpencil bagian Sergipe. Pada usia 9 tahun, Costa menyalurkan hobi bermain bolanya di akademi Lagarto. Dia kemudian ditaruh ke level yang lebih tinggi karena dianggap terlalu kuat untuk anak-anak seusianya.
Jauh sebelum mengenal sepak bola, Costa memiliki pengalaman buruk yang hampir saja membuat nyawanya melayang.
Ketika itu, Costa yang baru berusia enam bulan ditinggal oleh sang ibu mencuci piring. Costa kecil tertidur disebuah matras di kamar tidurnya. Setelah sang ibu kembali ke tempat tidur Costa, ia melihat seekor ular beracun yang mendekati anaknya itu.
Ibunya sempat mengira jika itu adalah selembar pita, namun lama kelamaan benda yang dianggapnya pita itu bergerak. Barulah ia menyadari jika benda tersebut adalah ular yang akan menyerang Costa.
Dengan gerakan cepat, sang ibu menarik tangan Costa sekaligus menghindarkan anaknya itu dari gigitan ular beracun. Ia mengaku gemetar hebat setelah menyelamatkan nyawa anaknya dari ancaman berbahaya.
“Aku pergi mencuci piring dan meninggalkan Costa di tempat tidur. Setelah aku kembali dan melihat ada ular yang akan menyerang anakku, segera aku bergegas menarik kedua tangannya dan menjauhkannya dari ular beracun itu,”
“Aku gemetar dari ujung kaki hingga kepala dan takut akan sesuatu hal buruk yang bisa saja terjadi.”
Melanjutkan karier sepak bolanya di Lagarto, Costa tumbuh menjadi pemain keras dan tidak mau kalah. Pada suatu pertandingan, ia bahkan pernah menolak untuk diganti karena ingin membalas dendam kepada seorang pemain yang dengan sengaja melukai kakinya.
Kondisi keluarga, lingkungan, hingga para lawan yang pernah dihadapi Costa sewaktu muda seakan memberi pengaruh terhadap karakternya selama ini. Ia terus bermain dengan gaya keras serta daya juang tinggi. Apapun akan ditempuh untuk bisa memenangkan pertandingan. Jika ada yang dianggap sebagai penghalang, ia tak segan untuk menyingkirkannya.
Memulai karier di Braga, Costa sukses menjadi penyerang handal dengan menyarangkan beberapa gol di pertandingan besar. Hingga pada akhrinya, ia hijrah ke Atletico Madrid dan mulai dikenal dunia. Costa sukses meneruskan tongkat emas para penyerang handal milik tim asal kota Madrid tersebut.
Meski sukses menjelma menjadi salah satu pencetak gol terbaik, kebiasan Costa tetaplah melekat erat. Ia sering ribut dengan pemain lawan. Tercatat, sudah ada beberapa pemain yang terlibat masalah dengannya. Diantaranya David Luiz, Zabaleta, Martin Skrtel, Emre Can, hingga Koscielny.
Diego Costa, akan selalu diingat sebagai penyerang hebat dengan segala karakter keras.