Perjalanan Maurizio Sarri di Chelsea tak berjalan mulus. Tujuh bulan ia menggelar rezim di Stamford Bridge, makin hari makin banyak cacian yang diarahkan kepadanya. Di laga melawan laga Piala FA yang berakhir dengan kemenangan Manchester United, Sarri mendapat ejekan dari suporternya sendiri.
Terdengar seruan ”fucking Sarriball” dan “You are getting sacked in the morning” dari beberapa tribun penonton. Di laga berikutnya melawan Malmo, giliran gelandang metronom, Jorginho, yang mendapat ejekan. Jorginho adalah gelandang yang didatangkan oleh manajemen Chelsea khusus untuk mengakomodasi gaya bermain Sarri-ball.
Jadi, ketika tujuh bulan berlalu dan yang didapat adalah kekalahan memalukan dari para rival, Sarri dan Jorginho yang menjadi sasaran para suporter. Lantas, apa yang membuat Sarri-ball dan Jorginho tak bekerja di Inggris?
Pertama-tama, kita harus tahu bahwa Sarri baru mencicipi kasta tertinggi sepak bola Italia pada musim 2014/15 saat menangani Empoli. Di tambahh tiga musim menangani Napoli, ia praktis menghabiskan sebagian kariernya di divisi bawah Italia.
Begitu menangani Napoli, ia langsung membawa Partenopei menjadi klub terbaik kedua Italia di bawah Juventus dengan memperkenalkan merk Sarri-ball, sebuah taktik mirip tiki-taka yang dianggap menghibur karena memainkan sepak bola menyerang.
Sarri datang ke Inggris pada Juli 2018 dengan satu formasi baku: empat bek, satu holding midfielder, dua gelandang serang, dua winger, dan satu striker. Ia khusus mendatangkan Jorginho untuk menerapkan Sarri-ball di Stamford Bridge. “Aku ingin ada perpindahan bola yang sangat cepat di area itu,” ujarnya suatu kali.
Masalahnya, Sarri datang ke sebuah klub yang para pemainnya baru saja dicekoki sistem bermain ekstra bertahan yang dibawa Antonio Conte. Lihatlah N’Golo Kante. Ia adalah gelandang-pertama-di-depan-bek yang menjadi pemain terbaik dunia di posisinya saat Juara Premier League bersama Leicester dan Chelsea. Ketika Sarri datang, Kante didorong sedikit lebih ke depan, dan kemampuan terbaiknya pun tergerus.
Ide untuk menaruh Jorginho sebagai gelandang terdalam sangatlah jenius jika ia diberi ruang dan waktu. Masalahnya, sepak bola Inggris tak se”luas” dan tak se”lambat” seperti yang dikira Sarri dan Jorginho.
Resep untuk mengalahkan Chelsea mudah saja: tekan terus Jorginho, lalu ia akan kehilangan bola, dan tak ada gelandang penyaring tersisa. Sarri terlihat tak punya plan B karena ia sering mengganti Mateo Kovacic dengan Ross Barkley dan sebaliknya sebagai rotasi di lini tengah, serta sering mengganti Pedro dengan Willian sebagai rotasi di sisi sayap.
Yang membuat posisi Sarri makin berbahaya adalah sifatnya yang keras kepala. Di depan media, ia terang-terangan menyatakan para pemainnya tak punya mentalitas yang tepat untuk menandingi klub lawan seperti saat melawan Tottenham, Bournemouth, hingga Manchester City. Sarri juga menyatakan hasil-hasil buruk yang diderita Chelsea belakangan ini bukan disebabkan oleh taktik yang dibawanya.
Jika suporter sudah menganggapnya tak pantas menangani Chelsea, jangan sampai Roman Abramovic berpikiran serupa…