Memulai karier di Belanda, Arjen Robben menjelma menjadi salah satu talenta terbaik Negri Kincir Angin. Mengandalkan kecepatan yang dimiliki, Robben sering merepotkan pertahanan lawan. Dirinya pun kerap mencetak gol-gol spektakuler melalui akurasi tendangan yang sangat baik.
Mulai bersinar bersama klub PSV Eindhoven, Arjen Robben sukses menyumbangkan gelar Eredivisi Belanda sebelum potensi luar biasanya tercium hingga ke tanah Inggris.
Meski sebagian kariernya dijalani dengan begitu gemilang, Robben pernah menderita kanker yang sempat membuatnya takut setengah mati.
Arjen Robben, lahir pada 23 Januari 1984 di Bedum, Groningen. Dirinya merupakan putra dari pasangan Hans Robben dan Marjo Robben. Memiliki ayah yang berprofesi sebagai agen sepak bola, Robben ingin bergelut di dunia serupa. Dirinya bahkan sempat membuat ibunya bingung lantaran tak mau fokus ke pendidikan.
Tepat di tahun 1989, Robben mulai masuk ke akademi lokal, VV Bedum. Disaat anak-anak yang lain pergi ke sekolah, Robben justru memilih untuk mengenyam pendidikan di sekolah sepak bola. Ia benar-benar giat dalam berlatih hingga mampu mengesankan pelatihnya saat itu.
Bahkan, ada satu hal mengejutkan yang ditunjukkan oleh Arjen Robben selama berlatih sepakbola. Yaitu ketika dirinya menjadi pemain termuda yang mampu menguasai metode Coerver, sebuah teknik sepak bola yang ditemukan oleh mantan pelatih Belanda, Wiel Coerver.
Metode Coerver merupakan sebuah sistem dalam klub yang menyihir pemain-pemain medioker menjadi pemain berkelas, serta mengubah talenta-talenta berbakat menjadi pemain top dunia. Metode ini dimaksudkan untuk maju secara terstruktur melalui kecepatan dan penyelesaian mematikan.
Berkat kehebatannya itu, Robben masuk ke klub Groningen hingga menjalani debut profesional disana. Memiliki kecepatan dan kemampuan mumpuni, Robben akhirnya direkrut oleh PSV pada awal 2000 an. Bermain bersama salah satu klub terbaik Belanda, karier Arjen Robben terus meningkat. Trofi Eredivisi dan Piala Johan Cruyff Shield berhasil ia sumbangkan untuk tim yang bermarkas di Philip Stadium.
Dibalik prestasi gemilangnya itu, Robben pernah menderita penyakit kanker.
Ia menemukan benjolan di testis kirinya. Hal tersebut membuat Robben stres karena takut sesuatu hal buruk akan terjadi. Hingga pada akhirnya, ia benar-benar dinyatakan terkena kanker testikal.
Menyusul kejadian menakutkan tersebut, Robben mengaku bahwa saat itu ia sama sekali tak memikirkan sepak bola. Dengan segala kecemasan yang terus menghantui, Robben hanya ingin sembuh.
Setelah menjalani operasi intensif, Robben akhirnya dinyatakan terbebas dari kanker.
Melalui wawancara yang dilakukan dengan BBC, Robben mengungkap ketakutannya saat itu.
“Aku merasa sangat takut. Itu adalah masa-masa sulit bagiku. Aku merasa jika sepak bola sudah tidak penting lagi. Penantian itu sangat menyedihkan selama berhari-hari,”
“Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Setelah operasi, aku mendengar kabar bagus dan itu sangat melegakan.”
Setelah menjalani serangkaian penyembuhan total, Robben kembali merumput. Resmi diboyong Chelsea pada 2004, Arjen Robben menjelma menjadi salah satu winger terhebat. Berbagai aksi gemilangnya berhasil mengantar The Blues menjuarai trofi Liga Primer Inggris dan Piala FA.
Sempat singgah di Spanyol bersama Real Madrid, Arjen Robben melanjutkan perjalanan emasnya menuju FC Bayern. Disana, ia dipuja para penggemar. Barisan trofi bergengsi seperti Bundesliga, DFB-Pokal, Liga Champions Eropa, hingga Piala Dunia Antar Klub, berhasil disumbangkan oleh pemain berusia 35 tahun ini.
Penyakit mematikan yang sempat diderita justru semakin menguatkan langkah kaki Arjen Robben menuju tangga juara.