10 Pembelian Panik di Hari Terakhir Bursa Transfer yang Unfaedah

spot_img

The power of kepepet. Bursa transfer yang rentangnya sebulan hingga dua bulan itu ternyata tak dimanfaatkan dengan baik, dan para klub pun baru beraksi jelang penutupan bursa. Kadang hasilnya memuaskan, tetapi tak jarang yang mengecewakan. Berikut 10 pembelian panik di bursa transfer yang paling tak berfaedah

Kim Kallstrom (Spartak Moscow > Arsenal, Januari 2014)

Pemain gaek Swedia didatangkan Arsenal untuk menambah kedalaman skuad guna memburu titel Liga Inggris 2013/14. Namun, ia datang dengan kondisi baru libur musim dingin di Liga Rusia dan membawa cedera punggung. Akibatnya, ia hanya mencatat empat pertandingan sebelum dikembalikan ke Spartak Moskow.

Andy Carroll (Newcastle > Liverpool, Januari 2011)

Liverpool baru saja melepas striker tajam Fernando Torres ke klub rival Chelsea. Entah bagaimana cara berpikir manajemen, mereka memutuskan merekrut pemuda 22 tahun yang baru enam bulan merasakan Premier League dengan bander 35 juta poundsterling. Sang pemuda, Andy Carroll, berakhir dengan catatan enam gol selama dua musim.

Robinho (Real Madrid > Manchester City, Agustus 2008)

Manchester City ingin segera diakui sebagai klub besar ketika diakuisisi Abu Dhabi, jadi mereka memburu bintang-bintang Eropa. Adalah penyerang Real Madrid Robinho yang pertama kali menyetujui membangun proyek di sisi biru Manchester dengan biaya transfer yang memecahkan rekor transfer Inggris. Performa dan tingkah lakunya yang buruk membuatnya terdepak hanya dua musim setelah tiba.

Marouane Fellaini (Everton > Manchester United, 2013)

Sir Alex Ferguson pensiun, digantikan David Moyes, dan tiba-tiba tak ada pemain yang mau datang ke Manchester United. Moyes sendiri sudah meminta manajemen untuk merekrut anak kepercayaannya di Everton, Marouane Fellaini. Namun, United baru serius menawar saat bursa transfer segera berakhir, sehingga nilainya melonjak dari harga awal. Kini, ia tak jelas menempati posisi apa pun bersama manajer siapa pun.

Christopher Samba (Anzhi Makhachkala > QPR, Januari 2012)

Pada era ketika Bos AirAsia Tony Fernandez menghamburkan uang di Queens Park Rangers, ia merogoh kocek untuk seorang Christopher Samba yang sempat solid di Blackburn. Dilatarbelakangi oleh posisi klub yang teronggok di zona degradasi, rekrutan Anzhi tersebut gagal menyelamatkan QPR dari degradasi di akhir musim dan langsung kembali ke Rusia.

Mario Balotelli (Milan > Liverpool, Agustus 2014)

Sama seperti kasus Andy Carrol, perekrutan Mario Balotelli juga ditujukan untuk menggantiken striker tajam yang harus pergi, yakni Luis Suarez. Perburuan sepanjang bursa transfer tak membuahkan hasil nyata sementara lini depan perlu mendapat tenaga baru. Jadilah striker bengal Italia Mario Balotelli didatangkan. Sang penyerang tak pernah tampil bagus, cuma mencetak satu gol liga dan lebih sering memantik kontroversi di luar lapangan.

Michael Owen (Real Madrid > Newcastle, Agustus 2005)

Transfer yang dalam film Goal digambarkan sebagai pertukaran dengan Santiago Munez tersebut tak berjalan sesuai harapan. Michael Owen bertahun-tahun menjadi strike andalan timnas Inggris sejak remaja, tetapi begitu kembali dari masa buruk di Madrid, ia tak pernah sama lagi. Ia gagal tampil memukau di Newcastle dan di klub-klub berikutnya, mungkin karena gagal di klub terbesar dunia.

Afonso Alves (Heerenveen > Middlesbrough, Januari 2008)

Mencatat 45 gol dalam 39 pertandingan di Liga Belanda bersama Heerenveen, Afonso Alves terlihat akan menjadi selevel Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi. Dengan mahar 13 juta pounds, ia direkrut Middlesbrough untuk menyelamatkan klub itu dari degradasi. Namun, ia cuma mencetak 10 gol dalam 41 pertandingan selama satu setengah musim, dan kariernya di Inggris diakhiri dengan degradasi.

Andre Santos (Fenerbahce > Arsenal, Agustus 2011)

Dianggap sebagai salah satu rekrutan terburuk Arsene Wenger, Andre Santos didatangkan sesaat setelah Arsenal dibantai 8-2 di Old Trafford. Dia kemudian gagal bersaing di tim utama, hanya mencatat 24 penampilan dalam satu setengah musim, dan menjadi dibenci publik karena meminta jersey Robin van Persie di terowongan pertandingan di jeda babak.

Falcao (AS Monaco > Manchester United, September 2014)

Ide mendatangkan Falcao pada awalnya ditujukan untuk mencari solusi gol alternatif selain Robin van Persie dan Wayne Rooney. Memang, ia memainkan perannya dengan baik, tampil dalam 26 pertandingan dan mencetak 4 gol. Namun, untuk ukuran seorang yang mencetak 52 gol untuk Atletico Madrid dan 41 gol untuk Porto, catatannya di Old Trafford membuatnya dilabeli perekrutan terburuk musim itu.

Tentu saja, rekam jejak buruk di atas perlu direvisi oleh para klub agar tidak terjadi hal yang sama di masa depan. Sebaik-baik tindakan transfer ialah yang telah direncanakan dan selesai cukup dini. Lantas, siapa yang kira-kira cukup bodoh untuk mengulangi kesalahan di atas?

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru