Cerobohnya Liverpool, Curi Data Pemain City Malah Kena Batunya

spot_img

Kejahatan teknologi ternyata pernah terjadi di sepakbola Inggris. Tak tanggung-tanggung yang ketahuan melakukan kejahatan tersebut adalah klub sebesar Liverpool. Nahas, yang jadi korbannya juga adalah klub kaya seperti Manchester City. Namun sayang, skandal memalukan tersebut akhirnya diselesaikan dengan kesepakatan damai kedua klub. Lalu apa sih kejahatan yang dilakukan The Reds terhadap The Citizens?

Kecurigaan City

Kejadian tersebut terjadi selama musim 2012/13. Musim itu yang jadi juara Liga Inggris adalah Manchester United. Manchester City yang kala itu masih diasuh Roberto Mancini hanya finish sebagai runner-up. Sedangkan Liverpool yang diasuh Brendan Rodgers malah finish di posisi ketujuh.

Menurut The Times skandal tersebut awalnya muncul ke publik setelah pihak Manchester City menuduh staf baru Liverpool terbukti secara tidak sah mengakses platform Scout 7 milik The Citizens selama delapan bulan, yakni antara bulan Juni 2012 hingga Februari 2013. FYI aja, Scout 7 ini adalah platform yang dipakai Manchester City untuk mencari bakat pemain yang nantinya akan direkomendasikan kepada manajemen untuk dibeli.

Tuduhan City tersebut dilandasi atas sikap kecurigaan pada data Scout 7 yang telah dibuka ratusan kali oleh orang yang bukan bagian dari staf pemandu bakat The Citizens. Artinya bisa jadi si pelaku adalah orang yang tak asing dengan kata sandi Scout 7 milik City.

Pasalnya setelah dideteksi oleh pihak City, tak dicurigai orang yang login tersebut terbukti melakukan kesalahan kata sandi. FYI juga, dengan login beberapa kali ke halaman Scout 7 milik City, akan dapat melihat database kinerja statistik dan video detail dari pemain bidikan City di seluruh penjuru dunia.

Mantan Staf City

Atas kecurigaan tersebut, pihak Manchester City sampai-sampai menyewa ahli data forensik komputer untuk mencari tahu siapa dalang di balik peretasan database tersebut. Akhirnya dari hasil forensik tersebut, terindikasi ada peran oknum mantan staf Manchester City.

Kebetulan pada musim 2012/13, ada dua staf The Citizens yang pindah kerja ke Liverpool. Mereka adalah Julian Ward dan Dave Fallows. Julian Ward dan Dave Fallows sebelumnya bekerja di Manchester City dari tahun 2010 hingga 2012 sebagai pemandu bakat.

Dave Fallows di Liverpool dipekerjakan sebagai kepala perekrutan pemain, sedangkan dan Julian Ward ketika itu dipekerjakan sebagai scout atau pemandu bakat. Sebelumnya kita tahu Dave Fallows dan Julian Ward adalah orang yang punya pengaruh dalam membangun jaringan pencarian bakat Manchester City di seluruh dunia dengan sistem data.

Selain dua orang mantan staf City tersebut, terindikasi juga peran Michael Edwards, kepala analisis Liverpool sejak 2011. Peran Edwards dikatakan hanya sebagai orang yang memerintah dan melindungi Fallows dan Ward saat meretas database milik City.

Liverpool Untung?

Melihat tuduhan serius dari pihak City tersebut, memangnya apa sih untungnya meretas data bagi Liverpool? Memang data tersebut adalah data yang privat dan strategis bagi City dalam mencari bakat pemain. Tapi nyatanya setelah ratusan kali diretas tak ada satu pun pemain yang akhirnya dibeli pihak The Reds.

Satu yang mungkin menyeruak kala itu adalah pemain bernama Paolo Fernandes. Pemain muda 21 tahun yang sudah diincar lama oleh City dari Real Zaragoza. Karena ketika itu diketahui bahwa Paolo Fernandes juga ikut diburu oleh Liverpool. Tapi toh kenyataannya pemain Spanyol tersebut tak jadi dibeli The Reds.

Lalu apakah pemain yang dibeli oleh Liverpool sepanjang musim 2012/13, seperti Fabio Borini, Joe Allen, Oussama Assaidi, Daniel Sturridge, dan Philippe Coutinho, adalah target dari Manchester City? Nyatanya menurut The Athletic, para pemain tersebut bukanlah radar dari City.

Tindakan City

Melihat kenyataannya seperti itu, tampaknya tak ada dampak besarnya bagi Liverpool. Toh Liverpool musim tersebut nggak jago-jago amat. Mereka tak meraih trofi apa pun dan malah finish di posisi 7 Liga Inggris.

Namun dengan adanya tindakan kejahatan yang dilakukan Liverpool tersebut, pihak Manchester City ternyata sempat panik juga. Ada sebuah reaksi yang menandakan bahwa klub milik taipan Uni Emirat Arab itu ketar-ketir pemain bidikannya diserobot oleh Liverpool.

Dilansir The Athletic, contoh reaksi kepanikan The Citizens tersebut adalah mempercepat transfer dua bidikannya yakni Jesus Navas dari Sevilla dan Fernandinho dari Shakhtar Donetsk. Transfer dua pemain baru City tersebut langsung dikerjakan manajemen pada awal bulan Juni 2013, ketika bursa transfer musim panas mulai dibuka.

Selain tindakan kepanikan transfer tersebut, pihak Manchester City juga menganggap tindakan Liverpool tersebut melawan hukum. Selain itu, tindakan tersebut menurut manajemen City tak dibolehkan dalam peraturan FA. Maka dari itu City ketika itu berniat untuk membawa kasus tersebut ke pihak yang berwenang.

Damai

Dilansir Manchester Evening News, sebenarnya pihak Liga Inggris ketika melihat berita tersebut telah melakukan tindakan investigasi terhadap kasus tersebut. Liga Inggris yang diwakili oleh ketua komite budaya dan media waktu itu Damien Collins mengatakan bahwa kasus ini harus terus dikawal karena belum terjadi penyelesaian antara kedua belah pihak. Terlebih menurut Collins kalau tak ditindak akan berbahaya jika merembet ke klub lain.

Namun dari kedua belah pihak, baik Liverpool maupun Manchester City malah memilih jalur damai untuk menyelesaikan kasus tersebut. The Times mengungkapkan bahwa Liverpool telah sepakat berbicara baik-baik dengan pihak Manchester City untuk menyelesaikan kasus tersebut. Imbasnya Liverpool sepakat membayar sejumlah kompensasi uang senilai 1 juta pounds pada tahun 2013. Nilai tersebut memang tak seberapa bagi City. Namun dengan adanya pembayaran tersebut banyak pihak yang menganggap bahwa Liverpool telah mengakui kesalahannya.

Tutup Buku

The Times pernah mendekati kubu Liverpool untuk menanyakan secara detail penyelesaian kasus tersebut. Namun pihak Liverpool tak memberikan jawaban detail dengan alasan hal tersebut adalah bagian dari rahasia klub. Sementara itu dari pihak City pun serupa, menolak berkomentar atas penyelesaian kasus tersebut.

Kalaupun Manchester City tak rela dan masih menyimpan dendam kepada Liverpool, pasti mereka tetap akan membawa kasus ini secara hukum. Namun dengan kenyataan itu tampaknya kasus tersebut sudah tutup buku bagi kedua klub.

Melihat penyelesaian kasus yang bersifat rahasia tersebut, Richard Masters selaku kepala eksekutif Liga Inggris juga mengatakan bahwa kasus tersebut sudah tutup buku karena sudah adanya kesepakatan. Pihak Liga Inggris juga secara resmi berhenti menyelidiki lebih lanjut perkara tersebut.

Namun sikap FA berbeda. Menurut juru bicara FA bahwa kalau ada temuan bukti dan aduan baru, bisa saja kasus ini akan diperiksa kembali. Dan bisa saja akan ada hukuman berat kalau ada pihak yang terbukti melanggar.

Well, belajar dari kasus ini bahwa klub besar sekali pun tetap harus hati-hati terhadap privasi yang dimilikinya. Harus juga dipastikan untuk tak kecolongan oleh oknum “orang dalam” yang sengaja melakukan itikad buruk untuk kepentingan di luar klub.

Ya, untung saja City memaafkan Liverpool dengan cara baik-baik. Kalau tidak, bisa jadi Liverpool bakal dituntut terus oleh City hingga sekarang. Apa tidak malu Liverpool dihukum gara-gara sengaja nyolong data pribadi milik lawannya?

Sumber Referensi : manchestereveningnews, theathletic, forbes, thisisanfield, mancitysquare, insideworldfootball

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru