Keputusan berat harus diambil David Silva. Ia akhirnya terpaksa mengakhiri karir profesionalnya di dunia sepakbola setelah mengalami cedera serius di pertandingan pramusim bersama Real Sociedad. Pemain berkebangsaan Spanyol itu terpaksa harus mengakhiri karirnya lebih cepat dari perkiraan.
Semuanya karena cedera ligamen yang Silva alami. Untuk pemain seusianya, cedera yang menyerang bagian vital itu dianggap cukup parah dan bisa semakin parah apabila terus dipaksakan. Dan untuk mengenang jasa-jasanya dalam sepakbola, berikut kisah perjalanan karir David Silva.
Daftar Isi
Berawal dari Valencia
Sama halnya dengan kebanyakan pemain asal Spanyol lainnya, David Silva mengawali karirnya di tanah Matador. Awalnya ia mencoba masuk ke akademi Real Madrid, tapi perawakannya yang kecil membuat sang raksasa Spanyol itu enggan menerimanya.
Meski begitu, Silva tak patah arang. Masih banyak jalan menuju cita-cita. Kebetulan, ayahnya berprofesi sebagai polisi keamanan stadion Valencia. Hal itu membuat Silva mendapat tawaran untuk bergabung ke akademi klub tersebut. Dari sana lah kemampuan olah bolanya mulai terbentuk.
Selama kurang lebih tiga tahun di akademi, Silva pun akhirnya menembus skuad utama Los Che pada musim 2004/05. Menembus skuad utama tak langsung membuat Silva menjadi andalan di lini tengah Valencia. Karena usianya masih 18 tahun, ia pun dipinjamkan ke beberapa klub La Liga lainnya.
David Silva pun melakoni debut profesionalnya bersama klub Eibar yang kala itu masih berlaga di kasta kedua Spanyol. Melakoni sepuluh pertandingan dan mencetak satu gol di Segunda Division belum membuat manajemen Valencia puas. Musim 2005/06, Silva kembali dipinjamkan. Kali ini ke Celta Vigo.
Meski bersaing di kasta tertinggi, Celta berani memberikan Silva lebih banyak kesempatan bermain. Ia bahkan mencatatkan 2.670 menit bermain musim 2005/06 serta mencetak empat gol dari 34 pertandingan. Mendapat banyak menit bermain membuat kemampuan Silva kian terlihat. Dirasa cukup, akhirnya ia menembus skuad utama Valencia di musim berikutnya.
Puncaknya pada musim 2007/08. Setelah mengamankan satu tempat di skuad asuhan Ronald Koeman, Silva membantu Los Che tampil mengejutkan di Copa Del Rey. Dengan lima assist dan satu golnya, ia mengantarkan Valencia menjuarai turnamen tersebut. Itu jadi trofi pertama dalam karir David Silva.
Menembus Timnas Spanyol
Penampilan David Silva sepanjang musim 2007/08 pun akhirnya menarik perhatian Luis Aragones yang mengajaknya bergabung ke skuad Timnas Spanyol yang akan dipersiapkan untuk EURO 2008 yang digelar di Austria dan Swiss. Bagi Silva, ini bagai mimpi yang jadi nyata. Bocah dari daerah kecil di Kepulauan Canaria bisa bermain bersama pemain-pemain terhebat Spanyol saat itu.
Di usianya yang baru 22 tahun, Aragones cukup berani menjadikannya pemain inti di lini depan La Roja. Entah itu di sayap kanan maupun sayap kiri, Silva bermain sama baiknya. Kreatifitasnya di lapangan melengkapi trio lini tengah Spanyol kala itu, Marcos Senna, Xavi Hernandez, dan Andre Iniesta.
Bersama gelandang lainnya, Silva melayani Fernando Torres dan David Villa dengan baik. Kecepatan dan akselerasinya di sisi kanan maupun kiri lapangan kerap merepotkan pertahanan lawan. Silva jadi bagian penting La Furia Roja menjuarai EURO 2008. Meski demikian, kejayaan di tim nasional tak berhenti disitu.
Dua tahun kemudian, Silva kembali tergabung dalam skuad yang memenangkan Piala Dunia di Afrika Selatan. Sayangnya, Silva bukan pilihan utama di skuad asuhan Vicente Del Bosque. Pelatih kawakan itu lebih menggemari permainan Pedro yang dirasa memiliki naluri gol lebih baik darinya. Meski demikian, penampilan singkatnya di Piala Dunia tetap mampu mencuri perhatian klub-klub top Eropa, termasuk Manchester City.
Menarik Perhatian Manchester City
Banyak yang berusaha mendatangkan David Silva, tapi Manchester City datang dengan tawaran yang menarik. Klub tersebut telah muncul sebagai kekuatan baru di Liga Inggris menyusul pengambilalihan sultan asal Abu Dhabi dua musim sebelumnya. City menginginkan Silva untuk melengkapi proyek mereka menuju level yang baru.
Terlebih, kala itu Valencia tengah dililit masalah keuangan. Mereka harus segera menjual beberapa pemain penting guna menyeimbangkan neraca keuangan. Kalau tidak, bisa saja Los Che mendapat sanksi atau dianggap bangkrut oleh federasi sepakbola Spanyol. City pun datang memanfaatkan situasi tersebut. Mahar senilai 28 juta euro atau setara Rp 465 miliar jadi angka yang tak bisa ditolak Valencia.
Musim debut Silva berakhir dengan meraih trofi Piala FA tahun 2011. Itu jadi trofi pertama yang sudah dinantikan oleh para fans. Piala FA yang diraih Silva jadi trofi pertama City selama 35 tahun terakhir. Trofi tersebut sekaligus jadi awal kejayaan Manchester City di persepakbolaan Inggris.
El Mago
Seiring menanjaknya performa Manchester City, David Silva juga kian memantapkan diri sebagai salah satu gelandang terbaik yang pernah bermain di Premier League. Umpan-umpan membelah pertahanan, kreatifitasnya di lapangan, dan kelincahannya dalam membongkar pertahanan lawan membuat dirinya melesat jadi yang terbaik.
Kesuksesannya sebagai individu diimbangi dengan torehan gelar Manchester City. Di musim keduanya saja, Silva sudah mempersembahkan gelar Liga Inggris pertama klub pada musim 2011/12. Musim tersebut, jadi musim yang bersejarah karena Silva mengakhiri musim dengan gelar juara EURO 2012 bersama Spanyol dan sebagai pemberi umpan terbanyak Liga Inggris dengan catatan 17 assist.
Silva terus menambah gelar bersama City. Selama kurang lebih sepuluh tahun bermain di Etihad Stadium, Silva mengantongi 77 gol dan 140 assist dalam 436 penampilan. Ia juga meraih belasan trofi bergengsi termasuk empat gelar Premier League dan lima Piala Liga. Berkat penampilannya yang menawan selama sedekade di Inggris, ia dijuluki El Mago atau yang berarti sang penyihir.
El Mago mengakhiri karirnya bersama City pada musim 2019/20 sebagai seorang legenda klub. Untuk mengapresiasi kiprahnya di Manchester City, klub bahkan membuatkan patung khusus untuknya di depan Etihad Stadium. Patung tersebut bersanding dengan Vincent Kompany dan Sergio Aguero yang juga mendapat predikat sebagai legenda klub. Tak lupa, City juga meluncurkan buku tentang David Silva dengan judul “EL MAGO: DAVID SILVA – A DECADE OF MAGIC”.
Pulang Kampung
Meninggalkan Manchester City merupakan keputusan yang berat dalam hidupnya. Berkat City, namanya telah melambung tinggi sehingga disejajarkan dengan seniornya Andres Iniesta dan juga beberapa nama besar lainnya macam Zinedine Zidane dan Steven Gerrard. Usai tinggalkan Manchester, Silva memutuskan pulang ke Spanyol dan bergabung Real Sociedad.
Keluarganya telah memainkan peran penting dalam pengambilan keputusannya untuk bergabung dengan Sociedad ketimbang mengiyakan tawaran dari klub Serie A, Lazio. Di usia 34 tahun, Real Sociedad juga berani menjamin kalau Silva masih akan mendapat peran krusial di skuad utama.
Meski baru bergabung pada awal musim 2020/21, David Silva berhak atas medali Copa Del Rey 2020 karena ia dimainkan di laga final. Final Copa del Rey ini semula dijadwalkan berlangsung pada April 2020. Namun, Federasi Sepak Bola Spanyol memutuskan menunda laga tersebut hingga April 2021 karena pandemi virus corona. Itu jadi trofi terakhir dan satu-satunya bersama Sociedad
Akhir yang Tak Terduga
Kenapa jadi trofi terakhir bagi Silva? Karena musim 2022/23 jadi kali terakhir Silva berada di lapangan. Silva memutuskan pensiun setelah mendapat cedera ACL di sesi pramusim bersama Sociedad. Dengan usia yang sudah menginjak 37 tahun, Silva akan sulit untuk bisa kembali ke performa terbaiknya.
Setelah pemain-pemain macam Mesut Ozil dan Zlatan Ibrahimovic memutuskan pensiun, kini kita harus kembali merelakan idola masa muda kita untuk melangkah pergi meninggalkan dunia si kulit bundar. Sekali lagi, terimakasih El Mago.
Sumber: The Football Faithfull, Planet Football, These Football Times, Man City