3 Momen ketika Sepak Bola Gajah Begitu Kentara di Indonesia

spot_img

Sepak bola Indonesia sedang terpuruk. Setelah tim nasional tampil mengecewakan di Piala AFF 2018, penggemar sepak bola Indonesia kembali terpukul akibat sejumlah fenomena tak lazim di sepak bola Indonesia. Yang terbaru, babak 8 besar Liga 2 ditengarai telah tersentuh tangan kotor bandar judi. Kejadian tersebut kembali mengingatkan kita, sepak bola Indonesia belum bersih dari praktik pengaturan skor.

Praktik haram tersebut diduga terjadi di tiap musim di belantara Liga Indonesia. Starting Eleven paling tidak mengumpulkan tiga momen ketika praktik sepak bola gajah begitu kentara…

Piala AFF 1998 – Gol Bunuh Diri Mursyid Effendi

Tim nasional Indonesia pulang ke tanah air disambut cemoohan dari para penggemar. Mereka cuma menempati peringkat tiga, dan yang lebih parah, melakukan dosa besar dengan memainkan sepak bola gajah saat bertemu Thailand di laga pamungkas fase grup.

Kedua tim saat itu sudah memastikan diri lolos ke fase semifinal. Hanya, masing-masing pihak merasa ciut nyali jika di semifinal bertemu tuan rumah Vietnam. Alhasil, kedua tim bermain tidak dengan semangat tinggi, bahkan tampak ingin saling mengalah.

Demi menghindari Vietnam, Thailand dan Indonesia enggan bermain spartan. Skor masih 2-2 saat sebuah kejadian mengejutkan terjadi di menit 90. Dalam sebuah situasi bertahan, bek Indonesia Mursyid Effendi secara sengaja menendang bola ke gawang sendiri. Pemain Indonesia tak mencegah aksi tersebut, dan malah bertepuk tangan.

Pada akhirnya, Indonesia lolos ke semifinal tanpa berhadapan dengan Vietnam, tapi tetap tak mampu lolos semifinal. Mursyid Effendi dihukum seumur hidup tak boleh berkiprah di sepak bola internasional, dan kedua federasi didenda 40 ribu dolar Amerika.

Divisi Utama 2014 – PSS Sleman vs PSIS Semarang

Situasi kali ini mirip dengan apa yang terjadi pada 1998. Kedua tim tak mau menghadapi Borneo FC, yang musim itu menjadi monster di Divisi Utama 2014. PSS Sleman dan PSIS Semarang saling berduel demi memperebutkan posisi pemuncak klasemen, lalu akan menghadapi Borneo FC di semifinal. Laga ini penting guna menentukan siapa yang akan promosi ke Liga Super Indonesia.

Masalahnya, Borneo ialah tim misterius yang konon selalu diuntungkan oleh wasit dan sering mendapat penalti. Baik PSS maupun PSIS pun memainkan laga dengan setengah hati. Situasi yang terjadi amat menjijikkan: pemain PSIS melindungi gawang PSS agar tak terjadi gol bunuh diri.

Hingga akhirnya klimaks terjadi pada menit 86. Hermawan dan Agus Setiawan, dua pemain PSS, berhasil mencetak gol ke gawang sendiri. PSS pun unggul 2-0.

Pemain PSIS pun kesal dan membalas perilaku pemain PSS. Fadli Manan mencetak satu gol bunuh diri, lalu mendapat tambahan dari Koemadi, yang mencetak dua gol bunuh diri. Keadaan menjadi 3-2 untuk PSS Sleman.

Lima gol tercipta, semuanya melalui bunuh diri. Hukuman bagi para pemain yang terlibat beragam, tapi kebanyakan sudah diputihkan pada 2017 lalu. Mafia pun melenggang bebas.

Liga 2 2018: Misteri Penalti PSMP

PSMP dikenal sebagai tim yang amat beruntung di gelaran Liga 2 musim ini. Mereka mendapat penalti hampir di semua laga kandang mereka. Mereka pun lolos ke babak 8 besar yang merupakan langkah lebih lanjut untuk memburu tiket promosi. Namun, keanehan mulai terjadi.

Menjelang pertandingan terakhir Grup A, Kalteng Putra memimpin grup dengan 10 poin, diikuti PSMP dengan 9 poin. Di peringkat tiga dan empat ada Semen Padang dan Aceh United, dengan 7 poin dan 2 poin.

Di pertandingan terakhir, Semen Padang berhasil mengalahkan Kalteng Putra dengan skor 3-1. PSMP pun harus mengalahkan Aceh United bila ingin tetap lolos. Sayangnya, PSMP malah ditaklukkan juru kunci tersebut dengan skor 3-2.

Masalahnya, pada menit 88, PSMP kembali mendapatkan penalti. Jika berbuah gol. PSMP akan lolos ke semifinal. Namun, Krisna Adi Darma tampak menyia-nyiakan penalti tersebut. Sepakan kaki kanannya seperti disengaja untuk melenceng jauh. Ia bahkan sujud syukur sesudah kegagalan tersebut.

Penyelidikan atas peristiwa ganjil ini belum dilakukan, tapi sudah memantik publik untuk menuntut reformasi di tubuh PSSI.

Menyedihkan memang. Sepak bola yang merupakan olah raga paling dicintai di negeri ini, malah dimanfaatkan segelintir orang untuk mengeruk pundi-pundi rupiah. Praktik pengaturan skor memang menguntungkan bandar judi, tapi sebaliknya, match fixing merusak pemain, pelatih, suporter, dan sistem sepak bola Indonesia. PSSI bisa apa?

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru