Orang-orang mungkin menyebut Gonzalo Higuain sebagai pemain bermental lemah, yang selalu membawa kutukan di laga final, atau yang selalu gagal bersinar di laga besar. Tapi yang pasti, catatan karier Higuain tampak selalu menjanjikan.
Ia diboyong Real Madrid saat masih berusia 19 tahun. Selama enam musim di Santiago Bernabeu, ia mencetak 107 gol dalam 190 penampilan, catatan yang cukup menawan untuk ukuran striker yang tak pernah dianggap sebagai pilihan utama.
Di klub berikutnya, ia sama tajamnya. Selama tiga musim memperkuat Napoli, ia mencetak 71 gol dalam 104 penampilan. Di klub itu pula ia mencatat rekor 36 gol dalam semusim Serie A pada 2015/16, yang merupakan rekor sepanjang masa Italia.
Bersinar di Napoli, Juventus pun memecahkan brankas untuk mendatangkannya. Harga 90 juta euro adalah yang terbesar yang pernah dibayarkan Juventus untuk seoran. pemain. Selain mendapatkan dua scudetto, Higuain juga membikin catatan lumayan dengan mencetak 40 gol dalam 73 pertandingan.
Sampai di sini, Higuain dapat dilihat sebagai striker kelas dunia dengan ketajaman yang konsisten. Koleksi golnya selalu menyentuh dua digit sejak musim 2008/09 hingga 2017/18. Alasan Juventus meminjamkannya ke AC Milan pada awal musim ini pun lebih karena alasan taktik.
Akibat kedatangan megabintang Cristiano Ronaldo, pelatih Massimiliano Allegri memutuskan hanya memerlukan satu striker, dan striker itu adalah Mario Mandzukic, yang di masa lalu pernah memerankan posisi defensive forward. Higuain pun tak masuk rencana Allegri, dan AC Milan menyediakan tempat penampungan.
Pemain berjuluk El Pipita tersebut sedianya akan dipinjamkan ke San Siro hingga semusim. Akan tetapi, performanya di San Siro ternyata melempem. Enam bulan berjalan, ia cuma mencetak 6 gol di Serie A.
Begitu tahu Maurizio Sarri di Chelsea menginginkan dirinya, hati Higuain tak lagi berada di Milan. Ia ingin bereuni dengan pelatih yang membawanya memecahkan rekor gol sepanjang masa Serie A tersebut. Ia lantas memohon agar diizinkan meninggalkan Rossoneri.
Dalam konferensi pers sebelum laga pada 20 Januari 2018, pelatih Milan Gennaro Gattuso secara jujur mengatakan sesi latihan timnya terganggu dengan keinginan Higuain. Ia tak terfokus, dan Gattuso pun tak menganggapnya menjadi bagian dari timnya lagi.
Dua hari kemudian, kesepakatan dengan Chelsea tercapai. Ia memutus masa peminjaman di Milan untuk menjalani masa peminjaman lagi di Stamford Bridge. Perjalanan Higuain di Milan pun menjadi misteri. Dengan catatan sedemikian hebat, mengapa Higuain harus pergi secepat itu?
Well, menurut La Gazzetta dello Sport, semuanya diawali oleh kedatangan Ivan Gazidis. Ia adalah direktur utama anyar yang memimpin Milan mulai Desember kemarin. Gazidis, yang berpengalaman mengendalikan keuangan cekak di Arsenal, memutuskan tak melanjutkan negosiasi mendatangkan Zlatan Ibrahimovic dari Los Angeles Galaxy.
Keputusan itu membuat Higuain tak puas. Ia mengidolakan Ibrahimovic dan ingin bermain bersama penyerang Swedia tersebut. Di saat yang bersamaan, hubungannya dengan Leonardo, direktur olahraga Milan, semakin memburuk. Sejak awal, Leonardo-lah yang mewanti-wanti di media seputar kemungkinan perginya Higuain. Hubungan Higuain dan Leonardo semakin tegang saat sang pemain tidak ikut dalam perjalanan ke Genoa.
Jadi, walaupun ia dianggap sebagai striker terbaik tim oleh pelatih Gennaro Gattuso, Higuain tak akur dengan manajemen Milan. Kepindahannya ke Chelsea pun segera dieksekusi, dan ia sudah keluar dari Milan seminggu sebelum bursa transfer berakhir.
Menjadi tantangan bagi Higuain apakah ia mampu tampil tajam di liga mewah Premier League…