Siapa bek terbaik sepanjang masa? Roberto Baggio punya jawaban terbaiknya. Di antara ratusan atau mungkin ribuan bek yang pernah ia hadapi, peraih Ballon d’Or dan FIFA World Player of the Year 1993 itu memilih Paolo Maldini sebagai lawan tersulitnya.
“Ketika Anda menemukannya di depan Anda, Anda tahu bahwa Anda tidak akan lolos. Dia sangat besar. Dia kuat dengan kepalanya, dengan kaki kanannya, dengan kaki kirinya… Anda perlu mengumpulkan 15 pemain untuk membuat pemain seperti dia.”
Ya, jawaban soal siapa bek terbaik sepanjang masa adalah Paolo Maldini. Mungkin sebagian dari kamu tidak setuju dengan pendapat ini. Namun, ada alasan yang bisa menjawabnya dan starting eleven setidaknya punya 5 alasan mengapa Paolo Maldini pantas disebut sebagai bek terbaik sepanjang masa. Apa saja? Berikut ulasannya.
Daftar Isi
Prestasi Paolo Maldini
Alasan pertama adalah prestasi. Namun, jangan kamu kira hidup sebagai Paolo Maldini itu mudah.
Pria kelahiran kota Milan, 26 Juni 1968 itu adalah putra dari Cesare Maldini; mantan bek, kapten, pelatih, dan legenda dari AC Milan dan timnas Italia.
Cesare punya 6 orang anak yang terdiri dari 3 laki-laki dan 3 perempuan. Dua dari tiga putranya meneruskan jejaknya menjadi seorang pemain bola. Namun, pada akhirnya, Paolo sebagai putra tertua jadi satu-satunya penerus dinasti Maldini.
Dengan latar belakangnya, Paolo Maldini lahir dan tumbuh dengan tekanan dan ekspektasi tinggi. Namun ternyata, ia justru berhasil melampaui apa yang telah dicapai oleh ayahnya.
Maldini baru masuk ke akademi Milan pada usia 10 tahun. Dibanding pemain yang seusia dengannya, perkembangan Maldini amatlah cepat. Pada usia 16 tahun, Maldini sudah menembus tim utama dan debut di Serie A. Semusim kemudian, tepatnya di musim ‘85/’86, Maldini sudah menjadi pemain inti dan mewarisi nomor 3 peninggalan sang ayah.
Dari situlah Maldini sudah dikenal sebagai bek yang tangguh, baik di Italia maupun Eropa. Maldini juga sudah menembus tim inti Italia saat masih berusia 19 tahun.
Singkat cerita, Paolo Maldini menjadi “one-club men”. Ia menjadi pemain dengan masa bakti terlama untuk Rossoneri. Sejak debutnya pada 20 Januari 1985 hingga gantung sepatu pada 31 Mei 2009, Paolo Maldini telah menghabiskan kariernya dengan balutan jersey merah hitam AC Milan selama 24 tahun 132 hari.
Total, selama 25 musimnya bersama Milan, Maldini telah berlaga dalam 902 pertandingan dan memenangi 26 trofi yang terdiri dari 7 gelar Serie A, 1 trofi Coppa Italia, 5 trofi Supercoppa Italiana, 5 trofi Liga Champions dan Piala Super Eropa, serta 2 Piala Interkontinental dan 1 Piala Dunia Antarklub.
Sementara itu, dari prestasi individu dan rekor yang sudah pernah ia buat, Paolo Maldini punya daftar yang teramat panjang apabila dibahas di sini. Namun, salah satu prestasi individu yang membuktikan kehebatannya adalah penghargaan bek terbaik Serie A 2004 dan bek terbaik UEFA 2007. Ketika mendapat penghargaan tersebut, usia Paolo Maldini sudah 39 tahun.
Konsistensi Penampilan Dalam Jangka Panjang
Paolo Maldini memang seolah tak menua. Selama hampir 25 tahun kariernya, Maldini terlihat seperti pemain yang sama persis dari segi kebugaran dan ketahahan tubuh. Tak bisa dipungkiri kalau sepanjang kariernya, Maldini mampu menjaga dirinya sebagai pemain kelas dunia tanpa menunjukkan penurunan.
Konsistensi penampilan dalam jangka panjang adalah alasan kedua mengapa Paolo Maldini layak disebut sebagai bek terbaik sepanjang masa.
Maldini bukanlah pemain yang kebal dari cedera. Menurut data transfermarkt, ia melewatkan 145 pertandingan dalam kariernya akibat beberapa cedera, terutama karena cedera lutut.
Cedera lutut sebenarnya salah satu momok bagi seorang pesepak bola, apalagi untuk seorang bek yang kerap mengandalkan fisik dalam bertahan. Namun, Maldini berhasil mengatasinya dengan cara mengatur jumlah pertandingannya di tiap musim secara cerdas dan bijak.
Itulah mengapa ia bisa sampai mencatat 902 caps untuk Rossoneri dan 126 caps untuk Gli Azzurri, serta baru pensiun di usia 41 tahun. Namun tentu saja, alasan utama mengapa dirinya bisa mencatat pencapaian tersebut adalah karena kemampuannya sebagai pemain bertahan. Kemampuan itulah yang membuat Maldini dikenal di seluruh dunia.
Seni Bertahan ala Paolo Maldini
Atribut utama dari Paolo Maldini adalah naluri dan kecerdasannya dalam bertahan. Dalam berbagai cuplikan video, Maldini seperti tanpa susah payah untuk merebut bola dari lawan. Kehebatannya berada di level yang berbeda.
Inilah alasan ketiga mengapa Paolo Maldini layak disebut sebagai bek terbaik sepanjang masa. Maldini tak hanya memperlihatkan bagaimana cara bertahan yang baik, melainkan juga menunjukkan apa yang disebut sebagai seni dalam bertahan.
Aksi Paolo Maldini di atas lapangan hijau sangatlah efisien. Setiap detail dari keputusannya seperti sudah dipikirkan secara matang. Makanya tidak mengherankan jika sepanjang kariernya Maldini cuma menerima 4 kartu merah dan 90 kartu kuning. Sungguh jumlah yang sangat jomplang dibanding jumlah capsnya.
Sering kali, seorang bek dinilai dari jumlah tekelnya. Siapa yang lebih banyak membuat tekel, dialah pemenangnya. Maldini sendiri punya modal fisik, kecepatan, dan kekuatan yang kapanpun bisa ia gunakan untuk menghancurkan lawannya. Namun, mindset Maldini tidak seperti itu. Jikalau melakukan tekel sekalipun, Maldini melakukannya dengan bersih.
Maldini lebih memilih menggunakan apa yang disebut sebagai positioning, timing, dan reading the game untuk menghancurkan lawannya. Satu kutipan legendaris dari Paolo Maldini berbunyi demikian, “Jika saya harus melakukan tekel, maka saya telah melakukan kesalahan.”
Maldini adalah perwujudan dari seorang defender yang komplet. Dengan postur tubuhnya yang kokoh dan tinggi menjulang setinggi 186 cm, Maldini tak hanya menancap seperti paku, tetapi juga dominan di udara.
Sebelum dikenal sebagai bek tengah yang tangguh, Maldini lebih dulu dikenal sebagai bek kiri yang sulit dilewati. Padahal, kaki dominannya adalah kaki kanan, tetapi Maldini mampu memerankan bek kiri dengan sangat apik.
Mungkin football lovers juga sudah lupa atau bahkan baru tahu jika Paolo Maldini dulu malah memulai debutnya sebagai bek kanan. Bahkan dalam beberapa kesempatan yang langka, Maldini juga bisa berperan sebagai libero.
Kemampuan olah bolanya yang impresif, ketenangannya saat menguasai bola, dan jangkauan umpannya yang panjang adalah alasan mengapa Maldini juga bisa dimainkan di posisi libero atau sweeper. Sebelum ada istilah “ball playing defender”, Maldini sudah menjalankan peran tersebut dengan sempurna.
Kharisma Paolo Maldini
Selain kehebatannya sebagai bek, alasan berikutnya yang menjadikan Paolo Maldini sangat layak disebut sebagai bek terbaik sepanjang masa adalah karena kharismanya yang sulit ditandingi.
Kharisma Paolo Maldini memang luar biasa. Saat menjadi direktur teknik AC Milan, modal tersebut dan nama besarnya di masa lalu menjadi bekal untuk dirinya mendatangkan Rafael Leao, Theo Hernandez, Sandro Tonali, Olivier Giroud, Mike Maignan, hingga Zlatan Ibrahimovic ke klub masa kecilnya.
Namun, jauh sebelum itu, Maldini sudah dikenal sebagai pemain yang berkharisma di atas lapangan hijau. Ia adalah leader sekaligus motivator bagi rekan setimnya. Ia juga begitu dihormati baik oleh rekan setim maupun lawan mainnya. Julukan “Il Capitano” memang sangat pas disematkan kepadanya.
Maldini menjadi kapten AC Milan dari tahun 1997 hingga 2009 dan menjadi kapten Italia dari 1994 hingga 2002. Selama periode tersebut, banyak pemain hebat yang ia pimpin. Salah satu contohnya adalah Cafu. Kapten timnas Brasil yang menjuarai Piala Dunia 2002 itu tak sekalipun terlihat menyentuh ban kapten selama berbaju AC Milan.
Namun, gambaran terbaik dari kharisma luar biasa Paolo Maldini adalah saat ia membuat Gennaro Gattuso yang dijuluki “Si Badak” itu terdiam dan tertunduk. Tentu masih banyak daftar pemain kelas dunia ataupun pemain bengal yang takluk di hadapan Maldini.
Testimoni Kehebatan Paolo Maldini
Bagi football lovers yang belum hidup di saat Paolo Maldini berjaya mungkin bertanya-tanya apakah Paolo Maldini memang sehebat itu? Sekadar mengingatkan, di era Maldini bermain, dunia sepak bola dipenuhi oleh bomber-bomber berbahaya haus gol yang kini kita kenal sebagai legenda. Dan para legenda tersebut juga mengakui kehebatan Paolo Maldini.
Roberto Baggio hanyalah secuil legenda yang memberi testimoni. Peraih Ballon d’Or 1997 dan 2002, Ronaldo “O Fenômeno” juga mengakui kalau Maldini adalah bek terkuat yang pernah ia hadapi.
“Saya selalu merasa sangat sulit ketika menghadapi Paolo Maldini. Dia adalah pemain bertahan terbaik yang pernah saya hadapi selama karier saya.”
Setali tiga uang dengan Baggio dan Ronaldo, Zlatan Ibrahimovic juga mengakui hal yang sama. “Maldini adalah pemain bertahan terbaik dan terkuat yang pernah saya hadapi. Ia memiliki segalanya: ia adalah seorang pemain bertahan yang komplet, kuat, cerdas, dan seorang pengatur serangan yang luar biasa.”
Sementara itu, seorang Thierry Henry yang kini menjadi pundit di CBS Sports bahkan merasa “starstruck” ketika berbicara dengan Paolo Maldini. Henry yang pernah menjadi top skor sepanjang masa timnas Prancis itu juga berkata, “Anda dulu membuat saya takut”.
Testimoni kehebatan Paolo Maldini tak hanya dilontarkan oleh deretan penyerang hebat yang pernah dihadapinya, tetapi juga berasal dari sesama bek tangguh yang hidup di era tersebut. Seperti Marcell Desailly yang menyebut Maldini sebagai “a real monster”.
Di hari Maldini pensiun, Carles Puyol bahkan pernah menulis surat panjang untuk Maldini. Dalam surat tersebut, Puyol membuat pengakuan kalau dirinya adalah pengagum sejati Paolo Maldini dan mengatakan kalau salah satu mimpi yang gagal diwujudkannya adalah bermain satu tim bersama Maldini.
Tak hanya Puyol. Sergio Ramos juga pernah berkata kalau salah satu idolanya adalah Paolo Maldini. Serupa dengan Philipp Lahm yang mengakui kalau Paolo Maldini adalah inspirasi dan contoh baginya.
Sebagai penutup, testimoni epik dari Alessandro Del Piero berikut ini jadi gambaran nyata betapa hebatnya seorang Paolo Maldini.
“Ada pemain-pemain hebat dan ada pemain-pemain kelas dunia. Lalu ada juga pemain yang berhasil melampaui istilah tersebut. Paolo Maldini adalah contoh yang sempurna. Dia adalah simbol dari Milan.”
Sangat disayangkan karier Paolo Maldini bersama timnas Italia tidak diwarnai gelar juara. Sebelum dipecahkan oleh Fabio Cannavaro dan Gianluigi Buffon, 126 caps yang dibuat Maldini pernah membuatnya tercatat sebagai pemain dengan jumlah caps terbanyak dalam sejarah Gli Azzurri.
Sayangnya, bukannya meraih trofi juara, Maldini justru merasakan dua kali final yang berakhir tragis, yakni saat kalah di final Piala Dunia 1994 dan Piala Eropa 2000.
Sepanjang kariernya, Paolo Maldini juga tak pernah meraih Ballon d’Or. Hasil terbaik yang ia raih hanyalah posisi ketiga di edisi 1994 dan 2003. Sementara di penghargaan pemain terbaik versi FIFA, hasil terbaik yang diraih Maldini hanyalah runner-up di edisi 1995.
Andai Paolo Maldini punya gelar juara dengan timnas Italia dan punya trofi Ballon d’Or atau FIFA World Player of the Year meski jumlahnya hanya satu, rasanya tidak akan ada lagi yang memperdebatkan Paolo Maldini sebagai “Greatest Defender of All Time”.
Referensi: Sports Big News, Talksport, Sportskeeda, The Beautiful Games, Inside Spanish, These Football Times, The Guardian, Gaol.