Turbulensi adalah fenomena terjadinya perubahan kecepatan udara secara drastis. Dalam penerbangan, turbulensi umumnya disebabkan oleh pegunungan, badai, hingga aliran jet.
Turbulensi adalah penyebab terjadinya guncangan pada pesawat dan merupakan fenomena yang sangat wajar terjadi. Namun, bagi sebagian orang, turbulensi tak hanya sekadar momen menegangkan, tetapi juga antara hidup dan mati, khususnya bagi mereka yang jarang bepergian dengan moda transportasi udara.
Analogi turbulensi tersebut sangat pas untuk menggambarkan situasi yang kini tengah dirasakan oleh para pendukung Olympique Lyonnais yang saat ini tengah terguncang. Penyebabnya, Lyon tengah menghadapi masalah yang tak biasa terjadi dalam sejarah mereka. Lyon yang dulu pernah 7 kali beruntun mendominasi Liga Prancis, kini tengah menghadapi situasi antara hidup dan mati.
Musim 2023/2024 memang belum berakhir. Namun, lebih dari sepertiga perjalanan musim ini telah dilewati dan ironisnya, Lyon masih terpendam di dasar klasemen Ligue 1 musim ini. Sebuah situasi yang mengancam eksistensi Lyon di Ligue 1 Prancis.
Aulas vs Textor
Beberapa waktu lalu, kami pernah membahas penyebab kemunduran Lyon yang amat drastis. Muaranya adalah Jean-Michel Aulas. Pria 74 tahun itu sebenarnya adalah sosok yang berjasa membawa Lyon ke masa kejayaannya. Namun, dia pula yang menyeret Lyon menuju kesengsaraan.
Aulas berhasil membawa Lyon berjaya dengan mengorbitkan pemain muda yang lahir dari rahim Lyon sendiri. Dari situ pula mereka meraup untung. Namun, makin kesini, Aulas makin banyak menjual para talenta berbakat Lyon. Beberapa di antaranya bahkan dijual dengan harga yang kurang pantas.
Langkah tersebut tak diikuti dengan pembelian pemain yang tepat. Dampaknya, kekuatan Lyon terus melemah. Ironisnya lagi, sumur bakat Lyon mulai mengering. Singkatnya, prestasi Lyon akhirnya merosot tajam dan tanpa disadari, kondisi finansial mereka ikut tiarap.
Harapan sempat ada tatkala Aulas sukses menjual saham Lyon kepada John Textor. Textor adalah owner dari Eagle Football Holding yang juga memiliki saham di Botafogo, RWD Molenbeek, dan Crystal Palace. Textor mengakuisisi 77,49% saham Lyon dari tangan Aulas pada Desember 2022.
Namun ternyata, akuisisi tersebut menimbulkan prahara baru. Perseteruan terjadi antara Textor dan Aulas. Penyebabnya, Textor mengetahui kondisi keuangan Lyon yang bobrok. Ia pun menendang Aulas dari kursi presiden Lyon pada Mei silam dan menuduhnya telah menyembunyikan kondisi keuangan Lyon yang sebenarnya saat penjualan.
Sebagai balasan, Aulas mengajukan tuntutan hukum. Pada Agustus kemarin, pengadilan niaga mengabulkan tuntutan Aulas untuk membekukan dana sebesar 14,5 juta euro dari rekening klub. Konon, jumlah tersebut adalah uang yang harusnya dibayar Textor kepada Aulas sesuai dengan sisa saham yang ia miliki di Lyon.
Tentu saja, pihak yang paling dirugikan di sini adalah Les Gones. Pasalnya, situasi tersebut makin memperparah kondisi keuangan mereka yang sudah sejak Juni 2023 diawasi secara ketat oleh badan keuangan sepak bola Prancis (DNCG). Keputusan DNCG ditambah putusan pengadilan niaga membuat aktivitas transfer Lyon di bursa transfer musim panas 2023 menjadi dibatasi.
Meski mendapat lebih dari 107 juta euro dari hasil penjualan pemain, tetapi Lyon hanya bisa membelanjakan kurang dari 20 juta euro untuk membeli pemain baru. Dengan aktivitas yang dibatasi dan masalah finansial di baliknya, kualitas pemain yang datang ke Groupama Stadium otomatis menjadi jomplang.
Skelly Alvero, Paul Akouokou, Mama Balde, Jake O’Brien, Ainsley Maitland-Niles, Duje Ćaleta-Car, dan Clinton Mata adalah beberapa pemain anyar yang datang musim ini. Sementara di sisi lain, pemain yang hengkang dari Lyon antara lain; Houssem Aouar, Moussa Dembélé, Jérôme Boateng, Romain Faivre, Malo Gusto, Thiago Mendes, Bradley Barcola, dan Castello Lukeba.
Sungguh sebuah aktivitas transfer yang sangat jomplang bukan?
Lyon sebenarnya masih punya Anthony Lopes, Nicolas Tagliafico, Dejan Lovren, Maxence Caqueret, Corentin Tolisso, hingga Alexandre Lacazette. Akan tetapi, kualitas para pemain Lyon secara umum tidaklah sebanding. Ini adalah dampak dari buruknya kebiasaan mereka menjual pemain bintang dan buruknya perekrutan pemain anyar yang lama-lama membuat kualitas skuad Lyon terus menurun dari musim ke musim.
Lyon Tak Punya Arah dan Gairah!
Masalah tadi berdampak instan kepada performa Lyon di musim ini. Hasilnya, Les Gones mencatat start terburuk dalam sejarah keikutsertaan mereka di Ligue 1 Prancis.
Di empat pertandingan pertama musim ini, Lyon cuma mengumpulkan 1 poin. Sebuah hasil yang tak hanya mengantar Lyon duduk di dasar klasemen, tetapi juga membuat Laurent Blanc dipecat dari kursi pelatih.
Mantan pemain Lyon, Fabio Grosso kemudian ditunjuk sebagai pelatih anyar. Niatnya sampai akhir musim, tetapi baru 7 pertandingan, Grosso yang nyaris buta gara-gara lemparan batu suporter Marseille, akhirnya juga diberhentikan.
Walaupun sempat meraih kemenangan atas Rennes di pekan ke-12, tetapi Grosso hanya sanggup membawa mantan klubnya itu meraih 5 poin dalam 7 pertandingan. Grosso tak hanya gagal, tetapi juga membuat Lyon makin terperosok di dasar klasemen Ligue 1 musim ini.
Pemecatan Fabio Grosso dalam waktu singkat adalah bentuk perjudian dari John Textor yang gagal. Demikian pula dengan penunjukan Pierre Sage sebagai pelatih interim. Sebelumnya, Sage baru menjabat sebagai pelatih akademi selama 4 bulan. Sage juga tak punya pengalaman sebagai pelatih kepala.
Jika kita mengulik ke belakang, apa yang dilakukan Textor sebenarnya tak jauh beda dengan Jean-Michel Aulas. Tak bisa dipungkiri kalau selama beberapa musim terakhir, Lyon seperti tak punya arah yang jelas dan konsisten.
Berbagai pengambilan keputusan yang manajemen Lyon ambil juga seperti sebuah perjudian; tanpa perhitungan yang jelas dan analisis yang matang. Kondisi finansial yang bobrok, buruknya aktivitas transfer pemain, dan mudahnya mereka memecat pelatih jadi buktinya. Grosso misalnya, ia merupakan pelatih permanen keenam dalam kurun waktu empat tahun terakhir.
Kondisi ini diperparah dengan agresifnya kelompok suporter Les Gones yang terkenal galak. Mungkin karena pernah mendominasi Liga Prancis dalam kurun waktu yang cukup lama, kelompok suporter Les Gones jadi suka menuntut timnya, bahkan tak jarang sampai mencaci maki tim mereka sendiri.
Mengutip opini Adam White yang ditulis di harian The Guardian; “Para pemain Lyon kini terlihat kehilangan semangat dan benar-benar terlihat kebingungan”.
Opini tersebut mendapat angin segar dari Dejan Lovren. Mantan bek timnas Kroasia berusia 34 tahun itu adalah leader bagi Lyon, baik di dalam maupun di luar lapangan. Menyoroti situasi klubnya, Lovren secara terbuka mengatakan, “Pintu terbuka untuk pemain yang tidak ingin berada di sini. Pintu juga terbuka untuk bala bantuan. Saya harap kami akan menemukan pemain yang dapat membantu klub.”
Sepintas, pernyataan Lovren seperti menjadi indikasi kalau masalah juga terjadi di dalam ruang ganti Lyon. Di tengah kondisi klub yang makin terancam degradasi, masalah seperti itu sangatlah wajar terjadi.
Pierre Sage: Masih Ada Harapan!
Lalu, masih adakah harapan bagi Lyon untuk dapat bertahan di Ligue 1 Prancis musim ini?
Terlepas dari kondisi klub yang kini tengah terancam, Pierre Sage merasa optimis Lyon mampu bertahan hidup. “Anda hanya perlu melihat tabel klasemen untuk melihat bahwa kami berada dalam bahaya. Jika kami kalah sekarang, itu berarti tidak ada harapan. Saya tidak berpikir bahwa sudah tidak ada lagi harapan.”
Pernyataan Pierre Sage tersebut terdengar seperti omong kosong. Sebab, ia mengatakannya setelah Lyon menelan kekalahan 3-0 atas Marseille. Sebelumnya, ia juga bertanggung jawab atas kekalahan 3-2 dari Lens. Rentetan hasil yang makin menenggelamkan Les Gones di dasar klasemen dengan koleksi 7 poin dari 14 pertandingan.
Mengutip dari Get Football News France, dalam sejarah Ligue 1, tidak ada satu pun tim yang memiliki total poin serendah itu atau kurang yang berhasil terhindar dari degradasi.
Ancaman degradasi begitu nyata bagi Les Gones. Oleh sebab itu, apa yang dibicarakan Pierre Sage tampak omong kosong. Namun, Sage berhasil membuktikan omongannya.
Di laga pekan ke-15, Les Gones sukses meraih kemenangan keduanya musim ini usai mengatasi Toulouse 3-0. Tambahan 3 poin memang belum mengangkat posisi Les Gones dari dasar klasemen. Namun, mereka berhasil memperkecil jarak dengan para pesaingnya dan sedikit memperpanjang napasnya di Ligue 1 musim ini.
Hasil itu juga membuat Lyon memutuskan untuk memperpanjang masa bakti Pierre Sage hingga libur musim dingin. Hingga naskah ini dibuat, Lyon belum menentukan pelatih permanen berikutnya. Konon, Bruno Genesio dan Jorge Sampaoli jadi kandidat terkuatnya. Apabila meraih hasil positif di laga kontra AS Monaco dan Nantes, Pierre Sage juga dikabarkan dapat masuk dalam daftar kandidat.
Harapan bagi Lyon tak hanya muncul dari hasil di atas lapangan. Di luar lapangan, John Textor berhasil menyelesaikan pembiayaan kembali €385 juta dari utang Lyon yang belum terbayar. Pembiayaan kembali utang ini memungkinkan Lyon untuk melunasi utang pembangunan Stadion Groupama dan pinjaman selama pandemi Covid-19.
Pembiayaan kembali utang Les Gones juga telah membuat DNCG mencabut putusannya. Artinya, Les Gones tak lagi kena pembatasan transfer. DNCG telah memberi lampu hijau dan Les Gones dapat belanja pemain anyar di Januari mendatang.
Konon, bujet sebesar 50 juta euro telah disiapkan dan daftar pemain yang akan dijual dan dibeli juga sudah disiapkan. Moses Simon, Rade Krunic, Baptiste Santamaria, Guido Rodriguez, Nayef Aguerd, Saïd Benrahma, dan dua pemain Botafogo, Lucas Perri dan Adryelson adalah beberapa nama yang santer dikabarkan jadi incaran Lyon di bursa transfer Januari mendatang.
Sekali lagi, harapan itu masih ada! Syaratnya, Lyon wajib membuat keputusan matang dalam mendatangkan pelatih anyar dan pemain baru. Akan tetapi, bukan perkara mudah untuk merekrut pelatih dan pemain baru untuk menangani sebuah tim yang tengah berjuang di zona degradasi.
Layaknya turbulensi dalam pesawat, perjalanan Lyon menuju akhir musim 2023/2024 bakal disertai guncangan, bahkan tak sedikit menimbulkan luka-luka. Untungnya, angka kecelakaan hingga kematian yang disebabkan oleh turbulensi terbilang kecil. Semoga saja, turbulensi tersebut dapat Lyon lewati dengan selamat hingga mendarat di akhir musim nanti.
Referensi: Eurosport, The Guardian, GFNF, GFNF, GFNF, The Analyst, Fotmob.