Ketika gol bunuh diri ditukar dengan nyawa.
Mungkin itu adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kisah pilu Andres Escobar, yang sudah berjuang mati-matian untuk negaranya namun bernasib nahas hanya karena satu kesalahan yang ia lakukan.
Meski tidak termasuk dalam kekuatan sepak bola Amerika Latin, sepak bola Kolombia sempat menggemparkan dunia. Duel 11 lawan 11 tiba-tiba berubah menjadi tragedi mengerikan yang pernah terjadi sepanjang sejarah sepak bola.
Andres Escobar, merupakan tragedi besar bagi dunia sepakbola. Ia menjadi korban pusaran Narco-Football alias pengaruh kartel narkoba terhadap pesepakbolaan Kolombia.
Kolombia datang ke Amerika Serikat sebagai salah satu tim kuda hitam asal Amerika Selatan. Sayang, ekspektasi tinggi itu gagal diwujudkan Carlos Valderrama cs dan pulang lebih awal usai jadi juru kunci Grup A, kalah bersaing dengan Romania dan Swiss sebagai juara grup serta runner up.
Dalam kegagalan timnas Kolombia tersebut, ada hal yang menyita perhatian dunia. Yaitu ketika pemain Timnas Kolombia, Andres Escobar, dibunuh dengan cara tragis hanya karena melakukan gol bunuh diri. Dia meregang nyawa setelah ditembak mati algojo suruhan kartel narkoba di Kolombia.
Saksi mata di TKP menjelaskan pada Sabtu, 2 Juli 1994, dini hari, ia melihat Escobar bersama dua orang pria bertengkar.
Dari pertikaian tersebut, terdengar teriakan suara pria menghina permainan Escobar. Ia pun tak terima. Escobar kemudian melakukan pembelaan dan sempat berteriak minta tolong.
Tak lama berselang, pria di depan Escobar menarik pelatuk senjata api. Escobar ditembak sebanyak 12 kali. Belum puas, ia lalu berteriak “Thanks for the own goal!”
Sang pembunuh kemudian melarikan diri. Tidak sampai satu jam, atau tepatnya 45 menit kemudian Escobar dinyatakan meninggal dunia. Tubuhnya bersimbah darah akibat diberondong peluru dari jarak dekat.
Pihak Kepolisian meyakini motif pembunuhan itu dilatarbelakangi gol bunuh diri yang dibuat Escobar ketika menghadapi AS di Pasadena. Ketika itu Escobar gagal mengantisipasi operan terobosan.
Tidak butuh waktu lama bagi kepolisian untuk mengungkap tragedi berdarah ini. Polisi menangkap pria bernama Humberto Castro malam hari setelah kejadian. Dia merupakan kaki tangan kartel narkoba.
Dia diperintah majikannya, Santiago Gallon, untuk menghabisi nyawa Escobar untuk membalas kerugian besar karena kalah taruhan.
Pengadilan menjatuhkan hukuman 43 tahun penjara terhadap Castro. Namun, hukumannya dikurangi menjadi 26 tahun. Pada 2005, pengadilan Castro bebas. Pelaku hanya menjalani hukuman selama 11 tahun.
Keluarga Escobar pun merasa sangat terpukul. Setelah kematian Escobar, masyarakat mengenang peristiwa nahas itu, terlebih suporter Atletico Nacional.
Pada 2002, pemerintah Kota Medellin membangun sebuah patung sang legenda yang mati di tangan mafia narkoba.