Ada yang Mengejutkan! Langkah Tim Inggris Diluar Big Six di Liga Champions

spot_img

Di Liga Inggris sudah lama dikenal klub Big Six seperti MU, Chelsea, Arsenal, Spurs, City maupun Liverpool. Sebagai klub kuat, kelolosan mereka ke Liga Champions sudah menjadi hal yang lumrah. Namun siapa sangka, sejak era Premier League rebranding tahun 1992, klub di luar Big Six pernah ada yang lolos ke Liga Champions. Siapa saja klub tersebut dan bagaimana pencapaiannya?

Leeds United (1992/93, 2000/01)

Yang pertama ada Leeds United. Klub berjuluk The Peacock ini pernah lolos ke Liga Champions musim 1992/93 setelah menjuarai Liga Inggris musim 1991/92. Sayang, langkah anak asuh Howard Wilkinson ketika itu hanya sampai babak kedua.

Leeds yang bermaterikan pemain seperti Eric Cantona, Gary Speed, maupun Gary McAllister, dihentikan oleh Rangers dengan agregat 4-2. Padahal sebelumnya sang juara Liga Inggris tersebut sudah mengandaskan Stuttgart di babak pertama. Setelah gagal lolos, mereka juga ditinggalkan bintang mereka Eric Cantona yang hijrah ke MU pada November 1992.

Di musim 2000/01, The Peacock kembali tampil di Liga Champions setelah di musim 1999/00 finish di posisi ke-3 Liga Inggris. Di era tersebut Leeds sedang jaya-jayanya. Mark Viduka dan kawan-kawan bahkan sudah bisa melaju hingga babak semifinal Piala UEFA musim 1999/00.

Tak heran jika kelolosan Leeds ke Liga Champions banyak diperhitungkan. Anak asuh David O’Leary mengawali di babak kualifikasi dengan mengandaskan TSV 1860 Munchen. Memasuki babak grup, mereka tergabung di grup neraka bersama Barcelona, AC Milan, dan Besiktas. Namun Harry Kewell dan kawan-kawan tak gentar dengan kondisi tersebut.

Dilansir Football Faithfull, di laga bersejarah menghadapi AC Milan di Elland Road, justru The Peacock sukses mengemas tiga poin. Laga yang diguyur hujan tersebut diselesaikan dengan gol sepakan keras Lee Bowyer. Kemenangan 1-0 itu menjadi modal bagi skuad O’Leary untuk lolos dari babak grup pertama.

Di babak grup kedua, The Peacock lebih mengejutkan lagi ketika mampu lolos mendampingi Real Madrid setelah menyingkirkan skuad The Dream Team Lazio 0-1 di Olimpico, dan menahan imbang di Elland Road 3-3.

Tak sampai disitu saja kejutan Leeds. Di babak perempat final, klub kuat lain dari Spanyol, Deportivo La Coruna juga mereka jinakan. Namun sayang, kejutan pasukan David O’leary akhirnya terhenti di tangan Valencia pada babak semifinal. Namun pencapaian Leeds tersebut sudah menjadi dongeng tersendiri yang tercatat di buku sejarah Liga Champions.

Blackburn Rovers (1995/96)

Tim berikutnya ada Blackburn Rovers. Klub berlogo bunga ini secara mengejutkan mampu tampil di Liga Champions musim 1995/96 setelah mereka menjadi juara Liga Inggris di musim 1994/95.

Klub berjuluk The Riversiders tersebut termasuk klub yang kaya di era tersebut. Karena mereka disuntikan dana besar dari Jack Walker. Blackburn di era itu bertabur bintang seperti Alan Shearer maupun Chris Sutton.

Namun di awal musim 1995/96, pergantian pelatih dari Kenny Dalglish ke Ray Harford menjadi masalah. Ray Harford tak mampu membawa klub kaya tersebut berbicara banyak di Liga Champions.

The Riversiders hanya jadi juru kunci di Grup B dibawah Spartak Moscow, Legia Warszawa, dan Rosenborg. Klub yang bermarkas di Ewood Park itu hanya mengumpulkan empat poin dari hasil satu menang, satu seri, dan sisanya kalah.

Usut punya usut, seperti pengakuan pelatih Spartak Moscow ketika itu, Oleg Romantsev, Blackburn ketika gugur di Liga Champions karena sedang dalam fase perpecahan internal baik itu pelatih, pemain, dan pemilik.

Everton (2005/06)

Kemudian ada Everton di musim 2005/06. Klub kota Liverpool itu hampir lolos ke Liga Champions musim tersebut, karena berhasil finish di posisi ke-4 Liga Inggris musim 2004/05. The Toffees di zaman itu masih dilatih David Moyes dengan pemain seperti Tim Cahill maupun Leon Osman.

Menapaki Liga Champions memang tak mudah. Apalagi The Toffees harus mulai dulu dari babak kualifikasi ketiga melawan Villarreal, sebelum masuk ke babak grup. Sayangnya, kondisi skuad besutan Moyes di awal musim 2005/06 tak terlalu baik.

Menghadapi Villarreal langkah Everton harus terhenti dengan agregat 4-2. Kekalahan di Liga Champions tersebut juga beriringan dengan anjloknya performa Everton di Liga Inggris.

Leicester City (2016/17)

Klub berikutnya ada Leicester City. The Foxes sukses torehkan cerita Cinderella ketika menjadi Juara Liga Inggris musim 2015/16. Berkat hasil mengejutkan tersebut, Jamie Vardy dan kawan-kawan diganjar lolos langsung ke Liga Champions 2016/17.

Leicester City berada di Grup G bersama Porto, Copenhagen, dan Club Brugge. Kondisinya The Foxes ketika itu bersama pelatih Claudio Ranieri sedang dalam fase terpuruk di Liga Inggris. Namun di luar dugaan, performannya di Liga Champions berbeda. The Foxes mampu menjadi juara Grup G dengan raihan 13 poin.

Langkah Claudio Ranieri masih selamat hingga leg pertama babak 16 besar melawan Sevilla. Namun setelah itu, Ranieri dipecat karena hasil minor yang masih didapat di Liga Inggris. Penggantinya hanyalah caretaker bekas asisten pelatih Ranieri, Craig Shakespeare.

Namun justru di tangan caretaker itulah The Foxes mampu menjinakan Sevilla di leg kedua 16 besar. Ya, The Foxes berhasil melaju ke perempat final menantang wakil Spanyol lainya, Atletico Madrid.

Kejutan Leicester ternyata tak dapat berlanjut. Jalan mereka harus berakhir di tangan pasukan Diego Simeone. Namun yang perlu diingat dengan kondisi yang kurang ideal, sebuah perlawanan hingga babak perempat final adalah sebuah perjalanan yang mengesankan bagi klub sekelas Leicester City di Liga Champions.

Newcastle United (1997/98, 2002/03, 2023/24)

Klub berikutnya ada Newcastle United. The Magpies di era Premier League tampaknya menjadi klub di luar Big Six yang paling sering mentas di Liga Champions. Yang pertama di musim 1997/98, kedua di musim 2002/03, dan kemudian di musim 2023/24.

Di musim 1997/98, Newcastle lolos ke Liga Champions setelah di musim sebelumnya menjadi runner up Liga Inggris di bawah MU. Di Liga Champions, Newcastle asuhan Kenny Dalglish bertemu klub seperti Barcelona, Dynamo Kiev, maupun PSV di babak grup.

Apa boleh buat, Faustino Asprilla dan kawan-kawan belum mampu melaju ke babak berikutnya. Mereka hanya mengumpulkan 7 poin saja. Tapi setidaknya hal yang paling dikenang dari pencapaian tersebut adalah pernah mengalahkan tim seperti Barcelona dengan skor 3-2.

Lalu di musim 2002/03. The Magpies lolos lagi ke Liga Champions setelah finish di peringkat ke-4 Liga Inggris musim sebelumnya. Anak asuh Sir Bobby Robson tergabung di Grup E bersama Feyenoord, Juventus, dan Dynamo Kiev.

Pencapaian Toon Army kini mengalami peningkatan, yakni berhasil lolos dari babak grup menemani Juventus. Namun sayang di babak grup kedua yang diisi klub macam Barcelona, Inter Milan, dan Bayer Leverkusen, Toon Army tak mampu lolos ke babak berikutnya karena hanya duduk di peringkat ke-3 grup.

Kemudian di musim 2023/24, ketika The Magpies kembali lagi ke Liga Champions setelah finish di posisi ke-4 Liga Inggris musim 2022/23. Newcastle era ini adalah Newcastle yang kaya raya karena dimiliki oleh Pangeran Arab Saudi yang tak terhingga jumlah uangnya.

Sayangnya, pasukan Eddie Howe harus menerima nasib berada di grup neraka yang dihuni PSG, Dortmund, dan AC Milan. Sempat ada asa untuk bersaing setelah menumpaskan PSG 4-1 di St James Park. Tapi apa boleh buat, mental Eropa Kieran Trippier dan kawan-kawan belum kelihatan. Keok atas Dortmund dan terakhir atas AC Milan, membuat The Magpies harus menerima kenyataan menjadi juru kunci di grup neraka tersebut.

Sumber Referensi : footballfaithfull, mightyleeds, goal.com, thefootballfaithfull, goal.com

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru