Siapa penyerang andalan Manchester United sebelum era Wayne Rooney? Jawabannya ialah meneer Belanda Ruud van Nistelrooy. Ruudtje, demikian ia disapa, ialah striker buas yang memperkuat Setan Merah dalam kurun 2001 hingga 2006.
Total dalam 150 pertandingan, ia mencetak 95 gol bersama seragam Setan Merah. Sebelum dipecahkan Jamie Vardy pada 2015/16, ia adalah pemegang rekor gol beruntun terbanyak Premier League, dengan mencetak gol dalam sepuluh pertandingan beruntun pada 2003.
Praktis, di era kering prestasi, di waktu yang sama dengan kedigdayaan Arsene Wenger di Arsenal dan Jose Mourinho di Chelsea, Ruudtje menjadi pemain paling konsisten United. Jadi, ketika ia dijual pada 2006, di usia yang tergolong prima, ke Real Madrid, para penggemar pun bertanya-tanya.
Mengapa pula Sir Alex Ferguson menjual pemain tertajamnya?
Pada 2017, jawaban dari pertanyaan tadi mulai terkuak. Alastair Campbell, teman dekat Sir Alex, mengungkapkan secuil petunjuk dalam bukunya. Campbell membeberkan bahwa Cristiano Ronaldo lah yang menjadi penyebab hengkangnya Ruudtje.
Apa mau dikata, sebelum Ronaldo merekah, Ruudtje mendapat pelayanan dari para winger yang rajin mengirim assist. Ryan Giggs di kiri dan David Bekcham di kanan rutin mengirim bola matang kepada Ruudtje.
Semua berubah sejak wonderkid asal Portugal datang. Dalam diri Cristiano Ronaldo, terdapat tipe winger yang berbeda. Alih-alih menjadi pelayan sang striker, Ronaldo punya atribut yang membuatnya mampu menjadi penyelesai sekaligus. Ronaldo ialah winger, tapi juga finisher.
Tak pelak, kondisi tersebut memicu kecemburuan dalam diri Ruudtje. Mereka jadi kerap terlibat cekcok di sesi latihan. Suatu ketika, Ruudtje sampai menendang Ronaldo dengan sengaja. Ia melakukannya lantaran sebal melihat gaya bermain individual CR7.
Ronaldo, yang saat itu berstatus anak emas Old Trafford, punya bekingan dalam wujud Carlos Queiroz. Queiroz adalah asisten dan tangan kana Sir Alex. Sama-sama berasal dari Portugal, Queiroz punya hubungan dekat dengan Ronaldo, dan disebut menjadi ayah Ronaldo selama di Manchester.
Ketika Ronaldo digasak, sang ayah angkat pun memanggil Ruudtje. Queiroz berkata pada striker utamanya untuk menghargai semua orang, terutama agar menunjukkan rasa hormat pada Ronaldo. Ruudtje merespon dengan kasar dan malah mengatakan tak perlu menghormati siapa pun.
Meski Ruudtje kemudian meminta maaf pada Ronaldo, calon megabintang Portugal itu tak memaafkannya. Pada akhirnya, Ruudtje kalah terang dari Ronaldo. Ia dilego ke Real Madrid pada 2006 dengan mahar 14 juta euro.
Sementara itu, Ronaldo semakin menancapkan kukunya di sepak bola dunia bersama Setan Merah. Ketika Ruudtje berkutat dengan cedera di Madrid, Ronaldo berhasil merengkuh gelar Liga Champions dan penghargaan pemain terbaik dunia pertamanya.
Dasar takdir, Ronaldo lalu menyusul Ruudtje ke Los Galacticos. Ia hengkang ke Madrid dengan harga rekor dunia, bergabung dengan Ruudtje yang sudah aus termakan usia.
Dalam enam bulan kebersamaan mereka di Santiago Bernabeu, Ruudtje sempat masuk lapangan menggantikan Ronaldo dalam laga La Liga menghadapi Xerez di paruh musim pertama 2009/10. Pada Januari 2010, Ruudtje yang sudah berusia 34 tahun terbuang ke Hamburg, sekali lagi terusir oleh pesona Ronaldo.