Satu pekan kita disuguhkan pertandingan-pertandingan Liga Inggris yang menghibur. Pekan lalu jadwal Premier League padat. Klub-klub tidak hanya bermain di akhir pekan tapi juga di tengah pekan. Di tengah jadwal padat biasanya akan muncul banyak kejutan.
Kemarin menjadi pekan yang tidak mengenakkan bagi tim-tim besar. Manchester United kalah dari Bournemouth 3-0. Ya, kalah dari Bournemouth. Di markas sendiri. Kebobolan tiga gol tanpa satu pun membalasnya. Padahal MU, juga di pekan kemarin mengalahkan Chelsea. Ya, Chelsea. Anggota Big Six.
Begitulah United. Fansnya sudah terlatih bersabar menghadapi kenyataan ini. Tapi yang paling muram pekan kemarin adalah klub-klub London. Dan di antara klub-klub London yang nasibnya paling mengenaskan pekan kemarin adalah Chelsea.
Daftar Isi
Klub London Paling Mengenaskan
Arsenal, walau kalah dari Aston Villa, tapi mereka berhasil menang susah payah atas Luton Town. Lalu, Tottenham Hotspur. Meski kalah dari West Ham, Spurs bisa menekuk Newcastle 4-1. West Ham? Mereka memang mengalahkan Spurs, tapi menghadapi tim London lainnya, Fulham keok 5-0.
Sementara Chelsea, setelah kalah dari Manchester United, kalah dari Everton di Goodison Park. Ya, Everton. Klub yang kemarin kena hukuman pengurangan poin. Klub yang saat ini berada tipis di atas zona degradasi. Kalahnya? 2-0. Padahal Chelsea menguasai jalannya pertandingan.
Kekalahan atas Everton semakin membuat pendukung Chelsea jengkel, marah, dan tak enak tidurnya. Juga menambah rentetan hasil negatif tim asuhan Mauricio Pochettino. Kalau ditotal, dalam lima laga terakhir Chelsea hanya memenangkan satu laga. Kalah di tiga laga dan imbang sekali.
Chelsea baru mengumpulkan 19 poin dari 16 laga. The Blues masih betah di papan tengah. Mereka sama sekali tidak beranjak dari sana sejak dimulainya Liga Inggris musim ini. Menyedihkan? Jelas. Apalagi dari semua klub Big Six, hanya Chelsea yang masih tak kunjung naik ke papan atas.
Kalah dari Manchester United
Manchester United yang tiap pekan bikin penggemarnya sakit perut saja pelan-pelan merangkak ke papan atas. Anak asuh Erik ten Hag mengoleksi 27 poin dari 16 laga dan duduk di posisi keenam. Berjarak delapan poin dari Chelsea yang mendekam di peringkat 12.
Yah, walau sama-sama menyebalkan dan jadi bahan lawakan di media sosial, tapi setidaknya Manchester United bisa mengumpulkan poin lebih banyak. Jurgen Klopp bahkan masih yakin kalau United bisa bersaing di papan atas. “Mereka punya poin yang gila-gilaan,” kata Klopp.
Sementara, manajer Liverpool itu berpendapat lain ketika bicara soal Chelsea. Klopp tidak yakin kalau Chelsea bisa bersaing di papan atas. Apalagi The Pensioners belum bisa konsisten meraih hasil positif. “Siapa peduli mereka (Chelsea) di mana. Kita tetap harus melawan mereka,” kata Jurgen Klopp.
Everton
— Siaran Bola Live (@SiaranBolaLive) December 11, 2023
Dihukum pengurangan 10 poin
Anjlok di peringkat 19 dari 14 point sisa 4 point
Menang 3x beruntun, keluar dari zona Degradasi, 13 Point peringkat 17
Everton bersama 5 tim lain tak pernah terdegradasi dari PL: Spurs, Arsenal, Liverpool, MU, Chelseapic.twitter.com/YJBjvQLMk9
Inkonsistensi Chelsea
Perkataan Klopp bisa jadi mewakili penggemar Chelsea dari Pamulang hingga Amritsar di India. Betapa tidak? The Blues sama sekali tak konsisten musim ini. Chelsea sudah memainkan 16 laga di Liga Inggris, sama seperti tim lainnya, tidak ada laga tunda atau apa pun. Tapi The Blues baru lima kali menang.
Everton saja sudah tujuh kali menang. Alih-alih menang, Chelsea justru sering menelan kekalahan. Tujuh kali kalah dari 16 pertandingan. Selain kekalahan, Chelsea juga mengoleksi hasil imbang. Total sudah empat kali mereka seri.
🚨🚨Chelsea did not lose a single match against the Big Six this season. 🔥
— Monsieur John🫂💞🤞 (@JohndHR) December 7, 2023
• Draw [1-1] Vs Liverpool 🤝
• Draw [2-2] Vs Arsenal 🤝
• Victory [4-1] Vs Tottenham ✅
• Draw [4-4] Vs Manchester City 🤝
Then boom Manchester United ❌
Beating Chelsea is not for everyone#MUNCHE pic.twitter.com/ED81ABkiDn
Betul, empat hasil seri itu didapat salah satunya ketika menghadapi Manchester City. Dan tujuh kekalahan itu di antaranya saat menghadapi MU, Newcastle, Brentford, dan Nottingham Forest. Chelsea ini aneh. Mereka bisa menahan imbang City, mengalahkan Tottenham Hotspur saat sedang bagus, tapi kalah dari MU bahkan Nottingham Forest!
Pertandingan Chelsea memang sulit diprediksi. Ini menyenangkan bagi bandar, tapi menyebalkan bagi para penggemar. Lagi-lagi kita harus melihat contoh dari Manchester United, klub besar lain yang sama-sama sedang terpuruk.
Tiap pekan pasukan Erik ten Hag seolah punya hasil yang paten. Kalau tidak menang ya kalah. Sementara Chelsea tidak begitu. Tim asuhan Pochettino masih mungkin hanya meraih hasil imbang. Misalnya saat melawan Bournemouth, September lalu.
Kesulitan Pochettino
Penampilan buruk Chelsea tidak selaras dengan diri mereka sendiri. The Blues padahal punya segalanya. Chelsea juga tidak diganggu jadwal kompetisi Eropa. Pemain mereka juga bagus-bagus dan mahal-mahal. Usianya kebanyakan masih muda. Selain itu, Chelsea juga memiliki pelatih seperti Mauricio Pochettino.
Kamu tahu? Pochettino terkenal cerdas mengelola pemain muda. Di Southampton, ia berhasil. Di Espanyol, lumayanlah. Di Spurs? Jawabannya ada di Liga Champions musim 2018/19. Tapi di Chelsea tampaknya Pochettino benar-benar kesulitan. Bisa jadi karena ego tinggi para pemain muda Chelsea saat ini.
Pretty sure @FA_PGMOL should be looking at a charge for Nicolas Jackson for an unprovoked assault on Nathan Patterson after the full time whistle. Straight red in the 90 mins! #efc #EveChe pic.twitter.com/6DuL2Z0mtn
— Davey 🇺🇦 (@DaveyBilo) December 10, 2023
Mungkin juga karena para pemainnya tempramental. Kemarin saja, Pochettino sampai harus turun tangan melerai si The Next Drogba, Nicolas Jackson yang mencekik pemain Everton, Nathan Peterson. Yah, para pemain Chelsea barangkali mulai frustrasi.
Tak Becus Menyerang, Letoy dalam Bertahan
Setiap pekan, setiap peluit sepak mula dibunyikan, alih-alih mengerti bagaimana memenangkan pertandingan, Chelsea malah hafal caranya mempermalukan diri sendiri. Tidak hanya gagap dalam mengumpulkan poin, tapi Chelsea juga tak becus mencetak gol. Itu karena mereka tak efektif dalam menyerang.
Setiap pekan rutinitas Chelsea hanya bermain untuk menguasai bola. Namun selalu kesulitan dalam menyerang, terutama ketika menghadapi lawan dengan pertahanan rapat. Tak usah jauh-jauh deh, lawan Everton kemarin misalnya. Chelsea di laga itu benar-benar menguasai permainan.
Penguasaan bolanya bahkan 73%, Everton saja cuma 27%. Chelsea mengemas 703 operan, Everton tak sampai 300 operan. Jumlah tembakan Chelsea juga lebih banyak. Total 16 tembakan berbanding sembilan tembakan milik Everton. Tapi dari 16 tembakan itu, hanya empat yang mengarah ke gawang, dan tak melahirkan satu pun gol.
Sejauh ini, Chelsea baru mengemas 26 gol dari 16 laga di Liga Inggris, sama seperti West Ham dan Fulham. Namun, fans Chelsea masih bisa sombong di hadapan penggemar MU, karena pasukan Ten Hag sejauh ini baru mencetak 18 gol saja di Liga Inggris.
In the TOP 10 of the English Premier League table, Manchester United is the only team having more goals conceded than scored.
— Aritra Majumdar (@machineball_am) December 10, 2023
18 scored and 21 conceded. Goal difference -3. pic.twitter.com/A1qNSjSbRM
Selain gagap dalam menyerang, para pemain Chelsea juga sepertinya kurang menonton tutorial bertahan. Jumlah kebobolan mereka sama seperti jumlah gol yang dicetak.Chelsea lebih banyak kebobolan daripada Crystal Palace dan Everton yang berada di belakangnya.
Karena buruknya pertahanan Chelsea, Robert Sanchez sampai harus menghadapi 74 tembakan ke arahnya. Sang kiper juga harus menerima nasib bahwa ia sering kebobolan. Dengan jumlah kebobolan yang sama dengan jumlah golnya, pertanyaan pun muncul, Chelsea ini sebenarnya tim apa sih?
As well as Reece James, Robert Sanchez went off injured as well in yesterdays game, when it rains, it pours. 😞 pic.twitter.com/oKX4acA5Mi
— Frank Khalid OBE (@FrankKhalidUK) December 11, 2023
Para Pemain Tidak Perform
Para pemain Chelsea, yang harganya mahal-mahal itu, banyak yang tidak perform. Di lini belakang, misalnya. Thiago Silva mulai kehilangan tenaganya. Ia sering membantu dengan umpan-umpannya, tapi Silva seolah kehilangan kekuatannya sebagai bek tengah.
Silva buruk soal tekel. Menurut FotMob, rata-rata tekelnya cuma 0,60 per laga. Rata-rata menang duelnya juga kecil, yakni 3,47 per laga. Selain itu, bek yang dibeli lebih dari 38 juta poundsterling dari AS Monaco, Axal Disasi juga tak perform. Menurut Fbref, sudah 11 kali Disasi gagal duel udara.
Keberhasilan tekelnya juga buruk. Menurut FotMob, keberhasilan tekel Disasi hanya 45,5% atau rata-rata 0,36 per laga. Pembelian sensasional Chelsea musim ini, Moises Caicedo juga tampil seperti pemain tarkam. Sang pemain bahkan hanya dimainkan 14 kali, dengan 12 kali menjadi starter.
Caicedo memang bagus dalam umpan. Akurasinya menurut FotMob mencapai 91,8% per laga. Tapi atribut penguasaan bolanya kurang. Selain pernah melakukan pelanggaran di kotak penalti, persentase keberhasilan dribelnya cuma 43,8%. Soal duel juga buruk, karena persentase kemenangan duelnya cuma 50,8%.
Nah, kalau di lini serang, tanpa data pun, kamu pasti tahu siapa yang main buruk. Mykhailo Mudryk, Raheem Sterling, sampai Nicolas Jackson tiga di antaranya. Mereka memang mencetak gol, tapi rata-rata gol per laganya tak ada yang sampai satu. Ketiganya cuma nol koma sekian.
The Blues butuh satu lagi penyerang tengah, karena Armando Broja lebih sering bikin emosi daripada mencetak gol. Chelsea tak bisa terus mengandalkan pemain sayap atau gelandang seperti Enzo Fernandez maupun Cole Palmer untuk mencetak gol. Hmmm…. Romelu Lukaku sedang gacor tuh di AS Roma.
Sumber: TheAnalyst, TFA, TheGuardian, Bolanet, Goal, FotMob, Fbref